Jalak tunggir-merah
Jalak tunggir-merah | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | Scissirostrum Lafresnaye, 1845
|
Spesies: | S. dubium
|
Nama binomial | |
Scissirostrum dubium (Latham, 1802)
| |
Sinonim | |
Lanius dubium Latham, 1802 |
Jalak tunggir-merah (Scissirostrum dubium) adalah spesies burung jalak dalam famili Sturnidae. Burung ini endemik di Pulau Sulawesi termasuk pulau-pulau satelitnya dan Kepulauan Banggai.[2]
Deskripsi
[sunting | sunting sumber]Ukuran tubuh dari burung jalak jenis ini adalah sedang, dengan panjang kurang lebih 20,5 cm dengan berat sekitar 50 gram.[3] Warna bulu dari burung jalak Rio ini abu-abu gelap atau abu-abu tua, dengan bagian sayap burung ini berwarna lebih kegelapan. Sedangkan untuk bulu–bulu pada bagian tunggir ataupun pada bagian tungging atau pantat merah ataupun oranye kemerahan. Paruhnya juga tebal, dengan warna jingga sedikit pucat, dengan memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan spesies jalak yang lainnya. jalak rio-rio termasuk salah satu burung yang cepat serta dikenal pintar dalam menirukan suara burung kicauan lain.
Habitat
[sunting | sunting sumber]Burung jalak rio banyak ditemukan di Kepulauan Banggai, Kepulauan Togean, Pulau Lembeh dan Pulau Bangka di Sulawesi alias salah satu jenis burung endemik Indonesia. Habitat aslinya antara lain adalah di:
- Kepulauan Banggai (Kabupaten Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah)
- Pulau Butung (Sulawesi Tenggara)
- Kepulauan Togean (Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah)
- Pulau Bangka (Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara).
- Pulau Lembeh (secara administratif masuk Kota Bitung, Sulawesi Utara)
Kebiasaan dan Makanan
[sunting | sunting sumber]Burung Jalak ini hidup secara berkelompok atau berkoloni dalam jumlah yang cukup besar, bahkan bisa mencapai hingga 150 ekor di dalam setiap kelompoknya. Mereka kerap sekali menempati wilayah di tepian hutan serta kawasan yang jarang ditumbuhi pepohonan, dan hutan rawa hingga pada ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut. Sekelompok burung jalak tunggir merah akan bersama-sama untuk mencari makanan yang berupa buah-buahan, perling kecil, biji-bijian, dan juga beberapa jenis dari serangga. Burung ini begitu menyukai biji-bijian, serangga, dan juga buah-buahan. Seorang peternak burung ini biasanya memberikan burung ini makanan pokok berupa voer. Akan tetapi juga memberikan makanan ekstra berupa jangkrik ataupun kroto dan juga buah-buahan seperti buah pisang dan buah pepaya.
Reproduksi
[sunting | sunting sumber]Tercatat berbiak di bulan Mei, tipe perkawinannya monogami. Berbiak dalam koloni besar sampai ratusan sarang. Melubangi batang pohon mati untuk bersarang, kadang pohon kemudian tumbang karana terlalu banyak lubang pada batangnya. Jumlah telur 2 butir, di alam biasanya satu sarang hanya mampu mendukung pertumbuhan satu burung muda.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ BirdLife International (2012). "Scissirostrum dubium". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2013.2. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 21 Oktober 2014.
- ^ Coates, Brian and Bishop, K (2000). Panduan Lapangan Burung-Burung di Kawasan Wallacea. Brisbane, Australia: BirdLife International-Indonesia Programme & Dove Publications Pty. ISBN 979-95794-2-2.
- ^ "Grosbeak Starling (Scissirostrum dubium)". www.hbw.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-07-04.