[go: up one dir, main page]

Maharaja

gelar penguasa monarki
Revisi sejak 15 Maret 2010 07.49 oleh VolkovBot (bicara | kontrib) (bot Menambah: ca:Maharajà)

Maharaja adalah istilah dari bahasa Hindi dan Sansekerta kuno yang berarti "raja agung". Kata ini digunakan terutama untuk para penguasa Hindu. Gelar sepadan untuk perempuan adalah Maharani, yang biasanya digunakan oleh istri seorang Maharaja atau, seperti yang terjadi di beberapa negara, oleh seorang perempuan yang menduduki tampuk kekuasaan itu sendiri. Dalam bahasa Hindi, akhiran 'a' tidak diucapkan, sehingga kata ini diucapkan sebagai "Maharaj".

Asia Tenggara

Karena pengaruh budaya dan agama Hindu, gelar Maharaja pun digunakan di Malaysia dan Indonesia.

Malaysia

Di Malaysia, gelar ini digunakan oleh raja negeri Johor dari 1873 hingga 1885. Gelar sultan, yang dianggap lebih tinggi derajatnya, belakangan digunakan hingga sekarang.

Gelar ini pun digunakan sebagai bagian dari gelar kaum bangsawan Melayu. Yang paling terkenal adalah Bendahara Seri Maharaja Tun Mutahir dari Malaka (dihukum mati pada 1509) dan Datuk Maharaja Lela Pandak Endut dari Perak (dihukum mati pada 1876).

Istana utama dari Yang di-Pertuan Agong (raja) dari Malaysia modern disebut Datuk Maharaja Lela Penghulu Istana Negara.

Indonesia

Aceh

Maharaja juga adalah bagian dari gelar bangsawan Aceh. Di masa lampau, gelar Maharaja diberikan kepada pemimpin dari keluarga bangsawan yang tidak berkuasa dan Perdana Menteri Maharaja Mangkubumi. Pertana Menteri terakhir Aceh yang dinobatkan menjadi Maharaja Mangkubumi adalah Habib Abdurrahman el Zahir. Ia juga bertindak sebagai menteri luar negeri Aceh. Ia dibuang ke Jeddah oleh Belanda pada 13 Oktober 1878.

Maharaja adalah sebutan untuk Raja pada kerajaan Hindu di Kalimantan Selatan pada abad ke-14 sampai abad ke-15 misalnya sebutan untuk Maharaja Suryanata yang juga bergelar Maharaja di Candi. Juga sebutan untuk raja Kerajaan Negara Daha misalnya Maharaja Sukarama, kakek dari Sultan Suriansyah, raja pertama Kesultanan Banjar.

Maharaja adalah sebutan untuk raja Kerajaan Kutai misalnya Maharaja Mulawarman Nala Dewa, raja ke-3 yang telah meninggalkan Prasasti Yupa abad ke-4.