Percobaan Rosenhan
Percobaan Rosenhan adalah sebuah percobaan yang dilakukan oleh psikolog David Rosenhan pada 1973.[1] Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah psikiater dapat membedakan antara pasien yang benar-benar menderita gangguan jiwa dengan yang tidak.[2] Kepercayaan yang dianut sebelumnya adalah bahwa pasien akan memperlihatkan gejala-gejala dan gejala tersebut dapat dikategorikan sehingga orang yang waras dapat dibedakan dengan orang yang sakit jiwa.[1] Ide ini mulai dipertanyakan karena diagnosa psikis dibuat berdasarkan pemikiran dari si pengamat dan bukan merupakan karakteristik yang sahih yang diperlihatkan oleh pasien.[1]
Metode
[sunting | sunting sumber]Percobaan ini terdiri dari dua bagian.[2] Pada bagian pertama, delapan orang yang waras mencoba masuk ke rumah sakit jiwa dengan berpura-pura mendengar suara-suara asing.[2] Para pasien palsu ini merupakan orang biasa yang berprofesi antara lain sebagai mahasiswa psikologi, psikolog, dokter anak, psikiater, pelukis, dan ibu rumah tangga.[1] Di antarapara pasien palsu tersebut, tiga orang adalah wanita dan lima orang adalah lelaki.[1] Mereka menggunakan nama samaran dan mengaku memiliki profesi yang berbeda ketika berbicara dengan perwakilan dari rumah sakit jiwa.[2] Setelah berhasil masuk ke rumah sakit tersebut, mereka berlaku normal, melakukan observasi terhadap keadaan di rumah sakit, dan menunggu dikeluarkan.[2] Namun, yang terjadi adalah semua pasien palsu tersebut tidak dianggap waras oleh para staff rumah sakit sebaliknya mereka didiagnosa mengalami schizophrenia.[2] Para pasien palsu akhirnya harus berada di rumah sakit selama 7 hingga 52 hari sedangkan rata-rata mereka berada di sana selama 19 hari.[2] Walaupun para staff tidak dapat membedakan mereka, 35 dari 118 pasien sesungguhnya di rumah sakit tersebut menyuarakan kecurigaan mereka terhadap pasien palsu.[2]
Pada bagian yang kedua, staff dari sebuah rumah sakit yang mengetahui mengenai percobaan ini diberitahu bahwa selama tiga bulan kedepan akan ada pasien palsu yang berusaha masuk ke sana walaupun sebenarnya tidak.[2] Para staff diminta untuk menilai kemungkinan seorang pasien yang datang adalah pasien palsu.[2] Hasilnya dari 193 pasien, 41 orang dengan yakin dinyatakan sebagai pasien palsu oleh setidaknya seorang staff.[2] Secara rata-rata, sekitar 10 persen dari pasien yang datang tiap harinya dianggap sebagai pasien palsu.[2]
Melalui percobaan ini Rosenhan menyimpulkan bahwa psikiater tidak dapat dengan dipercaya dalam membedakan orang yang waras dan tidak.[2] Bagian pertama dari percobaan ini menunjukkan kegagalan dalam mendeteksi kewarasan sedangkan yang kedua menunjukkan kegagalan dalam mendeteksi kegilaan.[2]
Rujukan
[sunting | sunting sumber]