[go: up one dir, main page]

Ayub (tokoh Al-Qur'an)

Nabi Ayyub menurut Al-Qur'an.
(Dialihkan dari Ayyub)

Ayyub atau Ayub (bahasa Arab: أيّوب, translit. Ayyūb) adalah tokoh dalam Al-Qur'an, Alkitab, dan Tanakh. Dia kerap dijadikan sosok teladan dalam menghadapi ujian.

Nabi
Ayyūb
أيّوب
Ayub

'alaihissalam
Kaligrafi Ayyub 'alaihis-salam (keselamatan atasnya)
Makam
  • Pegunungan Ash-Shouf, Lebanon
  • Pegunungan Qarah, Arab selatan
Tempat tinggalArab timur laut
PendahuluYusuf
PenggantiSyu'aib
Suami/istriRahma binti Efraim
Anak
Orang tua
  • Mush (bapak)

dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, "(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang." Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka), sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami.

Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub, orang itu saleh dan jujur, ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.
Ayub 1: 1

Dalam Al-Qur'an (kitab suci Islam), nama Ayyub disebutkan empat kali,[a] sedangkan kisahnya terdapat pada Surah Al-Anbiya' (21): 83-84 dan Shad (38): 41-44. Dalam Tanakh (kitab suci Yahudi) dan Alkitab (kitab suci Kristen), kisah Ayyub disebutkan dalam Kitab Ayub.

Al-Qur'an menyebutkan kisah Ayyub secara singkat dan global, sementara perinciannya berasal dari hadits, riwayat dan tafsiran para ulama, dan sumber Yahudi dan Kristen.

Latar belakang

sunting

Al-Qur'an tidak menjelaskan mengenai latar belakang Ayyub. Beberapa ulama menyatakan bahwa Ayyub adalah keturunan Esau, putra sulung Ishaq bin Ibrahim (disebut Abraham dalam Yahudi dan Kristen), tetapi terdapat perbedaan pendapat mengenai silsilahnya. Ibnu Ishaq menyebutkan bahwa silsilah Ayyub adalah Ayyub bin Mush bin Razah bin Al-'Aish (Esau) bin Ishaq bin Ibrahim. Pendapat lain menyatakan bahwa silsilahnya adalah Ayyub bin Mush bin Raghwil (Rehuel) bin Esau bin Ishaq bin Ibrahim.[1] Rehuel adalah putra Esau dengan istri ketiganya, Mahalat binti Isma'il.[2]

Ada juga yang menyatakan bahwa Ayyub bukan keturunan Ibrahim, tapi putra dari seorang lelaki yang beriman pada Ibrahim sejak masih di Mesopotamia. Ibnu Asakir menyebutkan bahwa ibu Ayyub adalah putri Luth.[1]

Alkitab menyebutkan bahwa Ayyub berasal dari tanah Us.[3] Beberapa tempat yang diidentifikasikan sebagai tanah Us adalah:

Abdullah Yusuf Ali menyatakan bahwa Ayyub berasal dari Arab timur laut.[7] Sebagian ahli tafsir menyebutkan bahwa Ayyub adalah moyang bangsa Romawi Kuno.[8]

Ulama tafsir dan sejarah menyatakan bahwa Ayyub adalah seorang kaya raya yang memiliki beraneka ragam harta, baik hewan ternak, budak, dan tanah yang terbentang luas di Al-Butsniyah di Hauran. Dikatakan pula bahwa dia juga memiliki banyak anak dan istri.[9] Sumber Alkitab menyebutkan bahwa Ayyub memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar, menjadikan Ayyub sebagai orang terkaya dari semua orang di sebelah timur.[10]

Alkitab menyebutkan bahwa suatu kali Allah membanggakan kesalehan Ayyub di hadapan iblis. Iblis menyangkal dan mengatakan bahwa Ayyub bisa menjadi orang saleh lantaran Allah selalu melindunginya dan Ayyub pasti akan mencela Allah jika segala kenikmatan yang dia miliki dicabut. Allah kemudian memberikan kekuasaan pada iblis untuk menguji Ayyub. Setelahnya, para pelayan Ayyub datang dan mengabarkan pada Ayyub bahwa sebagian hewan-hewan ternaknya dijarah sekelompok orang, sebagian lain mati disambar petir. Pelayan lain datang dan mengabarkan bahwa putra-putri Ayyub tewas tertimpa rumah karena terkena angin ribut saat mereka makan bersama di rumah saudara yang sulung. Maka Ayyub berdiri dan mengoyak jubahnya, mencukur kepalanya, sujud menyembah Allah dan berseru, "Tuhan Yang memberi, Tuhan Yang mengambil. Terpujilah nama Tuhan."[11]

Setelahnya, Allah kemudian kembali membanggakan Ayyub di hadapan iblis lantaran kesalehannya, meski dia sudah ditimpa kesulitan. Iblis mengatakan bahwa Ayyub pasti akan mencela Allah bila ujian menimpa daging dan tulangnya. Allah kemudian memberikan kekuasaan pada iblis untuk menguji Ayyub. Ayyub kemudian menderita penyakit kulit yang merebak dari kepala sampai kaki.[12]

Sebagian ulama menyebutkan bahwa Ayyub adalah orang yang pertama kali terkena penyakit cacar.[13][14] Terkait lamanya Ayyub sakit, ulama mengemukakan beberapa pendapat, di antaranya selama tiga tahun, tujuh tahun, bahkan delapan belas tahun.[15] Ayyub menderita sakit sangat lama sehingga membuat orang-orang merasa jijik dan mengeluarkannya dari kawasan pemukiman warga.[9]

Meski Ayyub dijauhi orang-orang, disebutkan bahwa dua saudaranya masih setia menjenguknya. Salah satu dari mereka kemudian berkata bahwa Ayyub telah melakukan dosa besar sehingga Allah tidak menghilangkan penyakit itu. Saat mereka datang menjenguk, Ayyub berkata, "Aku tidak tahu yang kamu katakan, hanya saja Allah mengetahui bahwa aku pernah melewati dua orang laki-laki yang bertengkar, lalu keduanya menyebut nama Allah, kemudian aku pulang ke rumahku dan membayarkan kafarat untuk keduanya karena aku tidak suka kedua orang itu menyebut nama Allah untuk yang tidak benar.[16]

Dalam Alkitab disebutkan bahwa orang-orang yang menjenguk Ayyub adalah tiga temannya, yakni Elifas, Bildad, dan Zofar.[17] Ketiganya bermaksud menyatakan bela sungkawa dan menghibur Ayyub, tetapi pada akhirnya mereka justru mendakwa Ayyub telah melakukan dosa tersembunyi yang menyebabkan Allah murka dan menimpakan kesempitan pada Ayyub, sehingga mereka mendesak agar Ayyub mengakui dosanya dan bertobat. Mereka percaya bahwa orang yang benar akan senantiasa diberkati dan yang fasik senantiasa mengalami kemalangan. Percakapan panjang antara Ayyub dan ketiga temannya tercatat dalam Kitab Ayub.

Di masa-masa sulit Ayyub, istrinya masih setia mengurusnya. Pendapat paling masyhur menyebutkan bahwa nama dan silsilahnya adalah Rahma binti Efraim bin Yusuf bin Ya'qub.[18] Lantaran lamanya penyakit yang Ayyub derita, istrinya meminta agar Ayyub memohon kesembuhan pada Allah. Namun Ayyub memarahi istrinya lantaran sebelumnya Ayyub hidup sejahtera lebih lama dari dia mengalami masa-masa sulit ini.[19]

Demi memenuhi kebutuhan, istri Ayyub bekerja sebagai pembantu. Namun lama-kelamaan orang tidak menginginkan jasanya karena mereka tahu bahwa dia adalah istri Ayyub. Mereka takut jikalau penyakit Ayyub menular pada mereka lewat istrinya. Istri Ayyub kemudian memotong sebagian rambutnya untuk diserahkan pada seorang perempuan kalangan atas untuk ditukarkan dengan makanan enak. Saat Ayyub menanyakan asal makanan ini, istrinya menjawab bahwa itu adalah upahnya menjadi pembantu. Istri Ayyub kembali menjual rambutnya dengan imbalan makanan. Namun Ayyub bersumpah tidak mau memakannya sampai tahu asal makanan ini. Istri Ayyub kemudian membuka kerudungnya dan terlihat bahwa kepalanya telah botak.[19]

Setelah melihat keadaan istrinya, Ayyub bersumpah tanpa berpikir bahwa dia akan mencambuk istrinya seratus kali. Sebagian pendapat menyebutkan bahwa sumpah Ayyub didorong karena setan datang pada istrinya dalam wujud seorang tabib dan memberikan resep obat kepadanya. Istri Ayyub datang menemui Ayyub dan memberi tahu resep obatnya, tetapi Ayyub yang mengetahui bahwa tabib tersebut adalah setan menjadi marah dan bersumpah akan mencambuk istrinya seratus kali.[20]

Riwayat lain menyebutkan bahwa suatu kali setan mendatangi istri Ayyub dalam wujud manusia dan mengingatkan tentang masa-masa sejahtera Ayyub dan istrinya dulu. Istri Ayyub kemudian menangis dan mendesak Ayyub untuk berdoa pada Allah agar mengakhiri masa-masa sulit yang mereka alami. Ayyub merasa sedih mendengar keluhan istrinya dan mengatakan bahwa dia malu berdoa pada Allah lantaran masa sejahteranya dulu jauh lebih lama daripada masa sulit yang sedang dihadapi. Dia kemudian bersumpah akan mencambuk istrinya seratus kali lantaran keluhannya. Hati istrinya hancur mendengar hal tersebut dan kemudian pergi meninggalkan Ayyub. Ayyub jadi merasa tidak berdaya dan kemudian mengadu pada Allah. Istri Ayyub sendiri merasa tidak tahan berpisah dengan suaminya, sehingga dia kembali lagi. Namun saat itu Ayyub sudah sembuh.[21]

Meski tidak disebutkan dalam Al-Qur'an, sumber-sumber Islam kerap menggambarkan istri Ayyub sebagai sosok beriman yang setia pada Ayyub. Sumber Alkitab menyebutkan bahwa saat Ayyub ditimpa penyakit kulit, istrinya berujar pada Ayyub, "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" Ayyub membalas, "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?"[22]

Pemulihan

sunting
 
Ayyub dalam air kesembuhan.
Salah satu koleksi iluminasi dari Qishash al-Anbiya'.

Setelah menderita cukup lama, Ayyub mengadu pada Allah, "Sungguh aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang."[23] Disebutkan bahwa setiap Ayyub hendak buang hajat, istrinya memegang tangannya hingga selesai. Suatu kali saat istrinya sedang pergi, Allah mewahyukan kepada Ayyub, "Wahai Ayyub, hentakkanlah kakimu. Inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum."[24] Ayyub mandi dan minum dengan air tersebut sehingga kesehatannya kembali. Saat istrinya menemui Ayyub, dia tidak mengenalinya karena penampilannya telah berubah sehingga bertanya, "Wahai hamba Allah, ke manakah orang yang tertimpa ujian yang biasanya ada di sini? Sepertinya ia telah dibawa pergi anjing atau serigala." Ayyub menjawab, "Celaka engkau. Aku ini Ayyub." Istrinya membalas, "Apakah engkau mengejekku, wahai hamba Allah?" Ayyub kembali menjawab, "Celakalah engkau, aku ini Ayyub. Sesungguhnya Allah telah mengembalikan kesempurnaan badanku."[25]

Allah juga mengembalikan kekayaan Ayyub dan melipatgandakannya. Disebutkan bahwa di hadapan Ayyub saat itu di terdapat dua buah gundukan yaitu gundukan gandum dan jewawut. Allah kemudian mengirim dua buah awan, ketika salah satunya menaungi gundukan gandum, maka tercurah padanya emas hingga penuh, sedangkan pada gundukan jewawut tercurah mata uang hingga penuh.[26]

Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan bahwa saat Ayyub mandi dalam keadaan telanjang, jatuhlah di hadapannya kaki dari belalang-belalang emas. Ayyub kemudian mengumpulkan dan memasukkannya ke dalam pakaiannya. Allah kemudian berfirman, "Wahai Ayyub, bukankah aku telah mencukupkanmu dengan yang engkau lihat?" Ayyub menjawab, "Benar, wahai Tuhanku, tetapi aku tidak pernah merasa cukup dengan berkahmu."[27][28]

Setelah sembuh, Ayyub masih memiliki tanggungan sumpah untuk memukul istrinya, tetapi dia tidak tega menyakiti istrinya tersebut. Allah kemudian memberikan keringanan dengan memerintahkan Ayyub mengambil seikat rumput dan memukulkan kepada istrinya sebagai pemenuhan sumpah tanpa menyakiti istrinya.[29][20][21]

Dalam Alkitab dijelaskan bahwa Allah murka kepada tiga teman Ayyub lantaran telah mengatakan hal yang salah tentang Allah. Allah berfirman pada Elifas agar membawa tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan kepada Ayyub untuk dijadikan korban bakaran pada Allah dan agar Ayyub mendoakan mereka sebagai penebusan dosa mereka. Itu semua dilakukan melalui perantaraan Ayyub karena Allah hanya menerima permintaan dari Ayyub. Mereka bertiga kemudian melakukan hal tersebut. Setelah mendoakan ketiga temannya, keadaan Ayyub kembali pulih dan Allah memberi ganti dua kali lipat dari yang Ayyub miliki dulu. Setelahnya Ayyub juga memiliki tujuh putra dan tiga putri. Tiga putrinya bernama Yemima, Kezia, dan Kerenhapukh. Disebutkan bahwa mereka bertiga adalah perempuan tercantik di seluruh negeri.[30]

Al-Qur'an tidak menyebutkan kehidupan Ayyub setelah sembuh. Ibnu Katsir menyebutkan bahwa dia berwasiat agar putra-putranya melanjutkan tugasnya dalam berdakwah. Disebutkan bahwa putranya bernama Haumal dan Bisyr. Bisyr kerap disamakan dengan Dzulkifli.[31]

Alkitab menyebutkan bahwa setelah pulih, Ayyub hidup 140 tahun lagi sampai dia dapat melihat keturunannya yang keempat.[32] Sebagian ulama menyebutkan bahwa Ayyub wafat pada usia 93 tahun, meski ada yang mengatakan bahwa usianya lebih dari itu.[33] Ada juga yang berpendapat bahwa Ayyub hidup selama tujuh puluh tahun setelah sembuh.

Kedudukan

sunting

Ayyub dipandang sebagai nabi dalam Islam, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa Allah memberikan wahyu kepada Muhammad, juga kepada yang lain, di antaranya adalah Ayyub.[34] Ayyub bersama beberapa nabi lain juga disebut sebagai mereka yang Allah beri petunjuk.[35] Dia juga dinyatakan sebagai orang yang sabar, sebaik-baik hamba Allah, dan sosok yang taat.[29] Al-Qur'an tidak menyebutkan bahwa Ayyub berdakwah kepada kaum tertentu sebagaimana para rasul lain. Namun sebagian ulama menyebutkan bahwa Ayyub berdakwah di Romawi dan berwasiat untuk melanjutkan tugas dakwahnya kepada putranya, Bisyr. Bisyr kerap dipandang sebagai Dzulkifli.[36]

Disebutkan bahwa pada hari kiamat kelak, Allah menjadikan Ayyub sebagai hujjah (alasan) bagi orang-orang yang mendapat ujian.[37][31] Maknanya adalah orang-orang di hari kiamat kelak tidak bisa beralasan bahwa mereka tidak bisa beribadah karena telah mendapat ujian berat dan penyakit, lantaran Ayyub yang ditimpa ujian dan penyakit sedemikian rupa saja tetap taat beribadah kepada Allah.[38]

Yahudi

sunting

Dalam Tanakh disebutkan bahwa saat masa sejahtera, Ayyub selalu mengajar banyak orang dan kerap menolong mereka yang lemah dan membutuhkan.[39] Dalam literatur rabinik, Ayyub disebut sebagai salah satu dari nabi-nabi Goyim (bangsa non-Yahudi).[40]

Kebanyakan rabi memandang bahwa Ayyub benar-benar tokoh nyata, tetapi sebagian menyebutkan bahwa sosok dan kisah Ayyub adalah fiktif karangan salah seorang nabi.[41]

Dalam Talmud disebutkan beberapa hal mengenai Ayyub:[42]

  • Ayyub berpasrah dengan nasibnya[43]
  • Saat Ayyub hidup sejahtera, semua orang yang berhubungan dengannya diberkati, bahkan orang yang berjual beli dengannya[44]
  • Imbalan Ayyub karena murah hati[45]
  • Dawud, Ayyub, dan Yehezkiel menggambarkan panjang Taurat tanpa menyebutkan nomornya[46]
  • Ayyub disebutkan sebagai satu dari tiga penasihat Fir'aun pada masa Musa. Bileam meminta Fir'aun untuk membunuh bayi-bayi Bani Israil yang baru lahir, tetapi Yitro (kerap diidentifikasikan dengan Syu'aib) menentang maklumat tersebut. Meski secara pribadi menolak, Ayyub tidak menentang maklumat tersebut. Tuhan kemudian menghukum Ayyub dengan berbagai ujian lantaran hal tersebut.[47][48]

Kristen

sunting

Ayyub dipandang sebagai percontohan orang yang sabar dan tekun.[49] Sebagian umat Kristen percaya bahwa pernyataan Ayyub dalam Alkitab, "Tetapi aku tahu, Penebusku hidup dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu,"[50] menjadi rujukan proto-Kristen dari Yesus Sang Penebus.

Ayyub diperingati oleh Gereja Lutheran Sinode Missouri dalam kalender orang kudus mereka pada 9 Mei, oleh Gereja Katolik Roma pada 10 Mei, dan oleh Gereja-Gereja Ortodoks Timur dan Katolik ritus Bizantium pada 6 Mei. Dia juga diperingati oleh Gereja Apostolik Armenia pada 6 Mei dan 26 Desember dan oleh Gereja Ortodoks Koptik pada 27 April dan 29 Agustus.

Tempat terkait

sunting

Terdapat beberapa tempat yang dikaitkan dengan Ayyub.

Palestina

sunting

Menurut cerita rakyat Palestina, tempat Ayyub diuji berada di desa Al-Jura, sekarang masuk bagian Ashkelon, sebuah kota di pesisir Laut Tengah dan di utara Jalur Gaza. Di sana dipercaya bahwa Allah kemudian memunculkan mata air kemudaan yang digunakan Ayyub mandi sehingga dia kembali muda.

Desa Dayr Ayyub (bahasa Arab: دير أيوب ) dikatakan sebagai makam Ayyub menurut kepercayaan setempat.[51] Dayr Ayyub berada di sebelah tenggara kota Ramla sejauh 17,5 km.

Di kawasan Tabighah di pesisir Danau Galilea, terdapat beberapa situs yang dikaitkan dengan Ayyub. Sebuah gua kecil dekat Gunung Eremos disebut dengan "Gua Ayyub". Dua menara yang dibangun pada masa Romawi Timur untuk mengumpulkan air dinamai Tanur Ayyub dan Hammam Ayyub.[52][53] Hammam Ayyub awalnya disebut Pemandian Kusta, tetapi kusta kemudian diidentifikasikan dengan Ayyub. Mata air dekat tempat tersebut, kemudian menjadi air terjun, disebut Ain Ayyub atau "Mata Air Ayyub."[54][55]

Kota Syaikh Sa'ad (bahasa Arab: الشيخ سعد) di kawasan Hauran telah dikaitkan dengan Ayyub sejak setidaknya abad ke-4 Masehi. Karnein menyebutkan dalam Onomasticon karya Eusebius sebagai kota Basan yang dikatakan sebagai lokasi rumah Ayyub. Egeria sang peziarah menceritakan bahwa sebuah gereja dibangun di atas tempat itu pada bulan Maret atau Februari 384 M, dan bahwa tempat itu dikenal sebagai "kota Ayyub". Menurut kisah Egeria, jenazah Ayyub diletakkan di peti mati di bawah altar.[56] Menurut tradisi, Hammam Ayyub adalah mata air di kota tempat Ayyub membasuh dirinya ketika ia sakit, dan terkenal memiliki kekuatan penyembuhan.[57] Artefak suci lainnya di kota ini adalah "Batu Ayyub," yang dikenal dalam cerita rakyat setempat sebagai tempat Ayyub duduk ketika dia menderita penyakit.[58]

Lebanon

sunting

Umat Druze meyakini bahwa makam Ayyub terdapat di Pegunungan Ash-Shouf (El-Chouf) di Lebanon.

Mesopotamia Utara

sunting

Kota Urfa (Adma 'kuno, kemudian Edessa) di kawasan Anatolia tenggara juga diklaim sebagai tempat Ayyub menjalani cobaan di sebuah gua. Di lokasi tersebut kemudian didirikan masjid bergaya Utsmani dan madrasah yang kemudian menjadi toko. Sebuah sumur yang ada di dalam kompleks dikatakan sebagai mata air yang muncul saat Ayyub menjejakkan kaki di tanah seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur'an. Air itu dianggap memiliki khasiat penyembuhan.[59]

Makam Ayyub juga dikatakan terletak di Pegunungan Qarah di luar kota Shalalah di Arab selatan.[60]

Lihat pula

sunting

Catatan

sunting
  1. ^ Dalam Al-Qur'an, nama Ayyub disebutkan empat kali, yakni pada surah:
    1. An-Nisa' (4): 163
    2. Al-An'am (6): 84
    3. Al-Anbiya' (21): 83
    4. Shad (38): 41

Rujukan

sunting
  1. ^ a b Ibnu Katsir 2014, hlm. 385-386.
  2. ^ Kejadian 36: 1–4
  3. ^ Ayub 1: 1
  4. ^ "The Land of Uz" WebBible Encyclopedia
  5. ^ G. Wyman Bury. The Land of Uz. (1911 (original), 1998 reprint)
  6. ^ "Where Was Uz?" Diarsipkan 2017-07-06 di Wayback Machine. by Wayne Blank, Daily Bible Study
  7. ^ Abdullah Yusuf Ali, The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary, note 2739: "Job (Ayub) was a prosperous man, with faith in Allah, living somewhere in the north-east corner of Arabia. He suffers from a number of calamities: his cattle are destroyed, his servants slain by the sword, and his family crushed under his roof. But he holds fast to his faith in Allah. As a further calamity he is covered with loathsome sores from head to foot. He loses his peace of mind, and he curses the day he was born. His false friends come and attribute his afflictions to sin. These "Job's comforters" are no comforters at all, and he further loses his balance of mind, but Allah recalls to him all His mercies, and he resumes his humility and gives up self-justification. He is restored to prosperity, with twice as much as he had before; his brethren and friends come back to him; he had a new family of seven sons and three fair daughters. He lived to a good old age, and saw four generations of descendants. All this is recorded in the Book of Job in the Old Testament. Of all the Hebrew writings, the Hebrew of this Book comes nearest to Arabic."
  8. ^ Brandon M. Wheeler, Historical Dictionary of Prophets in Islam and Judaism, Job, hlm. 171.
  9. ^ a b Ibnu Katsir 2014, hlm. 387.
  10. ^ Ayub 1: 2–3
  11. ^ Ayub 1: 8–22
  12. ^ Ayub 2: 1–8
  13. ^ HR. Ibnu Asakir (10/71)
  14. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 388.
  15. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 388-389.
  16. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 389-390.
  17. ^ Ayub 2: 11
  18. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 386.
  19. ^ a b Ibnu Katsir 2014, hlm. 389.
  20. ^ a b Ibnu Katsir 2014, hlm. 394.
  21. ^ a b Stacey, Aisha (7 September 2009). "The Story of Prophet Job". The Religion of Islam. Diakses tanggal 9 April 2020. 
  22. ^ Ayub 2: 9–10
  23. ^ Al-Anbiya' (21): 83
  24. ^ Shad (38): 42
  25. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 391.
  26. ^ HR. Abu Ya’la, 3617, yang dishahihkan al-Hakim (2/581-582) dan Ibnu Hibban (2091) serta al-Albani dalam kitab Shahîh-nya no. 17
  27. ^ HR. Bukhari
  28. ^ Al-Qarni 2006, hlm. 136.
  29. ^ a b Shad (38): 44
  30. ^ Ayub 42: 7–15
  31. ^ a b Ibnu Katsir 2014, hlm. 395.
  32. ^ Ayub 42: 16–17
  33. ^ Tarikh Ath-Thabari (1/324, 325)
  34. ^ An-Nisa' (4): 163
  35. ^ Al-An'am (6): 84
  36. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 394-395.
  37. ^ Tarikh Dimasq (10/82)
  38. ^ Wijaya, M. Tatam (11 Desember 2019). "Hamba yang Menjadi Hujjah Allah". NU Online. Diakses tanggal 9 April 2020. 
  39. ^ Ayub 4: 3–4
  40. ^ "JOB – In Rabbinical Literature". The unedited full-text of the 1906 Jewish Encyclopedia. JewishEncyclopedia.com. Diakses tanggal 16 September 2013. 
  41. ^ Talmud Bavli, Bava Batra 15a
  42. ^ "Iyyov – Job WEBSHAS Index to the Talmud". Aishdas.org. Diakses tanggal 2012-04-06. 
  43. ^ Pesahim 2b
  44. ^ Pesahim 112a
  45. ^ Megillah 28a
  46. ^ Eruvin 21a
  47. ^ Sotah 11a
  48. ^ "Rabbi Yehudah Prero "The Passover Hagadah Maggid – Relating the Chain of Events Part 2"". Torah.org. Diakses tanggal 2012-04-06. 
  49. ^ Yakobus 5: 11
  50. ^ Ayub 19: 25
  51. ^ W. Khalidi, 1992, "All that remains", hlm. 376
  52. ^ [Stefano De Luca, Capernaum, paragraph on Tabgha, in The Oxford Encyclopedia of the Bible and Archaeology, vol. 1, p. 179, New York: Oxford Univ. Press, 2013]
  53. ^ The Archeology of the New Testament: The Life of Jesus and the Beginning of the Early Church (edisi ke-Revised edition (1609)). Princeton, New Jersey: Princeton University Press. 1992. hlm. 87. ISBN 0-691-00220-7. Diakses tanggal 26 July 2016. 
  54. ^ Bargil Pixner OSB, [www.hagia-maria-sion.net/gemeinschaft/rundbr/rundbr21/rb21barg.html Archäologie: Das Bad des Aussätzigen in Tabgha] (Archaeology: the Leper's Bath in Tabgha), Dormition Abbey, 21st newsletter, January 2002 (in German)
  55. ^ Eretz Magazine, Sermon Valley, accessed 10 December 2018
  56. ^ Pringle, 1998, hlm. 239.
  57. ^ Schumacher; Oliphant; le Strange, 1886, hlm. 194.
  58. ^ Schumacher; Oliphant; le Strange, 1886, hlm.191.
  59. ^ Eyyüb Nebi Çevre Düzenleme Projesi(Turkish)
  60. ^ "Tomb of Job near Salalah". www.usna.edu. Diakses tanggal 2018-12-24. 

Daftar pustaka

sunting

Pranala luar

sunting