Ndalem Pujokusuman
Dalem Pujokusuman | |
---|---|
Nama sebagaimana tercantum dalam Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya | |
Cagar budaya Indonesia | |
Kategori | Bangunan |
No. Regnas | RNCB.20111017.02.000264 |
Lokasi keberadaan | Kelurahan Keparakan, Kěmantrèn Měrgangsan, Kota Yogyakarta |
No. SK | SK Menteri No.PM.89/PM.007/MKP/2011 |
Tanggal SK | 2011 |
Pemilik | Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat |
Pengelola | G.B.P.H. Pujokusumo |
Ndalem Pujokusuman atau Ndalem Danudiningratan (bahasa Jawa: ꦤ꧀ꦢꦊꦩ꧀ꦥꦸꦗꦏꦸꦱꦸꦩꦤ꧀, translit. Ndalěm Pujåkusuman) berada di kelurahan Keparakan, kěmantrèn Mergangsan, kota Yogyakarta.[1][2] Bangunan ini dibangun pada masa Sultan Hamengku Buwana II. Pada awalnya dalem ini ditempati oleh KRT Danudiningrat yang merupakan menantu Sultan Hamengku Buwana VII. Pada tahun 1901 diberikan kepada GBPH Pujokusumo yang merupakan putra Sultan Hamengku Buwana VIII. Pada tahun 1948 hingga 1949, dalem ini pernah digunakan sebagai markas pasukan gerilya Hantu Maut.[3][4][5][6]
Riwayat
[sunting | sunting sumber]Dalem Pujokusurnan ini dibangun pada masa Hamengkubuwana II dan pada masa perjuangan pernah digunakan sebagai Markas Laskar Hantu Maut. Pada masa penjajahan Belanda, GBPH Pujokusumo dikenal sebagai pejuang yang ulet dan tidak pernah mau kompromi dengan Belanda.[7][8]
Bangunan terdiri atas pendopo, balai rata, pringgitan, dalem (sentong kanan, sentong tengah, sentong kiri), gandhok kanan, gandhok kiri, dan gadri. Pada saat ini, Ndalem Pujokusuman digunakan sebagai salah satu wadah pelestarian seni tradisional Yogyakarta di bawah pengelolaan Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa dan pada tahun 2011 ditetapkan sebagai pusat seni tari gaya Yogyakarta oleh Pemerintah Provinsi DIY. Kiprah Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa yang rutin menyenggarakan pendidikan tari di nDalem Pujokusuman telah melestarikan tari klasik dan menelurkan banyak penari handal.[9] Tari Golek Ayun-ayun yang diciptakan Rama Sas pada tahun 1976 sangat kerap dipentaskan dalam berbagai acara oleh beragam penari. Tari ini mengambarkan seorang gadis remaja yang tengah beranjak dewasa dan senang mempercantik diri sendiri. Meski tari tunggal namun dalam penyajiannya bisa juga ditarikan oleh lebih dari seorang penari dengan mengolah komposisi pola lantainya.[10][11]
Begitulah saat peringatan ulang tahun YPBSM ke-54, Golek Ayun-Ayun ditarikan oleh para penari dari sanggar penciptanya di Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta. Malam itu tari Golek Ayun-Ayun dibawakan oleh lima orang penari dengan stilisasi gerak yang anggun dan indah.[12][13] Diiringi gending yang bertempo lambat, tercipta rasa ayem dan adem bagi penonton. Dipentaskan pula tari Bedaya Awalokiteswara ciptaan istri Rama Sas, Siti Sutiyah Sasmintadipura,[14] yang kini memimpin YPBSM.[15][16] Tari ini mengambil cerita dari legenda di kalangan masyarakat Buddha yang sangat populer di China, Jepang, India dan Thailand. Awalokiteswara adalah salah seorang murid sang Buddha yang sudah mencapai kesempurnaan dan berkedudukan di langit. Ia dipercaya sebagai dewi penolong karena selalu melihat ke alam dan mendengarkan keluh kesah serta menolong penderitaan umat manusia yang memintanya. Diiringi gending yang ditata Bayu Papang Purnama, tarian ini juga lamban dan anggun.Pementasan bertajuk Revitalisasi Tari Klasik Gaya Yogyakarta #2 ini cukup dinamis karena menampilkan pula tari Yoga Nuraga dan Topeng Ngelana yang rancak. Tari Yoga Nuraga yang dibawakan oleh lima anak-anak berusia sekolah dasar bergerak dengan lincah.[17] Maklum, tari ciptaan Ical Yulianto ini kental dengan suasana bermain anak-anak. Kostumnya tradisional berunsur kekinian. Blangkon di kepala, kemeja putih lengan pendek dengan dasi kupu-kupu hitam, serta selendang di pinggang.[18]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Ndalem Brontokusuman
- Ndalem Jayadipuran
- Museum Perjuangan Yogyakarta
- Sekolah Dasar Negeri Kintelan I
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ Thohari, Hamim (2015-08-22). "Menyaksikan Tarian Jogja Karya Maestro Romo Sas di Ndalem Pujokusuman". Tribunnews.com. Diakses tanggal 22 Mei 2022.
- ^ "Keparakan Maju Tingkat Provinsi Lomba Kelurahan". Portal Berita Pemerintah Kota Yogyakarta. Diakses tanggal 28 Mei 2022.
- ^ "Ndalem Pujokusuman". Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta. Diakses tanggal 22 Mei 2022.
- ^ "Ndalem Pujokusuman Pusat Pelestarian Seni Tari Gaya Yogyakarta". Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta. Diakses tanggal 22 Mei 2022.
- ^ "Suasana Ndalem Pujokusuman Yayasan Rama Sasmita". Kelompok Studi Mahasiswa Fotografi Komunikasi 401 UPN “Veteran” Yogyakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-25. Diakses tanggal 28 Mei 2022.
- ^ "Pasukan Hantu Maut". Gudeg. Diakses tanggal 28 Mei 2022.
- ^ "Ndalem Pujokusuman". Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya. Diakses tanggal 8 September 2020.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Ndalem Pujokusuman dan Kesenian Tari Tradisional Gaya Yogyakarta". Gudeg. Diakses tanggal 22 Mei 2022.
- ^ "Dua Tarian Ciptaan K.R.T. Sasminta Dipura Direvitalisasi". Harian Jogja. Diakses tanggal 22 Mei 2022.
- ^ "Pentas Pendapan Ndalem Pujokusuman". Jogja TV. Diakses tanggal 22 Mei 2022.
- ^ "YPBSM: Sanggar Tari Klasik Pengolah Rasa dan Karakter". Warga Jogja. Diakses tanggal 21 Mei 2022.
- ^ "Metode Pengenalan Tarian Tradisional Jawa Berbasis Multimedia pada Sanggar Tari Ndalem Pujokusuman Yogyakarta" (PDF). Naskah Publikasi.
- ^ "Peranan Mardawa Budaya terhadap Perkembangan Seni Tari di Yogyakarta Tahun 1962–1996" (PDF). Naskah Publikasi.
- ^ "Ingat! Malam Ini Peringatan 5 Tahun Jogedan Selasa Legen". Kedaulatan Rakyat. Diakses tanggal 22 Mei 2022.
- ^ "Tiga Tari untuk Penghiasku". Tempo.co. Diakses tanggal 22 Mei 2022.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Kemas Langen Mandara Wanara Lebih Informatif". JawaPos.com. Diakses tanggal 21 Mei 2022.
- ^ "Satu Tahun Seloso Legen". Ekspresi Online. Diakses tanggal 22 Mei 2022.
- ^ "11 Sanggar Tari di Jogja untuk Anak-Anak Hingga Dewasa". Dolan Yok. Diakses tanggal 21 Mei 2022.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]Buku
- Adhisupho, Muhammad (1995). Gali Budaya Sendiri: Buku Panduan Festival Kesenian Yogyakarta VII Tahun 1995 dan Peringatan 50 Tahun Indonesia Emas. Yogyakarta: Festival Kesenian Yogyakarta VII.
- Harnoko, Darto; Tashadi (1991). Mengenal Seniman Tari dan Karawitan Jawa. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta.
- Soekiman, Djoko (1986). Sejarah Kota Yogyakarta. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Jurnal
- Muryantini, Sri; Nyoman, Ni Luh; Prasetyo, Himawan (Juni 2016). "Ndalem Pujokusuman Yogyakarta" (PDF). Buletin Narasimha. 9 (9). ISSN 2087-5452.
- Ratnasari, Tri Ana; Nusarini (Desember 2016). "Istilah Khas dalam Seni Tari Klasik Yogyakarta". Caraka. 3 (1). ISSN 2579-4485.
- Zulfiar, Muhammad Heri; Jayady, Arman; Saputra, Nurwidi Rukmono Jati (Juli 2018). "Kerentanan Bangunan Rumah Cagar Budaya terhadap Gempa di Yogyakarta". Karkasa. 4 (1). ISSN 2721-9534.
Bacaan lanjutan
- Februana, Ngarto (2013). Lorong Tanpa Cahaya. Yogyakarta: Media Pressindo. ISBN 978-130-1446-21-6.
- Ulung, Gagas (2011). Go Traditional: 100 Sanggar Seni, Artshop, Bengkel Kerajinan Bertradisi di Jogja dan Solo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-2271-40-9.
- Jalidu, Ahmad (2018). Daya Tari: Jejak, Mimpi, dan Daya Hidup Koreografer Muda. Yogyakarta: Garudhawaca. ISBN 978-602-6581-59-4.
- Janarto, Herry Gendut (2005). Didik Nini Thowok, Menari Sampai Lahir Kembali. Yogyakarta: Sava Media. ISBN 978-979-3695-30-3.
- Jatmika, Sidik (2009). Urip Mung Mampir Ngguyu: Telaah Sosiologis Folklor Jogja. Yogyakarta: Kanisius. ISBN 978-979-2124-31-6.
- Nurhajarini, Dwi Ratna, dkk (2012). Yogyakarta: Dari Hutan Beringin ke Ibu Kota Daerah Istimewa. Yogyakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta. ISBN 978-979-8971-40-2.