Silat Sabeni
Silat Sabeni Tenabang adalah salah aliran silat (Betawi: maen pukulan) khas Betawi.[1][2][3] Aliran silat ini diciptakan oleh H. Sabeni bin Canam, ketika Indonesia masih berada pada masa penjajahan Belanda.[2] Aliran silat ini awalnya dikembangkan di daerah Tanah Abang, Jakarta Pusat.[2][3]
Pada tahun 2019, Silat Sabeni diakui sebagai warisan budaya takbenda dari Provinsi DKI Jakarta, dengan No. Registrasi: 201900925.[3]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Sabeni lahir tahun 1860 di daerah Kebon Pala, Tanah Abang.[2] Ia belajar silat dari dua guru, yaitu H. Syuhud dan H. Ma'il, yang mana keduanya ahli beladiri silat Betawi yang berdiam di daerah Tanah Abang.[2] Ilmu silat dari kedua gurunya kemudian digabungkannya menjadi aliran silat Sabeni.[2]
Semasa penjajahan Belanda, Sabeni pernah bekerja menjadi kepala keamanan (Betawi: serean) tingkat kecamatan (Belanda: Onderdistrict).[2] Menurut keterangan penerus aliran silat ini, Sabeni mulai dikenal ketika menang dalam pertandingan persahabatan melawan jagoan Kemayoran.[2] Ia pernah menang melawan jago-jago Kuntau kiriman tuan tanah Belanda di Prinsen Park (sekarang Taman Lokasari, Mangga Besar), serta pada masa pendudukan Jepang juga menang melawan ahli-ahli beladiri Jepang dalam pertandingan yang diselenggarakan Pemerintahan Militer Jepang (Jepang: Gunseikanbu) di Jakarta.[2] Selama masa perjuangan kemerdekaan, Sabeni dan murid-muridnya turut berperan serta dalam perlawanan fisik di Jakarta.[1]
Sabeni wafat pada 15 Agustus 1945, dan aliran silatnya diteruskan oleh para keturunan dan murid-muridnya.[2][3] Pada 2016, setidaknya terdapat 6 perguruan atau sanggar silat yang mengembangkan aliran silat Sabeni di daerah Tanah Abang.[2]
Jurus
[sunting | sunting sumber]Beberapa ciri khas Silat Sabeni ialah posisi permainan yang rapat, gerakan tangan cepat dan luwes, serta sapuan kaki yang ditujukan untuk membanting lawan.[3] Jurus-jurus silatnya lebih mengutamakan pada penyerangan, serta menunggu peluang terbukanya kelemahan lawan.[3]
Berikut ini adalah nama jurus-jurus utama dalam Silat Sabeni (jalur Cing Mus), sbb.:[2]
- Jalan Cara Cina
- Kelabang Nyebrang
- Empat Persegi
- Empat Kelima Pancer
- Sela Bumi
Setiap jurus tersebut memiliki banyak jurus pecahan hingga ratusan, beberapa namanya antara lain:[2]
|
|
|
Seiring perkembangan Silat Sabeni, terdapat sedikit perbedaan penamaan, urutan, gerak, maupun aplikasi jurus-jurusnya, dalam berbagai perguruan yang mengajarkan aliran silat ini.[2][4]
Silsilah perguruan
[sunting | sunting sumber]H. Syuhud (guru silat) | H. Isma'il (guru silat) | Habib Alwi Al Habsyi (guru agama) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Sabeni bin Canam | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Murid-murid non keluarga | Sya'ban (mertua Sabeni) | M. Saleh Sabeni (anak Sabeni, cucu Macan Kemayoran) | Mustofa Sabeni (anak ke-6 Sabeni) | M. Ali Sabeni (anak ke-7 Sabeni) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Murid-murid non keluarga | Anak-anak dan keponakan-keponakan Cing Mus lainnya | Taufik Mustofa (anak ke-2 Cing Mus) | Zul Bachtiar (anak ke-2 Aba Ali) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Wilson, Ian Douglas (2015-03-24). The Politics of Protection Rackets in Post-New Order Indonesia: Coercive Capital, Authority and Street Politics (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-1-135-04208-0.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o Nawi, G. J. (2016). Maen Pukulan Pencak Silat Khas Betawi: Maen Pukulan Pencak Silat Khas Betawi. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 978-979-461-983-4.
- ^ a b c d e f Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya (16 September 2019). "Silat Sabeni Tenabang". Indonesiana Platform Kebudayaan. Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia. Diakses tanggal 2020-03-17.
- ^ a b "Seni Maen Pukulan Sabeni Tenabang: Silat Tradisional Asli Betawi". sabenitenabang.com. Seni Maen Pukulan Sabeni Tenabang <Zul Bachtir>. 2017. Diakses tanggal 2020-03-17.