[go: up one dir, main page]

Kerajaan Siau

kerajaan di Asia Tenggara

Kerajaan Siau adalah sebuah kerajaan yang terletak di Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Sulawesi Utara. Kerajaan ini didirikan pada tahun 1510 oleh Lokombanua II atau Lokongbanua II yang sekaligus sebagai raja pertamanya. Kerajaan Siau berdiri sampai akhir masa kekuasaan Raja Siau Ch. David pada tahun 1956. Menurut media Barta1, kerajaan tersebut merupakan salah satu kerajaan dengan corak agama Kristen tertua di Nusantara.[1]

Kerajaan Siau

1510–1956
Bendera
Bendera
Ibu kotaPaseng
Bahasa yang umum digunakanBahasa Sangir dialek Siau
Agama
Katolik Roma, kemudian Kristen Protestan
PemerintahanKerajaan
Raja 
• 1510–1549
Lokongbanua II
• 1549–1587
Pasumah
• 1587–1591
Wuisang
• 1591–1639
Winsulangi
• 1639–1678
Batahi, Laksamana Hengkeng U Naung
• 1678–1680
Monasehiwu
• 1680–1716
Raramenusa, X Nelly, Kansil
• 1716–1752
Lohintundali
• 1752–1788
Ismael Jacobus, X Ester Manggeadi Manoppo (Bolaang Mongondow)
• 1788–1790
Begandelu
• 1790–1821
Umboliwutang
Sejarah 
• Didirikan oleh Lokongbanua II
1510
• Digantikan oleh Kabupaten Kepulauan Sitaro
1956
Didahului oleh
krjKerajaan
Mopagu
Sekarang bagian dari Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Sejarah

sunting

Pendirian

sunting

Pada awalnya Lokongbanua II mendirikan kerajaan Siau pada tahun 1510 melalui musyawarah mufakat para kulano. Lokongbanua II kemudian memerintah kerajaan Siau dari tahun 1510 sampai 1545.[2] Kerajaan tersebut mengenal Kekristenan melalui para misionaris Katolik yang datang ke Sulawesi Utara dan Maluku Utara dari tahun 1511 dan 1522. Dalam catatan sejarawan Pitres Sombowadile, pada 1516 misi Katolik Portugis pernah singgah dan menyelenggarakan misa paskah di ibukota Kerajaan Siau, Paseng. Disebutkan, Raja Lokongbanua ikut menghadiri misa paskah tersebut.[1]

Lokongbanua II kemudian digantikan oleh anaknya, Posuma.[3] Menurut sejarawan Sem Narande dalam “Vadu La Paskah”, Raja Posuma dibaptis menjadi Katolik di sungai besar di Kota Manado bersama 1.500 orang rakyat dan Raja Manado Kinalang Damopolii.[1]

Dari masa kekuasaan Raja Siau ketiga Don Geronimo Winsulangi hingga Raja Siau keempat Don Fransiscus Xavirius Batahi, kerajaan Siau mencakup daerah-daerah di bagian selatan Sangihe, pulau Kabaruan (Talaud), pulau Tagulandang, pulau-pulau di Teluk Manado dan wilayah pesisir Sulawesi bagian utara (sekarang Minahasa Utara), serta ke wilayah kerajaan Bolangitang atau Kaidipang (Bolaang Mongondow Utara) bahkan sampai ke Leok Buol. Pengganti Raja Batahi adalah Raja Raramenusa yang menjadi Raja Siau pertama yang memeluk agama Kristen Protestan.[1]

Kerajaan tersebut dipimpin secara beruntun oleh 21 raja dan meninggalkan sebuah peninggalan berupa Kompleks Makam Raja Lokongbanua.[4]

Literatur asing yang membicarakan Kerajaan Siau diantaranya karya D. Brilman “Onze Zendingsvelden De Zending op de Sangi – en Talaud- eilanden”, diterjemahkan oleh GMIST menjadi “Wilayah-wilayah Zending Kita, Zending di Kepulauan Sangihe dan Talaud”. Antonio Pigaffeta, “Primer Viaje en Torno del Mondo”, “The Suma Oriental of Tom Pires and the Book of Fransidco Rodriques” Armendo Cortesao.[3]

Keruntuhan

sunting

Ketika pergerakan nasional, Raja Siau berusaha netral karena kerajaannya diawasi dengan ketat oleh Belanda. Semangat rakyat Siau untuk melawan penjajah baru terbangun setelah kedatangan tokoh pergerakan nasional bernama J.B. Dauhan, yang dekat dengan Soekarno. Namun, J.B. Dauhan akhirnya meninggal di tangan Belanda setelah ketahuan menyelenggarakan pertemuan dan berusaha membangkitkan semangat kemerdekaan pada rakyat Siau. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 1945, Kerajaan Siau mulai dihuni oleh para kaum pro-republik. Seiring berjalannya waktu, Kerajaan Siau sudah tidak berfungsi sebagaimana harusnya dan riwayatnya berakhir pada 1956 dengan raja terakhirnya, C.H. David.[5]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-11-07. Diakses tanggal 2019-11-07. 
  2. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-11-07. Diakses tanggal 2019-11-07. 
  3. ^ a b "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-11-07. Diakses tanggal 2019-11-07. 
  4. ^ https://manado.tribunnews.com/2011/03/29/menelusuri-kejayaan-kerajaan-siau-1
  5. ^ Adryamarthanino, Verelladevanka (2022-07-07). Ningsih, Widya Lestari, ed. "Kerajaan Siau: Sejarah, Raja-raja, dan Keruntuhan". Kompas.com. Diakses tanggal 2022-07-09.