[go: up one dir, main page]

Lompat ke isi

Hipohidrosis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hipohidrosis
Informasi umum
SpesialisasiDermatologi, neurologi
Prognosishipertermia, sengatan panas dan kematian

Hipohidrosis adalah kondisi seseorang yang hanya mengeluarkan sedikit keringat ketika suhu di sekitar panas. Hipohidrosis merupakan kondisi lebih ringan dari anhidrosis (penderitanya tidak dapat berkeringat sama sekali).[1][2]

Gejala utama hipohidrosis adalah tidak atau hanya sedikit mengeluarkan keringat.[3] Jumlah keringat yang sedikit ini menyebabkan penderitanya tidak tahan dengan suhu panas,[2] wajahnya kemerahan,[4][5] merasa kepanasan,[2] dan kulit terasa sangat kering.[5] Hal ini disebabkan karena kelenjar keringat tidak manjalankan fungsinya untuk mengeluarkan panas dari dalam tubuh dan mendinginkan tubuh.[3]

Panas yang tidak keluar dari dalam tubuh ini akan menyebabkan peningkatan suhu tubuh sehingga penderita akan mengalami kondisi prasinkop,[5] napas yang berat,[2] dan tidak tahan dengan aktivitas yang intens seperti berolahraga terlalu lama.[5] Peningkatan suhu tubuh yang ekstrem akan menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa. Kondisi ini diawali dengan kram otot[2] dan kelemahan otot[2] yang berlanjut menjadi kebingungan, hilangnya kesadaran, koma, bahkan kematian.[3]

Kerusakan atau penyakit kulit

[sunting | sunting sumber]

Kerusakan pada jaringan kulit dapat menyebabkan kerusakan pada kelenjar keringat yang ada di bawahnya.[5] Penyebab rusaknya jaringan kulit tersebut bisa diakibatkan oleh: infeksi bakteri (lepra)[1], peradangan kulit, terpapar radiasi berbahaya,[2] luka bakar,[3] iktiosis,[6] skleroderma,[6] psoriasis,[3][6] dermatitis eksfoliatif,[6] dan atrofi kelenjar keringat akibat penyakit jaringan ikat (sklerosis sistemik, lupus eritematosus sistemik).[2][3]

Kerusakan sistem saraf

[sunting | sunting sumber]

Selain kerusakan pada kulit, kerusakan pada sistem saraf juga dapat menyebabkan seseorang sulit berkeringat. Kerusakan pada sistem saraf dapat menghalangi pengiriman sinyal dari saraf pusat ke kelenjar kulit. Beberapa kondisi saraf yang dapat memengaruhi hal ini adalah: sindrom Horner,[6] penyakit Fabry,[6] sindrom Sjorgen,[1][6] penyakit parkinson,[3][6] diabetes melitus,[3][6] sindrom Ross,[3][6] amiloidosis,[3][6] kanker paru sel kecil,[6] atropi sistem multipel,[6] alkoholisme,[3][6] defisiensi vitamin B,[5] dan sindrom Guillain-Barre.[2]

Efek samping obat

[sunting | sunting sumber]

Hipohidrosis dapat disebabkan oleh obat-obatan terutama obat yang memiliki efek antikolinergik dengan cara memengaruhi fungsi kelenjar keringat.[1][3]

Obat yang menyebabkan hipohidrosis[4][7]
Kelas obat Contoh obat Mekanisme kerja
Antikolinergik Efek antimuskarinik
Antidepresan trisiklik
  • Amitriptilin
  • Desipramin
  • Doksepin hidroklorida
  • Imipramin hidroklorida
  • Nortriptilin
  • Protriptilin
Efek antimuskarinik
Antiepilepsi Penghambat karbonik anhidrase (topiramat dan zonisamid)

Efek antikolinergik (karbamazepine)

Antihistamin
  • Siproheptadin hidroklorida
  • Difenhidramin
  • Prometazin
Efek antimuskarinik
Antihipertensi
  • Klonidin
Efek adrenergik sentral
Antipsikotik dan antimuntah Efek antimuskarinik
Antivertigo
  • Meclizin
  • Skopolamin
Efek antimuskarinik
Antispasme kandung kemih
  • Darifenasin
  • Oksibutinin hidroklorida
  • Solifenasin suksinat
  • Tolterodin tartrat
Efek antimuskarinik
Obat antisekresi lambung Propantelin Efek antimuskarinik
Pelemas otot Kemungkinan dengan menghambat eksitasi interneuron di saraf tulang belakang, kemungkinan efek antimuskarinik perifer
Paralisis neuromuskular Racun botulinum Penghambat presinaptik pelepasan asetilkolin
Opioid Antagonis kalsium

Dehidrasi

[sunting | sunting sumber]

Dehidrasi juga bisa menjadi penyebab kondisi mengapa seseorang sedikit sekali berkeringat. Alasannya karena tubuh tidak memiliki air yang cukup untuk memproduksi keringat.[5][8]

Kondisi bawaan

[sunting | sunting sumber]

Kondisi sedikit berkeringat juga dapat disebabkan oleh kondisi bawaan karena seseorang terlahir dengan kelenjar keringat yang sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Dalam dunia medis, istilah ini disebut displasia ektodermal hipohidrotik.[6][8]

Hipohidrosis idiopatik

[sunting | sunting sumber]

Gangguan produksi keringat yang tidak diketahui penyebabnya yaitu anhidrosis idiopatik kronis atau anhidrosis idiopatik dapatan.[2]

Diagnosis

[sunting | sunting sumber]

Selain riwayat kesehatan dan keluhan yang dirasakan oleh penderita, ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis hipohidrosis yaitu:[5]

Tes termoregulasi kulit. Penderita akan diberi tepung jagung yang mengandung iodin atau tepung alizarin merah dengan perbandingan alizarin merah:tepung jagung:sodium karbonat 1:2:1 di seluruh badannya yang akan berubah warna jika kulit menghasilkan keringat. Setelahnya, penderita akan dimasukkan ke dalam ruangan yang dapat merangsang peningkatan suhu tubuh sehingga diharapkan produksi keringat akan semakin banyak. Suhu di dalam ruangan ini antara 45-50°C dengan kelembapan relatif 35-40%. Durasi pemeriksaan ini adalah 30-65 menit dan tidak boleh melebihi 70 menit. Daerah tubuh yang bubuknya tidak mengalami perubahan warna menunjukkan tidak adanya keringat yang diproduksi. Perubahan warna yang terjadi adalah dari warna kuning menjadi merah gelap untuk tepung alizarin merah dan dari cokelat menjadi ungu untuk tepung dengan iodin.[9]

Tes refleks akson sudomotor kuantitatif atau quantitative sudomotor axon reflex test (QSART). Pada pemeriksaan ini kelenjar keringat dirangsang menggunakan asetilkolin untuk menghasilkan keringat dan jumlah keringat yang dihasilkan dihitung. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi saraf yang mengatur proses terbentuknya keringat.[2][9]

Tes jejak keringat silastik (polimer silikon). Pemeriksaan ini juga berfungsi untuk menilai fungsi sudomotor kolinergik simpatis pascaganglion dengan cara mengukur refleks akson yang merangsang respons dikeluarkannya keringat. Kelenjar keringat penderita dirangsang dengan asetilkolin, pilokarpin atau metakolin lalu penderita dipasangi bahan dari silikon di atas kulitnya. Analisa hasil pemeriksaan ini berupa distribusi, ukuran, dan percikan keringat dilakukan di bawah mikroskop cahaya atau dengan analisis komputer.[2][9]

Normalnya manusia menghasilkan 311±38 percikan keringat/cm2 di daerah tangan dan 281±38 percikan keringat/cm2 di kaki.[2][9]

Biopsi kulit. Pemeriksaan ini dilakukan jika dokter mencurigai kondisi hipohidrosis terjadi akibat masalah pada kulit.[2][10]

Pencitraan resonansi magnetik otak atau saraf tulang belakang. Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai penyebab hipohidrosis berasal dari sistem saraf pusat.[4]

Komplikasi

[sunting | sunting sumber]
  • Keram akibat panas. Gejalanya adalah nyeri otot atau spasme otot.[10][11]
  • Kelelahan akibat panas, gejalanya adalah kelemahan, mual, dan denyut nadi yang cepat.[10][11]
  • Sengatan panas, merupakan kondisi yang mengancam jiwa jika suhu tubuh mencapai 39,5°C atau lebih tinggi. Sengatan panas dapat menyebabkan seseorang kehilangan kesadarannya.[10][11]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d Das, Shinjita (Juni 2020). "Hypohidrosis". www.msdmanuals.com. Diakses tanggal 25 Februari 2022. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n Richa, Chimene (10 Januari 2020). "Anhidrosis or Hypohidrosis: The Inability to Sweat". Health Guide. Diakses tanggal 25 Februari 2022. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l "Anhidrosis (Lack of Sweat): Symptoms, Causes & Treatment". Cleveland Clinic. Diakses tanggal 2022-03-04. 
  4. ^ a b c Eldridge, Lynne (23 September 2020). Gallagher, Casey, ed. "What Is Lack of Sweating?". Verywell Health. Diakses tanggal 26 Februari 2022. 
  5. ^ a b c d e f g h Lillis, Charlotte (20 Juni 2018). Luo, Elaine K., ed. "Hypohidrosis: Symptoms, causes, treatment, and complications". www.medicalnewstoday.com. Diakses tanggal 25 Februari 2022. 
  6. ^ a b c d e f g h i j k l m n o Nall, Rachel (23 Juli 2012). Murell, Daniel, ed. "Hypohidrosis (Absent Sweating): Causes, Symptoms, and Treatments". Healthline. Diakses tanggal 25 Februari 2022. 
  7. ^ Cheshire, William P.; Fealey, Robert D. (2008). "Drug-induced hyperhidrosis and hypohidrosis: incidence, prevention and management" (PDF). Drug Safety. 31 (2): 109–126. doi:10.2165/00002018-200831020-00002. ISSN 0114-5916. PMID 18217788. 
  8. ^ a b Pieretti, Lisa. "Anhidrosis (No Sweat) - International Hyperhidrosis Society | Official Site". www.sweathelp.org. Diakses tanggal 25 Februari 2022. 
  9. ^ a b c d Illigens, Ben M.W.; Gibbons, Christopher H. (April 2009). "Sweat testing to evaluate autonomic function". Clinical autonomic research : official journal of the Clinical Autonomic Research Society. 19 (2): 79–87. doi:10.1007/s10286-008-0506-8. ISSN 0959-9851. PMC 3046462alt=Dapat diakses gratis. PMID 18989618. 
  10. ^ a b c d "Anhidrosis - Symptoms and causes". Mayo Clinic. Diakses tanggal 25 Februari 2022. 
  11. ^ a b c Harper, Chelsea D.; Bermudez, Rene (2022). Anhidrosis. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. PMID 32310448.