Hansel dan Gretel
| |||
| |||
|
Hansel dan Gretel ([Hänsel und Gretel] Error: {{Lang-xx}}: teks mempunyai penanda italik (bantuan)) adalah cerita dongeng asal Germanic, diserapkan oleh Brothers Grimm dan lebih terdahulunya oleh Giambattista Basile.
Plot synopsis
[sunting | sunting sumber]Hansel dan Gretel adalah anak-anak seorang pemotong kayu miskin. Takut pada kelaparan, si isteri pemotong kayu yang tinggal di hutan(dipanggil ibu anak-anak itu atau ibu tiri). Suatu saat keluarga mereka dalam keadaan terdesak dan kelaparan ibu tirinya berkata kepada suaminya untuk meninggalkan anaknya di hutan. Hansel mendengarkan pembicaraan tersebut dan kemudian ia mempunyai idea untuk meninggalkan jejak yang terbuat dari batu putih. kemudian mereka ditinggalkan di hutan, tetapi berkat jejak yang dibuatnya mereka dapat kembali ke rumah. Ibu tirinya yang jahat mencuba kedua kalinya untuk meninggalkan Hansel dan Gretel di hutan, kemudian Hansel membuat kembali membuat jejak, tetapi kali ini mereka hanya mempunyai sepotong roti untuk dijadikan jejak, sehingga mereka tidak boleh kembali pulang kerana jejak roti yang dibuatnya dimakan oleh burung-burung. Gretel sangat sedih kerana ia tidak dapat menemukan rumahnya kembali. Mereka pun berjalan di tengah hutan, sampai akhirnya mereka menemukan sebuah rumah penyihir yang terbuat dari coklat dan gula-gula. Hansel dan Gretel amat gembira kerana ditengah kelaparannya mereka dapat menemukan sebuah rumah yang terbuat dari coklat dan gula-gula, mereka pun memakannya dan membuat tembok di rumah tersebut menjadi berlubang. Seorang nenek sihir yang dengan wajah yang menyeramkan pun keluar dan berkata "siapa yang telah menghancurkan rumahku?" Mendengar hal itu Hansel dan Gretel merasa sangat ketakutan.
Cepat-cepat mereka mendekati rumah itu dan memakannya. Tiba-tiba terdengar suara keras yang bergetar.
Muncullah seorang nenek sihir tua dengan wajah menyeramkan serta mata merah yang bersinar. “Siapa itu, berani memakan rumah kesayanganku ?” "Hee… Hee…. Hee…. anak-anak yang lazat, sebagai hukuman kerana telah memakan rumah kesukaanku, aku akan memakan kalian .” Keesokan harinya, nenek sihir itu menyeret Hansel dengan kasar masuk ke dalam penjara. Setelah itu ia berkata kepada Gretel, “Mula-mula aku akan menggemukkan anak laki-laki itu, lalu aku akan memakannya. “ “Sekarang kau buat makanan yang enak biar makannya banyak ! “
Nenek sihir itu sudah tua sekali dan matanya mulai rabun. Pada saat itu Hansel dan Gretel saling berpegangan tangan memberi semangat supaya mereka tabah. ” Tabahlah Gretel, Ibu yang ada di syurga pasti melindungi kita “.
Suatu hari nenek mendekati penjara Hans untuk melihat kalau tubuh Hans sudah menjadi gemuk atau belum. “Aku lapar, sudah seberapa gemuk tubuhmu, hulurkan tanganmu! “ Hansel yang pintar tidak kehilangan akal, mengetahui mata nenek sudah rabun dan segera keluarkan tulang sisa makanan kepada nenek yang rabun lalu nenek memegangnya.
Betapa kecewanya nenek kerana sedikitpun Hansel tidak bertambah gemuk. Kerana kecewa lalu ia bermaksud untuk memakan Gretel. Kemudian Gretel disuruh membakar roti. Selagi Gretel menyalakan api di tungku, si nenek mencuba mendorongnya ke nyala api.
Untunglah Gretel mengetahui maksud nenek, cepat-cepat ia berbalik pergi ke depan tungku. “Nek, aku tidak bisa membuka tutup tungku ini .” Nenek sihir tidak sadar kalau ia sedang diperdaya Gretel dan ia membuka tutup tungku.
Tanpa membuang kesempatan, Gretel mendorong nenek ke tungku. “Ahh… tolong…. panas ! ” teriak nenek kesakitan. Gretel tidak memperdulikan teriakan nenek malah dengan cepat ia menutup pintu tungku, lalu berlari ke arah penjara untuk menolong Hansel. “Gretel, kau berhasil. Ibu yang di syurga telah melindungi kita.” Kerana bahagia mereka pun berpelukan.
Ketika mereka berlari pergi dari rumah, tanpa sengaja mereka menemukan banyak harta karun. Setelah mereka keluar rumah, tetapi malang jalan itu terpotong oleh sungai besar.
Mereka menjadi bingung. Saat itu entah dari mana datangnya tiba-tiba muncul seekor angsa cantik. ” Ayo, naiklah ke punggungku, ” ucap angsa itu dengan ramah. Satu per satu angsa itu mengantarkan mereka seberang sungai.
Setelah sampai, angsa itu menunjukkan jalan bagi mereka berdua dari atas langit. Sampailah mereka di batas hutan. Tanpa mereka ketahui sebenarnya angsa itu adalah Ibu mereka yang ada di syurga. Angsa itu kemudian menghilang. Setelah itu muncullah Ayah mereka yang sangat cemas. “Anak-anakku tersayang, maafkanlah Ayah. Ayah tidak akan meninggalkan kalian lagi “.
Lalu Ayah menceritakan kepada mereka bahwa Ibu tiri yang jahat sudah meninggal karena sakit. Akhirnya mereka pun hidup bahagia selamanya.