Aji Muhammad Idris
Artikel ini sudah memiliki daftar referensi, bacaan terkait, atau pranala luar, tetapi sumbernya belum jelas karena belum menyertakan kutipan pada kalimat. |
Sultan Aji Muhammad Idris adalah Sultan ke-14 dari Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura yang memerintah mulai tahun 1735 hingga tahun 1778. Sultan Aji Muhammad Idris adalah sultan pertama yang menggunakan nama Islam semenjak masuknya agama Islam di Kesultanan Kutai Kartanegara pada abad ke-17.
Keturunan
[sunting | sunting sumber]Sultan Adji Muhammad Idris menikah dua kali dan mempunyai 5 orang putra putri :
KDYMM Ratu Permaisuri
KDYMM Seri Paduka Baginda Ratu Permaisuri Andi Rianjeng atau Andin Duyah gelar I Doya Aji Putri Agung Putri dari Andi Petta To Sibengareng Bin Andi La Maddukelleng Dan Adji Putri Anjang atau Aji Putri Doyah Binti Sultan Sepuh Alamsyah I Bin Sultan Aji Muhammad Alamsyah dari Paser melahirkan :
- Aji Putri Intan alias Aji Kengsan gelar Adji Putri Intan gelar Petta Laburanti digilirang Paniki Wajo.
- Aji Imbut gelar Sultan Aji Muhammad Muslihudin alias Meruhum Aji Kembang Mawar menjadi Sultan ke 15 di Kesultanan Kutai Kartanegara memindahkan pusat pemerintahan dari Pamerangan Jembayan ke Tepian Pandan Tenggarong.
- Aji Pangeran Berajanata
KDYMM Ratu Mahadewi
KDYMM Seri Paduka Baginda Ratu Mahadewi Dayang Sungka Binti Tan Panjang Bin Adipati Maharaja Marga Nata Kusuma adalah Adipati Kerajaan Kutai Mulawarman di wilayah Muara Gelumbang Ma-Bengkal, melahirkan:
1. Aji Pangeran Megan gelar Aji Pangeran Maharaja Nata Kusuma menjadi Adipati di Muara Gelumbang dan Muara Bengkal.
2. Aji Pangeran Amjah Mas Aria Gelar Aji Pangeran Sri Bangun I Menjadi Adipati Kota Bangun inilah disebut dengan Raja Seri Bangun.
Dari Isteri Lainnya:
- Aji Endot
Cucu
[sunting | sunting sumber]- Aji Putri Intan Gelar Petta Laburanti Digilirang Paniki Wajo menikah dengan La Maliungeng Arung Paniki, Putra dari La Parusi Petta Buranti: Belum diketahui keturunannya
- Sultan Aji Muhammad Muslihuddin berputra-putri dari 2 isteri :
- KDYMM Seri Paduka Baginda Ratu Permaisuri Aji Ratu Tatin berputra :
- Aji Kuncar gelar Sultan Aji Muhammad Salehuddin I
- Aji Pangeran Praboe Kusuma Ningrat
- KDYMM Seri Paduka Baginda Ratu Mahadewi Ratu Pua Areng Putri Raja Bugis berputra-putri :
- Aji Kondang
- Aji Kupang
- Aji Unuk
- Aji Seman
- KDYMM Seri Paduka Baginda Ratu Permaisuri Aji Ratu Tatin berputra :
- Aji Pangeran Beranata, nama isteri belum diketahui dan berputri :
- KDYMM Seri Paduka Baginda Ratu Leko Aji Ratu Zuziah. Isteri Ketiga dari Sultan Aji Muhammad Salehuddin I .
- Aji Pangeran Megan Gelar Aji Pangeran Marga Nata Kesuma menjadi Adipati Di Muara Gelumbang dan Muara Bengkal : Belum diketahui keturunannya
- Aji Pangeran Amjas Mas Aria gelar Aji Pangeran Seri Bangun I menjadi Adipati Kota Bangun inilah disebut sebagai Raja Seri Bangun berputra dari 1 orang isteri :
- Nama Isteri belum diketahui asalnya dari Orang Keluaran berputra :
- Aji Pangeran Raga gelar Aji Pangeran Seri Bangun II menjadi Adipati Kota Bangun beristeri Sim Luan Nio dan berputri : YM Selir Sang Nata Aji Soja Ibunda Aji Pangeran Mangkunegara (Selir Sultan Sultan Aji Muhammad Sulaiman)
- Nama Isteri belum diketahui asalnya dari Orang Keluaran berputra :
- Aji Endot memiliki keturunan: Aji Siti Berawan, merupakan salah satu pahlawan perempuan terkenal di Kesultanan Kutai karena Aji Siti Berawan sangat terkenal jiwa kepahlawananya, dia memimpin Benuaq Sungai Ohong memerangi Suku Hiban di perbatasan Kerajaan di Banjarmasin dan Sungai Buhang (Kalsel), setelah wafatnya dikebumikan di Kampung Lakum di Perigi (Tanjung Isui).
Pertempuran
[sunting | sunting sumber]Sultan Aji Muhammad Idris yang merupakan menantu dari Sultan Wajo La Madukelleng berangkat ke tanah Wajo, Sulawesi Selatan untuk turut bertempur melawan VOC bersama rakyat Bugis. Dengan gagah berani Sultan Aji Muhammad Idris menggepur VOC dan akhirnya beliau gugur sebagai syuhada di medan perang, Pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara untuk sementara dipegang oleh Dewan Perwalian.
Wafat
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1739, Sultan Aji Muhammad Idris gugur di medan perang. Sepeninggal Sultan Aji Muhammad Idris, terjadilah perebutan tahta kerajaan oleh Aji Kado. Putera mahkota kerajaan Aji Imbut yang saat itu masih kecil kemudian dilarikan ke Wajo. Aji Kado kemudian meresmikan namanya sebagai Sultan Kutai Kartanegara dengan menggunakan gelar Sultan Aji Muhammad Aliyeddin.
Sultan Aji Muhammad Idris dimakamkan bersama mertua sekaligus rekan seperjuangan beliau, yakni La Madukelleng di Wajo. Sultan Aji Muhammad Idris salah satu Pahlawan yang dikenang oleh masyarakat Wajo atas perjuangan beliau dan kawula Kutai mengusir penjajah dari tanah Wajo. Masyarakat setempat pun menggelari Sultan Aji Muhammad Idris sebagai La Darise Denna Parewosi Petta Arung Kutek Petta Matinroe ri Kawane, yang berarti “Idris, kakak Parewosi, tuan kita, Sultan Kutai yang beradu tidur di Kawane.”
Leluhur
[sunting | sunting sumber]Aji Pangeran Dipati Agung Ing Martapura | ||||||||||||||||
Aji Pangeran Dipati Maja Kesuma Ing Martapura | ||||||||||||||||
Ratu Suri | ||||||||||||||||
Aji Pangeran Dipati Tua Ing Martapura | ||||||||||||||||
Ratu Suri | ||||||||||||||||
Aji Pangeran Anum Panji Mendapa Ing Martapura | ||||||||||||||||
Mangadacinna I Daeng Baqle Karaeng Pattingalloang Sultan Mahmud Tumenanga ri Bontobiraeng | ||||||||||||||||
Abdul Hamid (Kareng Karunrung) | ||||||||||||||||
Isabaro Daeng Mattinri (Karaeng Bontoramba) | ||||||||||||||||
Sira Daéng Talélé Karaéng Ballajawa | ||||||||||||||||
Sultan Aji Muhammad Idris | ||||||||||||||||
Raja Paniki | ||||||||||||||||
Ratu Tenri Sompa Gelar I Doya Putri Latagung | ||||||||||||||||
Penghargaan
[sunting | sunting sumber]Penganugerahaan Gelar Pahlawan Nasional Oleh Pemerintah Republik Indonesia Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 109/TK/TH 2021 tanggal 25 Oktober 2021.
Didahului oleh: Aji Pangeran Anum Panji Mendapa ing Martapura |
Sultan Kutai Kartanegara 1735—1778 |
Diteruskan oleh: Sultan Aji Muhammad Aliyeddin |
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Kesultanan Kutai Kartanegara Diarsipkan 2010-01-03 di Wayback Machine.
- ^ Lompat ke:a b c "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Pemerintahan Sultan Bagian 1". Universitas Teknologi Sumbawa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-18. Diakses tanggal 18 Mei 2019.
- ^ Lompat ke:a b c "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Pemerintahan Sultan Bagian 2". Universitas Teknologi Sumbawa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-18. Diakses tanggal 18 Mei 2019.
- https://www.scribd.com/doc/190123982/Hikayat-Banjar
- ^ Lompat ke:a b Ras, Johannes Jacobus (1968). Hikajat Bandjar: A study in Malay historiography (dalam bahasa Inggris). Bibliotheca Indonesica, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands), Martinus Nijhoff.
- Ras, Johannes Jacobus (1990). Hikayat Banjar (dalam bahasa Melayu). Diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh. Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 983-62-1240-X
- Rosyadi, Sri Mintosih, Soeloso, Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Indonesia) (1993). Hikayat Banjar dan Kotaringin. Indonesia: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara. hlm. 139.
- Cense, Anton Abraham (1928). De kroniek van Bandjarmasin (dalam bahasa Belanda). C.A. Mees. hlm. 5
- ^ Lompat ke:a b Ras, Johannes Jacobus (1968). Johannes Jacobus Ras, ed. Hikajat Bandjar: A Study in Malay Historiography (dalam bahasa Inggris). Martinus Nijhoff
- Ras, Johannes Jacobus (1968). Bibliotheca Indonesica (dalam bahasa Inggris). 1. Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde.
- Rogayah A. Hamid, Etty Zalita Zakaria. Inti sari karya klasik (dalam bahasa Melayu). 1. Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia ISBN 9789836295064.
- Hikayat Banjar, Siri karya sastera klasik untuk remaja (dalam bahasa Melayu). Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia. 2004. ISBN 9789836280145
- ^ Lompat ke:a b Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (1861). "Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (Geschiedkundige aanteekcningen omtrent zuidelijk Borneo)". 23. Ter Lands-drukkerij: 199
- Museum Negeri Lambung Mangkurat". Hikayat Banjar Volume 1 dari Seri penerbitan Museum Negeri Lambung Mangkurat. Indonesia: Museum Negeri Lambung Mangkurat. 1981.
- Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (1861). "Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (Geschiedkundige aanteekcningen omtrent zuidelijk Borneo)". 51. Ter Lands-drukkerij: 199.
- Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (1861). "Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (Geschiedkundige aanteekcningen omtrent zuidelijk Borneo)". 51. Becht: 199.
- ^ http://bugies-macazzart.blogspot.com/2012/06/silsilah-raja-tallo-vii.html
- ^ Hoëvel, Wolter Robert (1861). "Wolter Robert Hoëvel". Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (dalam bahasa Belanda). 23. Ter Lands-drukkerij. hlm. 199.
- William Cummings, ed. (2011). The Makassar Annals (dalam bahasa Inggris). 35. Diterjemahkan oleh William Cummings. Indonesia: BRILL. hlm. 162. ISBN 9789004253629.
- "Koninklijk Instituut voor de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië". Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indië (dalam bahasa Belanda). 28. Martinus Nijhoff. 1880. hlm. 163.