Tionghoa-Myanmar
Jumlah populasi | |
---|---|
1.637.540 3,0% dari populasi Myanmar (2012)[1][2] | |
Daerah dengan populasi signifikan | |
Yangon, Mandalay, Kokang, Taunggyi | |
Bahasa | |
Burma, berbagai dialek Tionghoa (Hokkian, Hakka, Kantonis, Mandarin Barat daya) | |
Agama | |
Buddhisme Theravada, Buddhisme Mahayana Taoisme, Konfusianisme, Kristiani, Islam di antara orang Hui Panthay | |
Kelompok etnik terkait | |
Kokang, Panthay, Tionghoa perantauan, orang Dai, orang Jingpo, orang Lahu |
Orang Tionghoa di Myanmar, Tionghoa Myanmar, atau Tionghoa Burma (bahasa Burma: မြန်မာတရုတ်လူမျိုး; Hanzi: 緬甸華人; Pinyin: Miǎndiàn Huárén) adalah sebuah kelompok Tionghoa perantauan yang lahir atau dibesarkan di Burma (Myanmar). Tionghoa Myanmar merupakan salah satu kelompok Tionghoa perantauan dan relatif kecil dibandingkan dengan masyarakat Tionghoa perantauan lainnya di Asia Tenggara. Meskipun etnis Tionghoa secara resmi membentuk tiga persen dari populasi, angka sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi. Di antara jumlah populasi Tionghoa yang kurang dari jumlah yang sebenarnya adalah mereka yang berasal dari latar belakang beragam;[3]mereka yang telah mendaftarkan diri sebagai etnis Bamar untuk menghindari diskriminasi; imigran Tiongkok ilegal yang membanjiri Burma sejak tahun 1990-an (mencapai 2 juta jiwa menurut beberapa perkiraan[4]) namun tidak dihitung karena kurangnya pengambilan sensus yang dapat diandalkan.[5] Pada tahun 2012, penduduk Tionghoa Myanmar diperkirakan mencapai 1,6 juta orang.[1][2]
Orang Tionghoa Myanmar memainkan peran dalam semua tingkatan masyarakat Burma dan memainkan peran utama dalam sektor perdagangan dan bisnis Myanmar serta pelayanan publik. Beberapa orang Tionghoa Myanmar seperti Khin Nyunt, Ne Win, dan San Yu merupakan tokoh utama dalam kancah politik Myanmar.[6] Tionghoa Myanmar juga merupakan sebuah kelompok etnis kelas menengah mapan dan mendominasi ekonomi Myanmar dewasa ini.[7][8] Selain itu, orang Tionghoa Myanmar memiliki kehadiran besar yang tidak proporsional di kalangan tinggi berkuasa Myanmar, sektor swasta, pekerjaan kerah putih, dan kelas berpendidikan tinggi di Myanmar.[9][10]
Etimologi
[sunting | sunting sumber]Dalam bahasa Burma, orang Tionghoa dipanggil Tayoke (တရုတ်, tarut), diucapkan [/təjoʊʔ/], dan dahulu dieja တရုပ် (tarup). Etimologi dari istilah tersebut masih tidak jelas. Bukti paling awal ini mengenai istilah ini ditelusuri ke era Bagan, pada abad ke-13, ketika istilah tersebut mengacu kepada wilayah dan berbagai suku bangsa di utara dan timur laut Myanmar. Beberapa kalangan akademisi telah mengemukakan bahwa istilah itu berasal dari istilah bahasa Tionghoa untuk "Turk" (突厥, Tūjué); dari nama Dali (大理國, Dàlǐguó), ibu kota Kerajaan Nanzhao; perubahan istilah Tionghoa Dàyuèzhī (大月支 atau 大月氏), istilah Tionghoa yang mengacu kepada orang Kushan Hun yang berbahasa Mongol..[11] Pemakaian istilah Tayoke untuk mengacu kepada orang Tionghoa Han bukanlah kebiasaan yang dipahami dan diterapkan secara seragam sampai abad ke-19.[11]
Dalam bahasa Mon, orang Tionghoa dikenal sebagai Krawk (ကြုက်, /krɜk/);[12]dalam bahasa Shan, mereka dipanggil Khe (ၶႄႇ, /kʰɛ2/).[13] Dalam bahasa Wa, yang dipakai di perbatasan antara Provinsi Yunnan dan Negara Bagian Shan, kata untuk orang Tionghoa adalah Hox/Hawx, diucapkan /hɔʔ/.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b "CIA - The World Factbook". Cia.gov. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-11-04. Diakses tanggal 2012-05-11.
- ^ a b "Burma". State.gov. 2011-08-03. Diakses tanggal 2012-05-11.
- ^ Hooker, Michael Barry (2002). Law and the Chinese in Southeast Asia. Institute of SoutheastAsian Studies. ISBN 981-230-125-9.
- ^ Rieffel, Lex (2010). Myanmar/Burma: inside challenges, outside interests. Brookings Institution Press. hlm. 95–97. ISBN 978-0-8157-0505-5.
- ^ "China's Ambitions in Myanmar". July 2000.
- ^ "China's Future Role in Burma". Irrawaddy.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-14. Diakses tanggal 2012-05-11.
- ^ Myint-U, Thant. The Telegraph. Tidak memiliki atau tanpa
|title=
(bantuan); - ^ Chua, Amy (May 2004). "Review: The Ethnic Question in Law and Development". World on Fire: How Exporting Free Market Democracy Breeds Ethnic Hatred and Global Instability. The Michigan Law Review Association. 102 (6): 1044–1103. JSTOR 4141938.
- ^ Win, Htet (July 2004). "The Road To Riches?". The Irrawaddy. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-10-06. Diakses tanggal 2006-06-05.
- ^ Sarah Birke (July 3, 2010). "Ethnic tensions grow in Myanmar". The National. Diakses tanggal September 12, 2012.
- ^ a b Yian, Goh Geok (2009). "The question of 'China' in Burmese chronicles". Journal of Southeast Asian Studies. National University of Singapore. 41 (1). doi:10.1017/s0022463409990282.
- ^ Shorto, H.L. (1962). Dictionary of Modern Spoken Mon. Oxford University Press.
- ^ Sao Tern Moeng (1995). Shan-English Dictionary. ISBN 0-931745-92-6.
Bacaan lebih lanjut
[sunting | sunting sumber]- Mya Than (1997). "The Ethnic Chinese in Myanmar and their Identity". Dalam Leo Suryadinata. Ethnic Chinese as Southeast Asians. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 981-3055-58-8.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Newidea! Myanmar information Web Site Diarsipkan 2006-05-07 di Wayback Machine.
- Burma Overseas Chinese Student Association Diarsipkan 2006-04-23 di Wayback Machine.
- Overseas Chinese Affairs Office of the State Council of the People's Republic of China (Chinese-language only)
- Overseas Chinese Affairs Commission, R.O.C. Diarsipkan 2004-10-29 di Archive.is
- Chronology of Chinese-Burmese Relations of The Irrawaddy