Ulrich von Hutten
Tampilan
Ulrich von Hutten | |
---|---|
Lahir | Burg Steckelberg, dekat Schlüchtern, Hessen | 21 April 1488
Meninggal | 29 Agustus 1523 Ufenau di Danau Zurich | (umur 35)
Pekerjaan | Monk, knight, writer |
Pendidikan | Teologi |
Almamater | Universitas Greifswald |
Periode | Reformasi |
Aliran sastra | Reformasi, Humanisme renaisans, Renaisans Jerman |
Karya terkenal | Epistolae obscurorum virorum De Morbo Gallico Ars versificandi Nemo |
Tanda tangan |
Ulrich von Hutten (21 April 1488 – 29 Agustus 1523) adalah seorang ksatria, cendekiawan, penyair, dan satiris Jerman, yang kemudian menjadi pengikut Martin Luther dan seorang reformator Protestan.
Pada tahun 1519, ia telah menjadi seorang pengkritik Gereja Katolik Roma secara terang-terangan. Hutten adalah jembatan antara kaum humanis Renaisans dan Reformasi Lutheran.
Ia adalah pemimpin Ksatria Kekaisaran Kekaisaran Romawi Suci bersama Franz von Sickingen. Keduanya adalah pemimpin Pemberontakan Ksatria.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Holborn, Hajo (1965) [1937]. "Polemic Against Scholasticism". Ulrich von Hutten and the German Reformation (dalam bahasa Inggris). Diterjemahkan oleh Roland H. Bainton. New York: Harper Torchbooks. hlm. 61.
Atribusi
- Artikel ini menyertakan teks dari suatu terbitan yang sekarang berada pada ranah publik: Kitchin, George William (1911). "Hutten, Ulrich von". Dalam Chisholm, Hugh. Encyclopædia Britannica. 14 (edisi ke-11). Cambridge University Press. hlm. 14–15.
Bacaan lebih lanjut
[sunting | sunting sumber]- "Hutten, Ulrich von". Collier's New Encyclopedia. 1921.
- "Hutten, Ulrich von". Encyclopedia Americana. 1920.
- "Hutten, Ulrich von". Encyclopædia Britannica (edisi ke-11). 1911.
- "Hutten, Ulrich von". Jewish Encyclopedia, 1906.
- "Hutten, Ulrich von". New International Encyclopedia. 1905.
- Die Luft der Freiheit weht - History of Stanford University's motto, mentioning its origins in a speech about Hutten.
- Origins of Syphilis NY Times April 29, 2008
- Fife, Robert Herndon. "Ulrich von Hutten as a Literary Problem." The Germanic Review: Literature, Culture, Theory 23, no. 1 (1948): 18-29.