Sistitis
Sistitis adalah peradangan kandung kemih, yaitu organ yang bertanggug jawab mengeluarkan air kemih.[1] Gejala utamanya, meningkatnya frekuensi berkemih, nyeri saat berkemih dan kadang-kadang darah dalam air kemih, intensitasnya bervariasi dari satu orang ke orang yang lain.[1] Sistitis lebih cennderung mengenai wanita.[1] Tanda pertama pada wanita adalah rasa panas, kadang-kadang nyeri seperti disayat pisau saat berkemih, yang perlahan-lahan menjadi nyeri tajam di bagian bawah perut.[1] Saat peradangan menyambar, penderita merasakan sakit punggung yang tidak jelas disertai tidak enak badan.[1]
Sistem perkemihan
[sunting | sunting sumber]Darah adalah sistem transpor tubuh, yang membawa nutrien dan produk buangan.[1] Peran ginjal adalah memilih dan membuang produk yang tidak diinginkan, kemudian mengeluarkannya.[1] Karena darah mengalir melalui ginjal darah dibersihkan dari urea dan produk buangan, selanjutnya dari tubuh.[1] Produk sisa yang cair dikeluarkan oleh ginjal ke ureter.[1] Pada bagian bawah ureter terdapat katup yang memungkinkan aliran kemih ke kandung kemih.[1] Saat kandung kemih penuh, andung kemih melepas kemihnya.[1] Saat individu rileks, katup (sfingter juga rileks, memungkinkan air kemih berjalan ke uretra dan keluar tubuh. kandung kemih selanjutnya akan berkontraksi untuk memuang semua air kemih.[1] Perkemihan seara normal terjadi 4-5 kali sehari, tetapi jarang selama malam hari.[1]
Penyebab sistitis
[sunting | sunting sumber]Sistitis paling sering disebabkan oleh bakteri E.coli (Escherichia coli) yang hidup di usus.[2] Seperti bakteri lain yang hidup di dalam tubuh, bakteri ini tidak membahayakan daerah tersebut.[2] Bahkan bisa bermanfaat.[2] Meskipun demikian, jika E. Coli berpindah ke saluran kemih akan berkembang biak dalam air kemih.[1] Pada wanita, perpindahan ini menimbulkan masalah karena dubur, vagina dan liang uretra letaknya sangat berdekatan.[1] Peradangan akan menyebar dari lubang uretra ke atas, kandung kemih ureter dan ginjal.[1] Jika infeksi mencapai ginjal, disebut pielitis dan jika tidak segara diobati dapat menimbulkan kerusakan permanen pada ginjal.[1]
Sek dan sistitis
[sunting | sunting sumber]Sistitis kadang-kadang disebut penyakit bulan madu karena banyak wanita terkena penyakit sistitis untuk pertama kalinya saat mereka pertama kali berhubungan seks.[1] Hubungan seks yang sering dapat menyebabkan pradangan jaringan disekitar vagina dan lubang uretra serta membuat bakteri masuk dan menimbulkan infeksi.[1] Jika penis dimasukkan ke vagina sebelum pelumasan cukup banyak, kulit vagina akan luka menimbulkan tempat yang baik untuuk pertumbuhan bakteri.[1]
Perubahan hormon juga merangsang sistitis.[1] Wanita rentan terhadap perubahan hormon pada saat pubertas, kehamilan dan menoupose, serta sesudah histereksomi.[1] Kadang-kadang, metode kontrasepsi tentu menimbulkan sistitis.[1] Beberapa spermisid misalnya, dapat mengiritasi lubang uretra yang sensitif.[1] Efek hormonal pil kadang-kadang bisa memicu sistitis meskipun diketahui bahwa pil dapat menghilangkan sistitis.[1] Sistitis juga disebabkan oleh penyumbatan sistem perkemihan, seperti batu ginjal kista atau penebalan dinding kandung kemih, tetapi masalah ini lebih jarang dan biasanya bisa diperbaiki dengan operasi.[1] Kadang-kadang, anak-anak bisa terkena sistitis sering karena asupan cairan tidak mencukupi.[1] Jika cairan yang diminum sedikit, air kemih menjadi kental, mengakibatkan sensasi panas saa berkemih.[1] Keadaan ini sendiri tidak menimbulkan sistitis, tetapi jika dibiarka tidak diobati, dapat membuat jaringan uretra meradang dan menimbulkan sistitis.[1]
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac David Arnot, dkk (2009). Pustaka Kesehtan Populer Saluran Pencernaan, Volume 4. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. hlm. 242. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "buku" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ a b c "sistitis". Diakses tanggal 18 juni 2014.