[go: up one dir, main page]

Salmon atau salem adalah jenis ikan dari famili Salmonidae. Ikan lain yang berada dalam satu famili dengan salmon adalah Trout. Perbedaan kedua jenis ikan tersebut antara lain: salmon bermigrasi, sedangkan trout hidup menetap. Salmon hidup di Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik.

Ilustrasi salmon pejantan dari beberapa spesies utama salmon Pasifik ketika musim kawin atau bertelur (gambar tidak proporsional dengan perbandingan sesungguhnya)
Daging salmon alaska putih

Secara umum, salmon adalah spesies anadromous, yaitu spesies yang bermigrasi untuk berkembang biak. Salmon lahir di perairan air tawar, bermigrasi ke laut, lalu kembali ke air tawar untuk bereproduksi. Ada kepercayaan bahwa salmon selalu kembali ke tempat ia dilahirkan untuk berkembang biak. Penelitian menunjukkan demikian, tetapi mengapa hal itu terjadi dan bagaimana salmon dapat menyimpan memori tersebut masih merupakan misteri.

Siklus hidup

sunting

Salmon kembali ke perairan air tawar yang mengalir (sungai) untuk berkembang biak. Metode navigasinya mungkin dilakukan dengan indra penciuman. Setengah dari jumlah salmon dewasa akan mati dalam beberapa hari hingga beberapa minggu setelah berkembang biak.

Sebelum menaruh telur, salmon betina mengepakkan ekornya untuk menciptakan wilayah bertekanan rendah yang dapat mengangkat kerikil agar tersapu arus, menciptakan celah baginya untuk menaruh telur. Satu celah dapat menampung 5000 telur, menutupi area sekitar 2,8 m². Warna telur bervariasi dari oranye hingga merah. Satu atau lebih salmon jantan akan mendekati salmon betina dan mengeluarkan spermanya ke air untuk membuahi telur. Salmon betina lalu menutupi telur-telurnya dengan menyapu kerikil lalu pergi bertelur di tempat lain. Salmon betina dapat melakukannya sebanyak tujuh kali sebelum telur dalam ovariumnya habis. Salmon akan mati kelelahan segera setelah bertelur.

Telur harus diletakkan di bawah kerikil di sekitar air yang dingin dengan arus yang baik sebagai suplai oksigen. Kematian yang tinggi biasanya terjadi pada tahap ini, yang sebagian besar terjadi akibat predasi dan perubahan kondisi perairan akibat ulah manusia.

Salmon muda menetap di perairan air tawar tempat ia dilahirkan, selama tiga tahun sebelum bermigrasi ke laut. Pada masa tersebut, ikan ini berwarna keperakan. Diperkirakan hanya 10% dari jumlah telur selamat mencapai tahap ini.

Salmon menghabiskan waktu satu hingga lima tahun sebelum mencapai usia kematangan seksual. Salmon dewasa akan kembali ke tempat kelahirannya untuk berkembang biak. Dalam proses menuju ke arah itu, beberapa jenis salmon mengembangkan taring. Warna mereka akan menjadi gelap. Jarak perjalanan yang dilakukan salmon sangat menakjubkan; mereka dapat mengarungi arus sungai sejauh 1.400 km dan mendaki setinggi 2.100 m dari laut menuju ke tempat mereka dilahirkan.

Selama berada di air tawar dan muara, salmon muda memakan serangga, amphipoda, dan crustacea. Ketika sudah dewasa, mereka akan memakan ikan kecil.

Tekanan lingkungan

sunting

Populasi ikan salmon di alam terus menurun dalam dekade ini, terutama salmon Atlantik yang berkembang biak di Eropa Barat dan bagian Timur Kanada. Faktor penyebabnya antara lain:

  • Parasit yang tersebar dari peternakan salmon dengan jaring terbuka
  • Penangkapan secara berlebihan
  • Proses penghangatan laut dan sungai yang dapat menghambat proses berkembang biak dan meningkatkan penyebaran parasit
  • Hilangnya habitat yang digunakan untuk berkembang biak, degradasi arus air, dan hilangnya material untuk proses berkembang biak (misal: kerikil untuk menutupi kumpulan telur salmon)
  • Pembangunan bendungan yang dapat menghalangi laju ikan salmon menuju tempat berkembang biak.

Budidaya

sunting

Untuk menghasilkan kualitas yang tinggi dalam budidaya salmon, induk salmon dewasa betina yang dipilih mampu memproduksi sekitar 10.000 telur, yang dibuahi dan diinkubasi dalam suhu tangki yang dikendalikan dari hatchery air tawar. Setelah menetas, bayi salmon diasuh di hatchery hingga 18 bulan. Pada usia ini, salmon muda kemudian mulai smoltify - proses alami berupa perubahan fisiologis yang memungkinkan mereka hidup di air asin. Setelah proses ini selesai, smolts atau ikan salmon berukuran sekitar kurang lebih 10 – 12 cm panjang dan berat 100g, dipindahkan dari penetasan ke pena jaring apung di laut. Selama 18 bulan berikutnya, smolts tumbuh menjadi salmon dewasa dengan berat panen sekitar 4,5 kg/ekor.

Pemberian pakan

sunting

Salmon diberi makan padat nutrisi, berupa pelet kering yang terdiri dari produk alami. Menggunakan bahan-bahan yang diuji untuk kualitas dan kemurnian, pakan bermutu tinggi memenuhi persyaratan diet yang tepat untuk salmon pada setiap tahap siklus hidup mereka. Bahan utamanya adalah:

  • Tepung ikan
  • Omega 3
  • Minyak ikan dan protein nabati (seperti kedelai).

Beberapa formulasi pakan termasuk kurang dari 30 % tepung ikan dan minyak, dalam hal memanfaatkan diet rendah lemak. Dalam beberapa jenis pakan salmon, penggunaan bahan alternatif telah memungkinkan pengurangan 50 % dalam penggunaan tepung ikan dan minyak ikan, tanpa penurunan yang signifikan dalam jumlah asam omega 3. Budidaya salmon menggunakan rata-rata 30 % tepung ikan dan minyak dalam pakannya. Itu berarti hanya 0,4 kg tepung ikan dan minyak yang diperlukan untuk pertumbuhan 1 kg ikan salmon.

Di sisi lain, pakan salmon juga harus ditambahkan vitamin esensial, mineral, dan karotenoid. Karotenoid adalah antioksidan penting yang membantu memastikan kesehatan yang optimal dari ikan. Karotenoid juga memberikan salmon warna pink / oranye khas ikan salmon. Salmon hasil budidaya mengkonversi makanan menjadi otot, lemak, dan tulang secara efisien. Sementara sapi membutuhkan sekitar 7 kg pakan untuk setiap kg beratnya, salmon hasil budidaya hanya membutuhkan sekitar 1,5 kg pakan. Studi baru menunjukkan bahwa laju pertumbuhan salmon akan turun apabila kurang dari 1 kg pakan diberikan untuk setiap kg kenaikan berat badannya.

Perawatan

sunting

Kesejahteraan merupakan faktor utama yang menentukan praktik pengelolaan budidaya ikan salmon. Pembudidayaan harus berlokasi di perairan yang memenuhi kriteria tertentu (misalnya suhu, salinitas, dan kedalaman air) yang diperlukan untuk perkembangan ikan salmon. Pembudidaya juga harus memiliki pengetahuan yang terperinci tentang peternakan salmon dan memperhatikan kondisi kehidupan ikan dari hari ke hari.

Dengan dukungan aktif dari dokter hewan dan ilmuwan, dapat dilakukan banyak tindakan pencegahan untuk memastikan kesehatan prima ikan salmon dari menetas sampai panen. Kesehatan salmon diperhatikan sebelum mereka digunakan sebagai sumber induk petelur. Lebih lanjut, pembudidaya ikan salmon juga berusaha mencegah penyebab penyakit patogen ikan memasuki masa penetasan ikan.

Benih salmon yang sehat yang dipindahkan ke keramba apung, ketika ditebar kemungkinan akan menghadapi serangan organisme patogen. Oleh karena itu, ikan secara individual disuntik dengan vaksin untuk perlindungan terhadap patogen. Vaksinasi ini mengurangi serangan penyakit secara signifikan, yang lebih lanjut, juga secara signifikan mengurangi penggunaan antibiotik. Bahkan, salmon hasil budidaya umumnya bertumbuh menjadi dewasa tanpa penggunaan antibiotik selama hidup mereka. Penggunaan antibiotik pada peternakan salmon saat ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan peternakan hewan lainnya di dunia.

Bacaan lanjutan

sunting
  • Atlas of Pacific Salmon, Xanthippe Augerot and the State of the Salmon Consortium, University of California Press, 2005
  • Making Salmon: An Environmental History of the Northwest Fisheries Crisis, Joseph E. Taylor III, University of Washington Press, 1999
  • Trout and Salmon of North America, Robert J. Behnke, Illustrated by Joseph R. Tomelleri, The Free Press, 2002
  • The salmon: their fight for survival, By Anthony Netboy, 1973, Houghton Mifflin Co
  • Salmon, by Dr Peter Coates, 2006