Meral Akşener
Meral Akşener | |
---|---|
Ketua Partai İyi | |
Mulai menjabat 25 Oktober 2017 | |
Pendahulu Partai dibentuk Pengganti Petahana | |
Wakil Ketua Majelis Nasional] | |
Masa jabatan 10 Agustus 2007 – 7 Juni 2015 | |
Ketua | Köksal Toptan Mehmet Ali Şahin Cemil Çiçek |
Menjabat dengan | Sadık Yakut Mehmet Sağlam Güldal Mumcu Ayşe Nur Bahçekapılı Nevzat Pakdil Eyyüp Cenap Gülpınar |
Menteri Dalam Negeri | |
Masa jabatan 8 November 1996 – 30 Juni 1997 | |
Perdana Menteri | Necmettin Erbakan |
Informasi pribadi | |
Lahir | 18 Juli 1956 İzmit, Turki |
Kebangsaan | Turki |
Suami/istri | Tuncer Akşener (m. 1980) |
Anak | 1 |
Almamater | Universitas Istanbul Universitas Marmara |
Pekerjaan | Politikus, akademisi, sejarawan |
Julukan | Asena |
Sunting kotak info • L • B |
Meral Akşener (lahir 18 Juli 1956) adalah seorang politikus Turki. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri dan Wakil Ketua Parlemen. Pada tahun 2016, ia memimpin kelompok dalam Partai Gerakan Nasionalis yang menentang kepemimpinan Devlet Bahçeli. Pada 25 Oktober 2017, ia mendirikan partainya sendiri yang disebut Partai İyi.
Pada tahun 2018, ia maju sebagai calon presiden,[1] tetapi ia tidak berhasil melaju ke putaran kedua.
Latar belakang
[sunting | sunting sumber]Meral Akşener dilahirkan pada tanggal 18 Juli 1956 di daerah Gündoğdu, İzmit, Kocaeli. Ayahnya bernama Tahir Ömer, sementara ibunya adalah Sıddıka. Mereka adalah orang Muslim Balkan dari desa Kato Ioniko di Xanthi.[2][3] Mereka pindah dari Yunani ke Turki bersama dengan ratusan ribu orang lainnya pada tahun 1923.[4]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Malsin, Jared. "Turkey's 'Iron Lady' Meral Aksener Is Getting Ready to Challenge Erdogan". Time. Diakses tanggal 14 July 2017.
- ^ Biography
- ^ "Türkiye Büyük Millet Meclisi 23. Dönem Milletvekili-Meral Akşener" (dalam bahasa Turkish). TBMM. Diakses tanggal 2013-02-05.
- ^ Gall, Carlotta (5 January 2018). "A Rival Steps Up to Challenge Turkey's President Erdogan". The New York Times. Diakses tanggal 10 January 2018.
The daughter of a civil servant, Ms. Aksener grew up in a small rural village in western Turkey. Her family was among the hundreds of thousands resettled from Greece in the population exchanges between Greece and Turkey in 1923.