[go: up one dir, main page]

Lompat ke isi

Yunani Kuno/Sejarah/Zaman Klasik

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
<< Zaman Arkaik Zaman Klasik - Yunani Kuno Zaman Hellenistik >>
Peta Perang Yunani-Persia
Yunani pada awal Perang Peloponnesos

Pada 510 SM, seorang pria bernama Kleisthenes, seorang aristokrat di Athena, menciptakan bentuk pemerintahan baru, yaitu demokrasi. Kleisthenes, seperti aristokrat lainnya, ingin memperoleh lebih banyak kekuasaan. Namun sistem tiran tidak terlalu populer di Athena. Kleisthenes pun memutuskan untuk memberi lebih banyak kuasa kepada rakyat miskin. Semua pria Athena memiliki satu suara. Mereka berkumpul dan melakukan pemilu untuk mengambil keputusan. Pertemuan ini disebut Majelis.

Namun semua pria tidak dapat berkumpul setiap hari karena harus bekerja. Oleh karena itu, dibentuk dewan berisi 500 orang. Anggota dewan dipilih melalui undian dan diganti tiap tahun. Meskipun terkesan adil, Kleisthenes mengatur supaya keluarganya, keluarga Alkmaionid, memiliki lebih banyak suara daripada orang lain.

Pada 490 SM Persia menyerang Athena. Orang-orang ketakutan karena merasa bahwa Persia memiliki tentara yang hebat. Beberapa orang berpendapat bahwa Athena harus kembali menerapkan sistem pemerintahan laim, yakni oligarki, seandainya demokrasi tak bekerja dengan baik. Mereka mengatakan bahwa demokrasi membuat pengambilan keputusan berjalan lambat

Para pria Athena berarak menghadapi pasukan Persia di Marathon. Awalnya mereka mengira akan kalah. Namun pasukan Athena bertempur menggunakan dinding perisai, yang ternyata lebih unggul daripada pasukan Persia. Akhirnya pasukan Athena pun menang.

Pada 480 SM, Persia, dipimpin raja baru mereka Xerxes, menyerang lagi. Kali ini sebagian besar kota di Yunani bersatu dan membentuk persekutuan untuk menghadapi Persia. Mereka awalnya menghadang pasukan Persia di Thermopylae namun berakhir dengan kekalahan. Akan tetapi, pada pertempuran selanjutnya di Salamis dan Plataia, pasukan Yunani memperoleh kemenangan. Lagi-lagi pasukan Persia harus pulang dengan kegagalan

Athena berupaya meyakinkan kota-kota Yunani lainnya untuk mempertahankan angkatan laut yang kuat untuk berjaga-jaga seandainya Persia menyerang kembali. Pada awalnya, kota-kota lain setuju, kecuali Sparta, yang menolak. Athena lalu menyatakan bahwa, jika mereka tak sanggup mengirimkan kapal atau tentara, maka mereka boleh menggantinya dengan mengirimkan uang kepada Athena sehingga Athena dapat membuat kapal. Kota-kota Yunani pun melakukan itu sehingga Athena memperoleh banyak uang.

Akan tetapi, Persia ternyata tidak menyerang lagi dalam waktu yang lama sehingga sejumlah kota ingin berhenti mengirimkan uang kepada Athena, yang kemudian memmanfaatkan angkatan lautnya yang besar untuk memaksa kota-kota itu terus mengirimkan uang. Ketika pulau Naxos menolak, Athena menghancurkan dinding kota utama Naxos.

Athena juga menggunakan uang yang mereka peroleh untuk membangun kota mereka. Ini membuat rakyat Athena tak perlu lagi membayar pajak. Mereka menggunakan uang ini salah satunya adalah untuk membangun kuil-kuil besar, contohnya kuil Parthenon.

Tindakan Athena membuat kota-kota lain di Yunani marah. Mereka pun meminta Sparta untuk membantu menghentikan Athena. Sebagian kota memihak Sparta dan sebagian lainnya memihak Athena. Terjadi perang besar, sejak 431 SM hingga 404 SM (hampir tiga puluh tahun). Peristiwa ini disebut Perang Peloponnesis. Pada akhirnya, dengan bantuan Persia, Sparta berhasil menang dan mengalhkan Athena. Meskipun demikian, kehancuran akibat perang ini menimpa seluruh Yunani, sekaligus mengakhiri periode Yunani Klasik.