[go: up one dir, main page]

Lompat ke isi

Tangki septik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gambar tangki septik yang sebelum ditutup tanah

Tangki septik adalah suatu kolam atau bak bersekat-sekat sehingga terbagi-bagi dalam beberapa ruang, biasanya terdapat di bawah tanah.[1] Tangki septik merupakan tempat pembuangan yang dibuat dengan bahan yang kedap air sehingga air dalam tangki septik tidak dapat meresap ke tanah.[1] Tangki septik berguna untuk pembuangan kotoran, tinja, dan sebagainya, yang tidak boleh disalurkan ke saluran pembuangan umum karena kekotorannya, dimaksudkan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan.[1] Dalam tangki septik, air pembuangan dan bahan padat yang ikut diberi kesempatan membusuk dan musnah secara alamiah.[1] Air yang keluar karena berlebih dibuang ke sumur septik yang dapat meneruskannya ke air tanah tanpa mengganggu kebersihan air tanah.[1] Jika tidak diguyur dengan obat pembasmi renik, untuk jangka waktu lama, tangki septik tidak perlu dikuras.[1]

Tangki septik digunakan untuk mengolah limbah cair rumah tangga skala individual.[2] Tangki septik terdiri dari bak pengendap, ditambah dengan suatu filter yang diisi kerikil atau pecahan batu untuk menguraikan limbah.[2] Penguraian zat organik dalam limbah cair atau tinja dilakukan oleh bakteri anaerobik.[2] Bak pengendap biasanya terdiri dari dua ruangan, yang pertama berfungsi sebagai bak pengendap pertama, pengurai lumpur (sludge digestion) dan penampung lumpur.[2] Sedangkan ruang kedua berfungsi sebagai pengendap kedua dan penampung lumpur yang tidak terendapkan di ruang pertama dan luapan air dari bak pengendap dialirkan ke media filter dengan arah aliran dari bawah ke atas.[2]

Latar Belakang

[sunting | sunting sumber]

Pembuatan tangki septik berfungsi untuk mencegah timbulnya penyakit perut menular sepert tifus, kolera, disentri dan sebagainya, yang menyebar melalui tinja/feses atau kotoran manusia.[3] Karenanya, pengelolaan kotoran tersebut harus dilakukan secara baik dan berencana, agar hasilnya tidak berpengaruh negatif terhadap kesehatan, kebersihan dan estetika lingkungan.[3]

  1. ^ a b c d e f (Indonesia)Hassan Shadily & Redaksi Ensiklopedi Indonesia (Red & Peny)., Ensiklopedi Indonesia Jilid 6 (SHI-VAJ). Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, hal. 3443
  2. ^ a b c d e (Indonesia)Suparmin., Pembuangan tinja dan limbah cair: suatu pengantar. Jakarta: Penerbi Buku Kedokteran EGC, 2001, hal 130
  3. ^ a b Prof.Drs.Unus Suriawiria (2008). Mikrobiologi air. Bandung: P.T Alumni. hlm. 299.