[go: up one dir, main page]

Tio Tek Hong

perusahaan asal Hindia Belanda

Tio Tek Hong (1877–1965) dulu adalah seorang pebisnis dan eksekutif rekaman asal Hindia Belanda yang paling diingat sebagai pelopor industri perekaman musik di Hindia Belanda dan sebagai pendiri dari Toko Tio Tek Hong, salah satu toserba modern pertama di Hindia Belanda.[1][2][3] Ia juga merupakan orang pertama di Hindia Belanda yang membuat rekaman, yakni pada tahun 1929, untuk lagu Indonesia Raya, yang kemudian menjadi lagu kebangsaan Indonesia.[4][5]

Tio Tek Hong
Tio Tek Hong dan keluarganya
Lahir1877
Meninggal1965
Djakarta
KebangsaanIndonesia
PekerjaanPebisnis, produser rekaman, penerbit, penulis memoar
Tahun aktif1910-an - 1960-an
Dikenal atasPelopor industri perekaman musik di Indonesia
Suami/istriThung Ien Nio (istri)
Orang tuaTio Tjeng Sioe (ayah)
Lie Loemoet Nio (ibu)
KerabatTio Tek Soen, Kapitan Cina (saudara)
Lie Pek Tat, Kapitan-tituler Cina (kakek)
Lie Tiang Ko, Kapitan-tituler Cina (kakek buyut)
Tio Tek Ho, Mayor Cina keempat (sepupu)
Lie Tjoe Hong, Mayor Cina ketiga (sepupu)
Hok Hoei Kan (sepupu ipar)
Nj. Kapitan Lie Tjian Tjoen (sepupu ipar)

Latar belakang keluarga dan kehidupan awal

sunting

Lahir pada tahun 1877 di Pasar Baru, Batavia, Hindia Belanda, Tio adalah putra dari pebisnis Tio Tjeng Sioe (lahir pada tahun 1844) dan Lie Loemoet Nio (lahir pada tahun 1856).[1][6] Kedua orang tuanya berasal dari keluarga Peranakan 'Tjabang Atas'.[6]

 
Sepupu Tio, Tio Tek Ho, Mayor Cina keempat Batavia

Melalui ayahnya, ia adalah cucu dari pedagang Tio Him dan Thung Eng Nio.[6] Kakak tirinya, Tio Tek Soen, menjabat sebagai Kapitan Cina Batavia, sementara sepupu pertamanya, Tio Tek Ho, adalah Mayor Cina keempat Batavia (menjabat mulai tahun 1896 hingga 1907).[6] Pejabat Cina, yang terdiri dari jabatan Mayor, Kapitan, dan Letnan Cina, dulu adalah bagian dari pemerintah Hindia Belanda yang memegang wewenang administratif dan hukum atas komunitas Cina di Hindia Belanda.[7][8]

Dari sisi ibunya, Tio berasal dari keluarga Lie dari Pasilian sebagai cucu dari Lie Pek Tat, Kapitan-tituler Cina, dan cicit dari tuan tanah Lie Tiang Ko, Kapitan-tituler Cina.[6] Ibu Tio juga merupakan sepupu pertama dari Lie Tjoe Hong, Mayor Cina ketiga Batavia (menjabat mulai tahun 1879 hingga 1896).[6] Melalui ibunya, Tio juga merupakan sepupu dua kali dari Lie Tien Nio, istri dari negarawan H. H. Kan; dan birokrat Lie Tjian Tjoen, Kapitan Cina, suami dari aktivis hak perempuan Aw Tjoei Lan.[6]

Berkat latar belakang keluarganya, Tio pun dapat bersekolah di Europeesche Lagere School, mulai tahun 1884, sehingga ia mendapat pendidikan berbahasa Belanda.[2]

Karier

sunting

Pada tahun 1902, bersama saudaranya, Tio Tek Tjoe, Tio mendirikan Toko Tio Tek Hong, salah satu toserba modern pertama di Hindia Belanda. Toko tersebut menjual barang dengan label harga yang tidak dapat ditawar, sebuah praktek yang tidak umum pada saat itu.[9][6] Toko tersebut ternyata sukses dan menjadi salah satu tujuan belanja paling populer di Batavia.[9][10] Tio lalu memperluas tokonya dengan mengakuisisi properti di samping tokonya, dan dua kali merenovasinya, pertama pada tahun 1911, dan kemudian pada tahun 1916. Hasil renovasi kedua lalu diresmikan pada tahun 1917 bersamaan dengan hari jadi ke-15 dari toko.[11][9] Pada tahun 1921, Tio membuka cabang di Sukabumi, Priangan, Jawa Barat.[12] Pada tahun 1927, Toko Tio merayakan hari jadi ke-25. Koran Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indië menyatakan:[13]

"Toko ini adalah toko pertama yang memiliki ruang ritel modern besar, perubahan signifikan dari sekedar ruko dan kios pasar. Pembukaan toko ini pun menjadi peristiwa bersejarah di Batavia. Apa yang telah Tio Tek Hong lakukan untuk masyarakat Batavia tempo doeloe dapat dilihat dari fakta bahwa mereka terbiasa mengatakan: 'Jika tidak tersedia di Tio Tek Hong, maka tidak perlu mencarinya di tempat lain. Anda tidak akan mendapatkannya di tempat lain."

Saat ini, bangunan yang dulu menjadi lokasi dari toko tersebut menjadi tengara bersejarah di Jakarta.[9][14]

Pada tahun 1903, Tio menjadi agen tunggal dari label rekaman baru asal Jerman, Odeon Records.[15] Setahun kemudian, Tio mulai merilis rekaman di bawah nama Tio Tek Hong Record, sebagai anak usaha dari Odean. Tio pun menjadi orang pertama di Indonesia yang melakukan hal tersebut.[15] Produk rekaman Tio fokus pada lagu populer berbahasa Melayu, termasuk musik kroncong dan stambul.[5][3][15]  Pada tahun 1917, perusahaan Tio telah 'hampir memonopoli di Hindia Belanda' pada genrenya.[11]

Pada tahun 1929, Tio bertemu dengan penulis lagu W. R. Supratman, yang menulis lirik dan melodi dari lagu 'Indonesia Raya'. Keduanya lalu setuju untuk merekam lagu tersebut dengan Supratman tetap memegang hak ciptanya.[4][5] Karena lagu tersebut makin populer, pada tahun 1930, pemerintah Hindia Belanda melarang lagu tersebut dan menyita semua rekaman yang belum terjual.[4]

Bisnis Tio menurun pada dekade 1930-an akibat Depresi Besar; dan pada tahun 1934, Tio memindahkan bisnisnya ke bangunan yang lebih kecil.[16][9] Bisnisnya pun berhasil bertahan hingga dekade 1950-an, walaupun dalam skala yang lebih kecil.[9]

Selain berbisnis, Tio juga aktif di sejumlah organisasi kemasyarakatan, antara lain dengan memainkan peran penting dalam pendirian Musica pada tahun 1902. Musica adalah sebuah asosiasi musik Eropa yang bertujuan untuk menyediakan pengajaran teori musik dan instrumen musik Barat, seperti piano, biola, dan cello.[17] Mulai tahun 1902 hingga 1904, Tio menjabat sebagai komisioner di dewan pengarah dari organisasi pendidikan Tiong Hoa Hwee Koan, yang beroperasi di bawah perlindungan dari sepupu Tio, Mayor Tio Tek Ho.[18] Sebagai seorang pemburu, Tio juga menjadi anggota dewan pendiri serta bendahara dan sekretaris kehormatan dari Nederlandsch-Indisch Jagersgenootschap [Asosiasi Pemburu Hindia Belanda], yang didirikan pada tanggal 21 Juni 1931.[19]

Pada tahun 1959, Tio Tek Hong menerbitkan sebuah memoar berjudul Kenang-kenangan: riwajat-hidup saja dan keadaan di Djakarta dari tahun 1882 sampai sekarang.[9][6] Ia akhirnya meninggal pada tahun 1965 di Djakarta.[10][1][2][15]

  • Kenang-kenangan: riwajat-hidup saja dan keadaan di Djakarta dari tahun 1882 sampai sekarang. Tio Tek Hong (1959)[20]

Bibliografi

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Boomgaard, P.; Kooiman, Dick; Nordholt, Henk Schulte (2008). Linking Destinies: Trade, Towns and Kin in Asian History. Leiden: KITLV Press. ISBN 978-90-6718-320-8. Diakses tanggal 8 March 2022. 
  2. ^ a b c Lee, Peter (2014). Sarong Kebaya: Peranakan Fashion in an Interconnected World, 1500-1950. Hawaii: University of Hawaii Press. ISBN 978-981-09-0146-2. Diakses tanggal 8 March 2022. 
  3. ^ a b Denning, Michael (1 August 2015). Noise Uprising: The Audiopolitics of a World Musical Revolution. London: Verso Books. ISBN 978-1-78168-857-1. Diakses tanggal 8 March 2022. 
  4. ^ a b c Sularto, Bambang (1 August 2012). Wage Rudolf Supratman. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan. Diakses tanggal 8 March 2022. 
  5. ^ a b c Sakrie, Denny (1 March 2015). 100 Tahun Musik Indonesia. Jakarta: GagasMedia. ISBN 978-979-780-785-6. Diakses tanggal 8 March 2022. 
  6. ^ a b c d e f g h i Haryono, Steve (2017). Perkawinan Strategis: Hubungan Keluarga Antara Opsir-opsir Tionghoa Dan 'Cabang Atas' Di Jawa Pada Abad Ke-19 Dan 20. Utrecht: Steve Haryono. ISBN 978-90-90-30249-2. Diakses tanggal 8 March 2022. 
  7. ^ Lohanda, Mona (1996). The Kapitan Cina of Batavia, 1837-1942: A History of Chinese Establishment in Colonial Society. Jakarta: Djambatan. ISBN 9789794282571. Diakses tanggal 15 February 2022. 
  8. ^ Blussé, Leonard; Nie, Dening (2018). The Chinese Annals of Batavia, the Kai Ba Lidai Shiji and Other Stories (1610-1795). Amsterdam: BRILL. hlm. 35–36. ISBN 978-90-04-35670-2. Diakses tanggal 24 March 2021. 
  9. ^ a b c d e f g Merrillees, Scott (2000). [https://books.google.com/books?id=zb7EQgAACAAJ&q=Merrillees,+Scott+(2000).+Batavia+in+Nineteenth+Century+Photographs . Batavia in Nineteenth Century Photographs] Periksa nilai |url= (bantuan). New York: Archipelago Press. ISBN 978-981-3018-77-8. Diakses tanggal 8 March 2022.  line feed character di |url= pada posisi 117 (bantuan)
  10. ^ a b Cohen, Matthew Isaac (2006). The Komedie Stamboel: Popular Theater in Colonial Indonesia, 1891-1903. Ohio: Ohio University Press. ISBN 978-0-89680-246-9. Diakses tanggal 8 March 2022. 
  11. ^ a b Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië (3 April 1917). "Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië". Tio Tek Hong (dalam bahasa Belanda). 22 (78). NV Mij tot Expl. van Dagbladen. Diakses tanggal 9 March 2022. 
  12. ^ Bataviaasch nieuwsblad (28 July 1921). "Bataviaasch nieuwsblad". N. V. Tio Tek Hong (dalam bahasa Belanda). 37 (199). Kolff & Co. Diakses tanggal 9 March 2022. 
  13. ^ "Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië". Een toko-jubileum te Weltevreden (dalam bahasa Belanda). 32 (78). NV Mij tot Expl. van Dagbladen. 5 April 1927. Diakses tanggal 8 March 2022. 
  14. ^ M. Rosseno Aji (28 February 2018). "Sebuah Bangunan Lawas Terbakar, Ini Sejarah Kawasan Pasar Baru". Tempo. Diakses tanggal 8 March 2022. 
  15. ^ a b c d Keppy, Peter; Nordholt, Henk Schulte; Barendregt, Bart (22 November 2017). Popular Music in Southeast Asia: Banal Beats, Muted Histories. Amsterdam: Amsterdam University Press. ISBN 978-90-485-3455-5. Diakses tanggal 8 March 2022. 
  16. ^ Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië (30 August 1934). "Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië". Veranderingen op Pasar Baroe (dalam bahasa Belanda). 39 (198). NV Mij tot Expl. van Dagbladen. Diakses tanggal 9 March 2022. 
  17. ^ Barendregt, Bart; Bogaerts, Els (4 October 2013). Recollecting Resonances: Indonesian-Dutch Musical Encounters. Leiden: BRILL. ISBN 978-90-04-25859-4. Diakses tanggal 8 March 2022. 
  18. ^ Nio, Joe Lan (1940). Riwajat 40 Taon Dari Tiong Hoa Hwee Koan Batavia (1900-1939) (edisi ke-1st). Batavia: Tiong Hoa Hwee Koan Batavia. Diakses tanggal 9 March 2022. 
  19. ^ Becking, J. H. (1989). Henri Jacob Victor Sody (1892-1959): His Life and Work : a Biographical and Bibliographical Study. Leiden: Brill Archive. ISBN 978-90-04-08687-6. Diakses tanggal 8 March 2022. 
  20. ^ Tio, Tek Hong (1959). Kenang-kenangan: riwajat-hidup saja dan keadaan di Djakarta dari tahun 1882 sampai sekarang. Djakarta: Tio Tek Hong. Diakses tanggal 8 March 2022.