Saalah Yusuf Sutan Mangkuto
Saalah Yusuf Sutan Mangkuto, sering ditulis S.Y. Sutan Mangkuto, (1901–1974) adalah organisiator dan aktivis Muhammadiyah. Ia merupakan pendiri cabang Muhammadiyah di Padang Panjang pada 1926[1][2] dan pernah menjadi Ketua Pimpinan Muhammadiyah Sumatra Tengah periode 1949–1956.
S.Y. Sutan Mangkuto | |
---|---|
Bupati Lima Puluh Kota ke-5 | |
Masa jabatan 1949–1949 | |
Bupati Solok ke-1 | |
Masa jabatan 23 Januari 1946 – 3 Maret 1947 | |
Pendahulu Tidak diketahui | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 1901 Nagari Pitalah, Batipuh, Tanah Datar, Sumatera Barat |
Partai politik | Masyumi |
Dikenal karena | Pendiri dan pemimpin Muhammadiyah di Minangkabau |
Sunting kotak info • L • B |
Lahir di Pitalah pada 1901, Saalah bergabung dengan Muhammadiyah sejak usia muda. Sebelum terjun dalam gerakan Muhammadiyah, ia pernah bekerja sebagai pengacara dan penasihat politik.[3]
Setelah kemerdekaan, ia aktif dalam politik. Ia merupakan pemimpin Peristiwa Tiga Maret pada 1947 dan terpilih sebagai anggota DPR hasil pemilu 1955.[4] Namun, kiprahnya tak terdengar lagi setelah ia mendukung Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada 1958.
Kehidupan awal
suntingSaalah Yusuf Sutan Mangkuto lahir di Nagari Pitalah, Tanah Datar pada 1901. Ia adalah putra pemimpin Tarekat Naqsyabandiyah. Ia menamatkan pendidikan formalnya pada 1917, tapi masih melanjutkan belajar agama.[5]
Kiprah
suntingPergerakan
suntingKetika Abdul Muis mulai menerbitkan surat kabar di Padang pada 1923, Saalah pergi bekerja untuknya sebagai penasihat politik.[6] Setelah pengusiran Abdul Muis dari Minangkabau pada 1924, Saalah kembali ke Pitalah dan mendirikan Perkumpulan Tani sebagai organisasi yang menyatukan penghulu dan fungsionaris adat. Namun, usahanya gagal dan ia memutuskan pindah ke Padang Panjang.[6]
Pada 1925, bersama temannya Datuk Sati dari Batipuh, ia pergi ke Pulau Jawa. Setelah menemui Agus Salim di Batavia, Saalah melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta pada Agustus untuk menghadiri Kongres Al-Islam. Sejak itulah hatinya mulai tertarik menekuni pergerakan Islam. Dari perkenalannnya dengan Fachruddin, ia mulai mempelajari Muhammadiyah.[6]
Saalah kembali ke Padangpanjang pada awal 1926. Pada 2 Juni 1926, ia mendirikan cabang Muhammadiyah di sana.[7] Ia mengetuai cabang tersebut hingga 1930. Setelah itu, ia dipercayakan menjadi Ketua Majelis Pimpinan Muhammadiyah Sumatra Tengah.[8]
Pasca-kemerdekaan
suntingSetelah proklamasi kemerdekaan, ia sempat ditunjuk pemerintah sebagai Bupati Solok (1946–1947).[9] Pada Maret 1947, Saalah memimpin upaya pemberontakan yang gagal yang dikenal sebagai Peristiwa Tiga Maret. Setelah peristiwa tersebut, Mr. Rasjid mengangkatnya sebagai Bupati Militer Lima Puluh Kota (1949)[10] sebagai bentuk pendekatan pemerintah terhadap kelompok Islam.[11]
Sewaktu terjadinya Mosi Tan Tuah yang berujung pemindahan Gubernur Nasroen dari Sumatra Tengah pada 1 Agustus 1950, Saalah duduk di Dewan Pemerintahan Sumatra Tengah. Dewan tersebut mengisi kekosongan kepemimpinan Sumatra Tengah.[12][13]
Pada 1951, Saalah tergabung dalam panitia pembentukan Balai Perguruan Tinggi Hukum Pancasila di Padang (cikal bakal Universitas Andalas). Pada 1953, ia juga menjadi anggota panitia pembentukan Perguruan Islam Tinggi Sumatra Tengah (atau Universitas Islam Darul Hikmah) di Bukittinggi.[14][15]
Dalam pemilu 1955, Saalah terpilih sebagai anggota DPR mewakili Sumatra Tengah.[16] Namun, setelah terjadinya pergolakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada 1958, kiprahnya tak terdengar lagi. Saalah diketahui merupakan pendukung PRRI.[17]
Meninggal dunia
suntingSaalah meninggal dunia di Jakarta pada Februari 1974.[18]
Catatan kaki
sunting- Rujukan
- ^ Kahin, hlm. 122.
- ^ R.B. Khatib Pahlawan Kayo 1991, hlm. 215-216.
- ^ Kenang-kenangan... 1983, hlm. 77.
- ^ Hasil Rakjat... 1956.
- ^ Taufik Abdullah 2009, hlm. 80.
- ^ a b c Taufik Abdullah 2009, hlm. 81.
- ^ Taufik Abdullah 2009, hlm. 82.
- ^ Kenang-kenangan... 1983, hlm. 530.
- ^ Kenang-kenangan... 1983, hlm. 20.
- ^ "Sejarah". Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota. Diakses tanggal 28 Juli 2020.
- ^ Kahin 1997, hlm. 209.
- ^ Departemen Penerangan 1953, hlm. 312.
- ^ Mestika Zed 1995, hlm. 119.
- ^ Departemen Penerangan 1953, hlm. 811.
- ^ Lukman Hakiem 1992, hlm. 47.
- ^ Arifin Suryo Nugroho 2020.
- ^ Gusti Asnan 2011, hlm. 120.
- ^ Hamka 1974, hlm. 113.
- Daftar pustaka
- Marthias Dusky Pandoe; Pour, Julius (2010). Jernih Melihat Cermat Mencatat: Antologi Karya Jurnalistik Wartawan Senior Kompas. Penerbit Buku Kompas. ISBN 979-709-487-1.
- R.B. Khatib Pahlawan Kayo, dkk. (1991). Muhammadiyah di Sumatera Barat (Minangkabau) dari Masa ke Masa. Padang: PWM Sumatera Barat. ISBN 979-709-487-1.
- Kenang-kenangan 70 Tahun Buya Hamka (1983). Pustaka Panjimas.
- Hasil Rakjat Memilih Tokoh-tokoh Parlemen (PDF). Jakarta: Parlaungan. 1956.
- Taufik Abdullah (2009). Schools and Politics: The Kaum Muda Movement in West Sumatra (1927-1933). Equinox Publishing.
- Dari Pemberontakan ke Integrasi. Yayasan Obor Indonesia. 2005.
- Audrey R. Kahin (1997). Perjuangan kemerdekaan Sumatera Barat dalam revolusi nasional Indonesia, 1945-1950. Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Cabang Sumatera Barat. hlm. 290.
- Propinsi Sumatera Tengah. Departemen Penerangan Republik Indonesia. 1953.
- Lukman Hakiem (1992). 70 tahun H. Buchari Tamam: Menjawab Panggilan Risalah. Media Da'wah.
- Mestika Zed (1995). Sumatera Barat di panggung sejarah, 1945-1995. Bidang Penerbitan Khusus, Panitia Peringatan 50 Tahun RI, Sumatera Barat.
- Hamka (1974). Muhammadiyah di Minangkabau. Yayasan Nurul Islam.
- Arifin Suryo Nugroho (2020). "K.H. Faqih Usman: Visi Politik Seorang Ulama". Khazanag Pendidikan. 13 (2). doi:10.30595/jkp.v13i2.6987. ISSN 1979-6668.
- Gusti Asnan (2011). "Regionalisme, Historiografi, dan Pemetaan Wilayah". Dalam Sita van Bemmelen; Remco Raben. Antara Daerah dan Negara: Indonesia Tahun 1950-an. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 978-979-461-772-4.
Pranala luar
sunting- (Indonesia) Profil Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat.