[go: up one dir, main page]

Capil ka isi

Patulung:Buku

Tumatan Wikipidia Banjar, kindai pangatahuan

Kupas Tuntas Sejarah Petungkriyono

a. Toponimi Petungkriono

Toponimi yaitu nama-nama tempat dimuka bumi yang berasosiasi dengan peristiwa sejarah masa lampau. Untuk mengetahui Toponimi biasanya dilakukan dengan pendekatan ilmu etimologi yaitu ilmu tentang asal-usul arti kata, begitu halnya dengan Petungkriono yang berada di Kabupaten Pekalongan bisa kita lakukan pengkajian lewat ilmu etimologi.

Menurut Etimologi, Petungkriono terdiri dari kata Petung dan Kriono. Petung dari kata Betung dalam bahasa Mealyu Kuno yang artinya rumpun bambu. Nama Betung pada masa pemerintahan Mataram Kuno sering dipakai sebagai nama orang atau nama sungai, sedangkan nama Kriono asal dari kata Rakyana (karayan) nama suatu jabatan kepala pemerintahan wilayah Sima. Sebutan Rakyan berasal dari kata Rakai. Dengan demikian berdasarkan kajian diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa Petungkriono dapat diartikan sebagai nama Rakyan Betung, Dengan melihat fakta lapangan bahwa peninggalan-peninggalan di Petungkriono terdapat beberapa fragmen candi dan arca serta lingga, hal itu menunjukkan bahwa Petungkriono dahulunya merupakan suatu pusat pemerintahan tingkat Sima atau Swatanta,menurut pola MataramKuno.

b. Potensi Alam dan Budaya Petungkriono terletak ditengah-tengah jalur wisata alam dan budaya dari Jogja-Borobudur-Magelang–Wonosobo-Banjarnegara-Pekalongan dan Jakarta dan merupakan letak strategis jalur wisata pantura dari Surabaya-Semarang-Pekalongan-Jakarta. Dengan letaknya yang strategis itu ternyata juga, Petungkriono merupakan salah satu bagian dari kawasan Dieng yang kaya dengan potensi alam dan Wisata Budaya .Selain kawasan hutan yang masih luas (kurang lebih 6000 Ha),habitat bagi kehidupan satwa endemik dilindungi disana seperti elang jawa, owa,surili,macan tutul dan macam kumbang.Hal menarik lain adalah apabila dilihat secaa bioregion kawasan Petungkriono juga memiliki posisi penting sebagai cathment area (daerah tangkapan air) dengan sungai Kupang dan sungai Sengkarang yang menjadi sumber kehidupan bagi daerah-daerah dibawahnya yaitu Kabupaten Pekalongan sendiri, Kota Pekalongan, Batang dan Banjarnegara. Apabila dilihat dari Situs Budaya. Petungkriono juga memiliki nilai histories/kesejarahn yang cukup penting di Jawa. Yaitu berupa peninggalan sejarah dari masa kerajaan Mataram Hindu (abad VII sampai abad IX M) seperti Situs Nogopertolo, (lingga-Yoni), Situs Gedong, situs candi,dan beberapa peninggalan sejarah dari masa kerajaan Islam (petilasan Kyai Bagus (didusun Kambangan desa Tlogopakis dan Kyai Wendran didusun Dranan desa Yosorejo. Nilai-nilai dan kesenian lokal yang masih dipertahankan di Petungkriono seperti Nyadran Tlogo, Nyadran Bumi, Kesenian ronggeng, kuntulan, jaran embig (kuda kepang), tradisi gedig ( berburu babi hutan).

c. Peninggalan Benda Cagar Budaya (BCB) di Petungkriono Adapun peninggalan-peningan situs-situs di Petungkriono adalah sebagai berikut;

Lingga adalah sebuah arca atau patung, yang merupakan sebuah objek pemujaan atau sembahyang umat Hindu. Kata lingga ini biasanya singkatan daripada Siwalingga dan merupakan sebuah objek tegak, tinggi yang melambangkan falus (penis) atau kemaluan Batara Siwa. Objek ini merupakan lambang kesuburan. Yoni (Sanskerta: योिन; yoni) adalah kata yang mempunyai arti bagian/tempat (kandungan) untuk melahirkan. Kata ini mempunyai banyak arti, di antaranya adalah sumber, asal, sarang, rumah, tempat duduk, kandang, tempat istirahat, tempat penampungan air, dan lain-lain. Dalam buku Kama Sutra dan dalam kaitannya dengan batu candi, yoni berarti pasangan lingga yang merupakan simbol dari alat kelamin wanita. Pasangan lingam-yoni dalam arti ini juga dikenal pada situs sejarah warisan dunia Mohenjo-daro di Pakistan. Yoni merupakan sebuah objek cekung atau berlubang, yang melambangkan kemaluan wanita (vagina). Objek ini merupakan lambang kesuburan. Di beberapa daerah di Indonesia yoni disebut juga lesung batu karena menyerupai sebuah lesung yang terbuat dari batu.

a. Situs Linggo Yoni Situs ini berlokasi di dusun kambangan desa Tlogopakais, Sudah diadakan kegiatan antara lain; pendataan penyelamatan Tahun 1990/1991, pendataan Benda Cagar Budaya (BCB) Tahun 1993/1994 dan pengadaan juru pelihara Tahun 1982/1983. Pada lokasi situs itu terdapat satu buah lingo yoni, dan 2 (dua) buah arca.

b. Situs Linggo Yoni (Naga Pertala) Situs ini berlokasi didusun Tlogopakis desa Tlogopakis. Ditemukan sekitar abad ke IV-IX SM. Pada lokasi situs terdapat hiasan Ular Naga dibawah cerat Yoni, tubuh naga melingkar dibawah badan Yoni, naga memakai anting-anting kalung (kluntingan), lidah menjulur keluar daengan hiasan daun, terdapat dua buah lingo semu diatas cerat yang berada dikomplek situs lingo yoni.

c. Situs Arca Ganesha Situs ini berlokasi di desa Tlogopakis,.terdapat warna abu kehitam-hitaman pad situs ini, dan terletak berada pada situs lingo yoni.

d. Y o n i Lokasi situs ini berada didusun Tlogopaskis desa Tlogopakis. Kondisi sekarang Situs ini dalam keadaan ambruk ditengah sawah yang dulu diperoleh lewat cara hasil ekskavasi/survey. e. 2 Lumpung Lokasi situs ini berada didusun Kambangan desa Tlogopakis, di Situs ini terdapat warna abu-abu kehitam-hitaman yang menurut keterangan, kedua lumpung batu ini berada pada situs Gedong yang merupakan hasil ekskavasi/survey.

d. Petungkriono Masa Syailendra ( abad ke-VII-IX M ) Keturunan Dapuntra Syailendra yaiatu Sanjaya penganut agama hindu adalah merupakan cikal bakal dari mataram kuno yang mendirikan pusat kerajaan di Pekalongan pada pertengahan abad ke-7, terletak di Limpung Kabupaten Batang dibuktikan dengan adanya prasasti Sojomerto.Diduga lokasi kerajaan Sanjaya dahulunya terletak diantara Limpung dengan pantai utara sebelah timur kota Batang yang dulu sebelum Batang menjadi Kabupaten merupakan wilayah Pekalongan. Kemudian pusat kerajaan Sanjaya bergeser keselatan disebelah selatan pegunungan Dieng, yaitu Kedu Selatan sebagai sebagai bukti ditemukannya Prasasti canggal pada tahun 732 M di Desa Kadilluwih Kecamatan Salam Kabupaten Magelang. Lokasi ini berbatasan dengan wilayah Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Diwilayah Kabupaten Pekalongan hanya ditemukan sebuah prasasti Rabwan yang ditemukan di Petungkriono bentuknya genta perungu . Genta ini dipahati tulisan jawa kuno, tepatnya di Desa Tlogo pakis ditemukan pada tahun 1952 yang wujudnya berupa genta perungu. Sekarang artepak ini ini disimpan di Musium Jakarta. Isinya menyebutkan bahwa Rakyan I Wungkaltihang bernama Pu Wirakrama mempersembahkan sebuah genta perungu kepada Bhatara Sang Lumah I Rban pada tahun 905M.

e. Petungkriono Pusat Pemerintahan Pekalongan Hindu Kuno Struktur Pemerintahan masa kerajaan Mataram kuno Syailendra adalah Pusat Pemerintahannya berada di Ratu Boko dan Dieng. Sedangkan kerakaian Pekalongan pada saat itu tidak langsung dibawah kekuasaan kerajaan, akan tetapi dibawah pemerintahan para Rakai yang bertempat diparakan Temanggung. Pekalongan pada waktu itu dipimpin oleh Rakai Rakyan Betung dengan pusat pemerintahannya di Petungkriono. Sebagai pusat pemerintahan, Petungkriono membawahi wilayah perdikan, Desa (Wana) dan Sima. Desa-desa atau Wana dan Sima itu adalah nama sekarang merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Pekalongan seperti Wonopringgo, Wonokerto. Dahulunya adalah nama-nama desa yang kepala desanya disebut Phatani