[go: up one dir, main page]

Pergi ke kandungan

Walisongo

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Semakan 6141021 pada 14:26, 11 Mac 2024 oleh The unknown Style (bincang | sumb.) (Pembetulan semula perkataan bahasa Indonesia, "kreator" (telah dikesan oleh Terjemahan Google dan Penterjemah Microsoft) yang disalahertikan sebagai bahasa Melayu.)
(beza) ← Semakan terdahulu | Semakan semasa (beza) | Semakan berikutnya→ (beza)
Fail:Ilustrasi Walisongo.jpg
Ilustrasi Walisongo

Walisongo atau Walisanga dikenali sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, iaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. "Walisongo" bererti sembilan orang wali.

Era Walisongo mengakhiri penguasaan kebudayaan Hindu-Buddha dalam budaya Nusantara dan digantikan dengan kebudayaan Islam. Walisongo adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Peranan mereka sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat Walisongo ini lebih banyak disebut berbanding dengan ulama yang lain.

Tokoh-tokoh Walisongo

[sunting | sunting sumber]

Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peranan unik dalam penyebaran Islam. Nama Walisongo adalah

Mereka adalah para intelektual yang menjadi pencetus perubahan masyarakat. Mereka memperkenalkan berbagai bentuk peradaban baru, mulai dari kesihatan, bercucuk tanam, berniaga, kesenian dan kebudayaan, kemasyarakatan hingga pemerintahan.

Pengajian

[sunting | sunting sumber]

Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah pencipta karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati handai taulan.

Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai "tabib" bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai "paus dari Timur" hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat difahami masyarakat Jawa, yakni nuansa Hindu dan Buddha.

Ada beberapa sumber tertulis tentang Walisongo, antaranya Serat Walisanga karya Ranggawarsita pada abad ke-19, Kitab Walisongo karya Sunan Giri II atau Sunan Dalem (anak Sunan Giri), dan juga diceritakan dalam Babad Tanah Jawi.