[go: up one dir, main page]

Sungkai Baru, Simpang Empat, Banjar

desa di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan
Sungkai Baru سوڠكي بارو
Kantor kepala desa (pambakal) Sungkai Baru
Kantor desa Sungkai Baru
Negara Indonesia
ProvinsiKalimantan Selatan
KabupatenBanjar
KecamatanSimpang Empat
Kode pos
70673
Kode Kemendagri63.03.08.2021 Edit nilai pada Wikidata
Luas21,25 km²
Jumlah penduduk1.873 jiwa
Kepadatan924 jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 3°11′19.36″S 115°4′34.97″E / 3.1887111°S 115.0763806°E / -3.1887111; 115.0763806


Sejarah Singkat Desa Sungkai Baru

sunting

Desa sungkai baru merupakan wilayah perdesaan yang secara administratif dan berada di kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Di sebelah utara berbatasan langsung desa Tungkap kecamatan Binuang Kabupaten Tapin. Sungkai Baru terletak 82 km di sebelah utara Kota Banjarmasin, ibu kota provinsi Kalsel.

          Diperkirakan pada tahun 1977 terbentuklah sebuah Pemerintahan Desa yang bertempat di wilayah perkampungan desa Sungkai dengan nama Desa Sungkai Baru. Desa Sungkai baru sendiri meupakan pemekaran dari desa Sungkai. Dikarenakan luasnya desa Sungkai dahulu membuat masyarakat yang jauh dari pusat desa kesulitan akses layanan kantor desa. Hal ini juga dipengaruhi berjauhannya rumah penduduk dahulu dan keadaan alam yang didominasi oleh perbukitan terjal, menyebabkan pemerintah desa saat itu dimungkinkan kesulitan dengan wilayah desa yang luas. Selain itu pertumbuhan penduduk yang semakin banyak membuat masing-masing kelompok masyarakat berinisiatif untuk membuat pemerintahan desa sendiri. Dikemudian hari desa Sungkai sendiri dipecah menjadi empat desa yaitu: Desa Batu Balian, desa Sungkai, desa Pasar Lama, dan desa Sungkai Baru saat ini.
          Diperkirakan pada Tahun periode 1977-1985 kepala pemerintahan desa pertama desa Sungkai Baru dijabat oleh Bapak Kasyful Anwar. Kemudian pada periode 1986-1994 dijabat oleh H. Siddiq lalu dilanjutkan oleh Anang Kamri periode 1995-2003. Kemudian dilanjutkan lagi periode Bapak Huri pada tahun 2004-2020. Pambakal (ejaan Banjar) atau Pamakal (ejaan Dayak) atau Pembekal (ejaan Melayu) adalah sebutan Kepala Kampung di Kalimantan Selatan, istilah ini kembali digunakan untuk menggantikan istilah Kepala Desa. Berikut daftar pambakal desa Sungkai Baru dari awal terbentuk:
No Nama Masa Jabatan
1 Kasyful Anwar Tahun 1977 s/d 1985
2 H. Siddiq Tahun 1986 s/d 1994
3 Anang Kamri Tahun 1995 s/d 2003
4 Huri Tahun 2004 s/d 2020
5 Mawardi Tahun 2020 s/d sekarang

Sumber: Wawancara Mantan Pambakal Desa

          Nama desa sungkai baru sendiri didasarkan pada nama desa sebelum dilakukannya pemekaran yaitu desa sungkai, kemudian ditambahi kata baru sebagai penanda bahwa pecahan dari desa Sungkai. Kata sungkai sendiri berasal dari pohon sungkai atau masyarakat setempat menyebutnya pohon kayu lurus. Mengutip dari mhomecare.co.id Pohon bernama latin peronema canescens jack merupakan salah satu tumbuhan asli kalimantan. Namun juga didapati di Jambi, SumatraSelatan, dan Jawa barat. Jenis pohon ini banyak didapati di areal pegunungan di desa sungkai baru khususnya di RT. 3 yang berada di daerah pegunungan dengan ketinggian 0-600 meter. Dimungkinkan karena sebab itulah dulu desa Sungkai sebelum desa Sungkai baru dinamakan dengan nama pohon tersebut, yang kemudian ditambahi kata “Baru” untuk menegaskan desa yang berdiri memisahkan dari Induknya desa Sungkai. Kemungkinan ini didasarkan atau dipersamakan dengan daerah binuang yang dinamai demikian karena terdapat banyak pohon Binuang.

Keadaan Ekonomi Desa

sunting

Mata Pencaharian penduduk desa Sungkai Baru didominasi sektor perkebunan karet. Mata pencaharian yang terkenal lain yaitu seperti sektor pertanian, didominasi oleh tanaman padi, dengan adanya sawah kebanyakan didapati di RT 1, sisanya tanaman pangan ladang milik pribadi. Untuk perkebunan yang ada yaitu perkebunan, sawit dan buah-buahan terutama pisang, rambutan, mangga, & semangka sebagai komoditas selain hasil perkebunan karet, serta disusul oleh lahan perkebunan pribadi lainnya.

          Untuk sektor peternakan, desa Sungkai Baru cukup memiliki variasi jenis hewan, yaitu sapi, ayam kampung & ayam petelur, kuda, bebek, kambing & angsa. Selain itu juga terdapat tambang yang beroperasi di dalam wilayah desa Sungkai Baru berupa batu gunung dan kapur, total ada tiga bahan galian yang menjadi komoditas desa Sungkai Baru, yaitu batu bara, batu gunung & batu kapur. Untuk batu bara sendiri, digunakan untuk kebutuhan energi bahan bakar, sedangkan batu gunung dan kapur digunakan untuk bahan bangunan.

Untuk Hasil Peternakan, khususnya ayam, peternak ayam desa Sungkai Baru memasok hasil ternaknya, terutama ayam ke kota Martapura, Banjarbaru dan Banjarmasin. Meskipun desa Sungkai Baru sendiri, berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapin. Pertanian pula memiliki hal serupa, tapi berbeda sedikit dengan peternakan, kebanyakan hasil pertanian didistribusikan ke pusat kabupaten, Bahan pangan & hasil karet.

Kondisi Geografi dan Keadaan Desa

sunting
No Desa Kependudukan
Jumlah/Penduduk Luas Wilayah

( Km2 )

Kepadatan

( Jiwa / Km2 )

1 Sungkai Baru 1.873 Jiwa 21,25 Km2 924 Jiwa / Km2

Sumber : Profil Desa Sungkai Baru 2020

Desa Sungkai Baru memiliki kondisi geografis perbukitan dan juga persawahan dataran rendah. Dengan luas dataran rendah seluas 1593,75 Ha dan kawasan berbukit-bukit seluas 531,25 Ha. Berada di ketinggian 15–60 m dari permukaan laut. Kondisi daerah didominasi dataran tinggi dan persawahan. Desa Sungkai Baru juga langsung dilewati oleh Jl. A. Yani yang merupakan akses utama Provinsi sehingga akses menuju desa bisa dibilang mudah.

Desa Sungkai Baru memiliki luas Wilayah 2.125 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tungkap, Kecamatan Binuang, Kabupaten Tapin;

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pasar Lama, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Banjar;

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Gunung Batu, Kecamatan Sambung Makmur, Kabupaten Banjar;

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Berkat Mulya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Banjar.

          Topografi desa Sungkai Baru didominasi oleh perbukitan, dan jenis tanah terbagi dua, yaitu tanah kering & tanah basah, sebagian tanah lain diolah menjadi lahan persawahan serta perkebunan, dan sisanya adalah lahan tidur. Desa Sungkai Baru memilik satu buah aliran sungai, yaitu sungai Tungkap, yang mengalir melintasi perbatasan kabupaten Tapin. Dengan kontur tanah perbukitan kebanyakan lahan digunakan untuk sektor perkebunan karet dengan tanah perkebunan rakyat (PIR) seluas 745 Ha, Tanah Perkebunan Negara seluas 247 Ha. Dan sisanya perkebunan Perorangan.
          Penggunaan lahan di Desa Berangas Timur adalah sebagai berikut :

a. Untuk Permukiman dan Perumahan.

b. Untuk Sekolah dan Perkantoran,

c. Untuk Tempat Peribadatan.

d. Untuk Pemakam.

e. Daerah Tambang

f. Usaha Perikanan

g. Lainnya (Sawah, Kebun ,dll).

Kategori tanah di Desa Berangas Timur berjumlah 350 Ha adalah sebagai

berikut:

1. Tanah sawah Pertanian = 282,875 ha

2. Tanah Pemukiman = 9,5 ha

3. Tanah Perkebunan = 1699 ha

4. Tanah Fasilitas umum = 39,85 ha

5. Tanah Hutan/Lahan Tidur = 36,875 ha

          Ditinjau dari letak geografis desa Sungkai Baru merupakan daerah beriklim tropis dan dipengaruhi musim hujan 2-5 Bulan. Berdasarkan data Profil desa Sungkai baru, desa sungkai baru mempunyai curah hujan 2765 Mm/tahun dengan tingkat kelembapan mencapai 25 % serta suhu rata-rata harian 28-30 0C.
 Keadaan wilayah penyebaran kependudukan Desa Sungkai Baru tidak terlalu padat dan terbagi (menyebar) atau terpisah pisah dalam suatu perkampungan, komplek perumahan dan wilayah perkebunan atau usaha dan persawahan sehingga tidak menimbulkan kekumuhan atau kesemrawutan tata wilayah atau tata ruang Desa.

Dengan kondisi wilayah gegrafis kependudukan tersebut hal ini mengurangi terjadinya konflik sosial antar warga. Penduduk di Desa Sungkai Baru ini sebagian besar didominasi penduduk asli suku Banjar dan dayak. Juga terdapat suku lain seperti madura yang berjumlah cukup banyak di Rt.3 desa. Keadaan suku yang juga bermacam-macam hampir tidak pernah terjadi konflik sosial, apalagi konflik sara, agama dan Latent. Hal itu di sebabkan masih banyaknya tokoh-­tokoh masyarakat yang mereka segani dan hormati serta masih menjunjung tinggi sikap saling hormat menghormati antar sesama dan tidak membedakan asal usul serta agamanya dan tingkat toleransi masih cukup tinggi dengan Hampir seluruh penduduk desa penganut agama Islam.