[go: up one dir, main page]

Orang San

suku bangsa di Afrika Selatan

Suku San (atau Saan), juga dikenal dengan istilah Bushmen atau Basarwa, adalah penduduk asli di Afrika bagian selatan yang sebelumnya tersebar di Botswana, Namibia, Angola, Zambia, Zimbabwe, Lesotho[1] dan Afrika Selatan. Mereka telah menempati wilayah tersebut sejak zaman batu awal, sekitar 20.000 tahun yang lalu. Kebanyakan anggota suku ini bermatapencaharian sebagai pemburu-pengumpul.[2] Terdapat perbedaan linguistik yang signifikan antara suku utara yang tinggal di wilayah yang membentang dari Sungai Okavango di Botswana dan Taman Nasional Etosha di Namibia barat laut hingga Angola selatan; suku-suku tengah hidup di wilayah Namibia dan Botswana; dan suku selatan tinggal di wilayah yang membentang dari Gurun Kalahari hingga Sungai Molopo.[3][4] Namun konflik perebutan lahan hingga mengakibatkan pengusiran mereka alami setelah ditemukannya berlian di dekat Botswana pada tahun 1980.[5]

Suku San
Anak-anak suku San di Namibia.
Daerah dengan populasi signifikan
Botswana (55.000), Namibia (27.000), Afrika Selatan (10.000), Angola (<5.000), Zimbabwe (1.200)
Bahasa
Bahasa-bahasa dalam rumpun bahasa Khoe, Kx'a, dan Tuu
Agama
Agama San
Kelompok etnik terkait
Khoikhoi, Xhosa, Basters, Griqua

Sejarah

sunting

Istilah San pada awalnya digunakan untuk menyebut rumpun kelompok etnis di Afrika Selatan yang bermatapencaharian sebagai pemburu-pengumpul serta memiliki keterkaitan hubungan sejarah dan bahasa. Sejak kedatangan koloni Belanda, mereka disebut sebagai Bushmen atau orang-orang semak. Istilah ini mereka dapatkan ketika terjadi pertempuran melawan penjajah yang sebelumnya mereka kira suatu penghormatan atas keberaniannya melawan kolonialisme. Namun julukan ini memiliki makna konotatif, berasal dari kata bossiesman yang berarti penjahat atau bandit, Sehingga penyebutan bushmen tersebut ditiadakan karena dianggap telah menghina kelompok mereka.[2] Suku San memiliki sejarah kelam terkait kemiskinan, penolakan sosial, diskriminasi kelompok dan penurunan identitas budaya.

Nenek moyang suku San dianggap sebagai penduduk pertama wilayah Botswana. Secara historis, keberadaan mereka tampak jelas di Perbukitan Tsodilo di Botswana utara, membangun tempat tinggal di gua-gua atau dibawah tebing berbatu. Di wilayah ini, alat-alat dari batu dan seni di batu berasal dari masa ribuan tahun yang lalu. Suku San memiliki tradisi semi-nomaden: mereka berpindah ke wilayah tertentu secara musiman berdasarkan ketersediaan sumber daya seperti air, hewan buruan, dan tumbuhan yang bisa dimakan karena mereka tidak bercocok tanam maupun beternak hewan. Pada tahun 2010, terdapat sekitar 50.000 hingga 60.000 orang San di Botswana.[6]:5

Masyarakat

sunting

Pada abad ke-17, ketika bangsa kulit putih tiba di tempat mereka, penghuni Afrika Selatan terhimpun atas tiga kelompok berbeda yang mencakup; pemburu-pengumpul (San), penggembala (Khoikhoi) dan petani (BaNtu). Pada awalnya, San hidup berdampingan secara damai dengan penutur bahasa Nguni (kelompok sub-bahasa BaNtu; Zulu, Xhosa, Swazi dan Ndebele).

Setiap anggota klan dari mereka berjumlah sekitar 25 orang, baik pria, wanita maupun anak-anak. Dalam setiap kelompok biasanya tidak memiliki seorang pemimpin atau kepala keluarga. Mereka saling bertemu dan berbagi berita maupun barter barang pada waktu-waktu tertentu dalam setahun atau pada saat perayaan ritual lainnya.

Sistem kepercayaan

sunting

Orang-orang San pada umumnya mempercayai dan menyembah dewa-dewa, memberi upacara penghormatan kepada arwah orang yang telah meninggal, dan terdapat sebagian kecil kelompok yang memuja bulan. Makhluk spiritual yang diyakini sebagian besar kelompok San adalah Kaggen atau dewa penipu, yang muncul dalam banyak mitos sebagai pencipta atau pembantu orang-orang San. Ritual keagamaan dilakukan untuk memperingati peristiwa-peristiwa penting. Mereka melakukannya dengan berbagai tarian, seperti tarian kesurupan yang diyakini sebagai media penyembuhan suatu kelompok.[2]

Keahlian

sunting

Berburu dan meramu merupakan salah satu keahlian mereka. Keterampilan berburu orang-orang San memungkinkan mereka untuk membedakan antara jejak hewan yang terluka dan kawanan lainnya. Metode dalam berburu menggunakan jebakan, terkadang busur dan anak panah yang diolesi dengan racun mematikan. Biasanya racun terbuat dari larva kumbang kecil, bisa ular atau dari tanaman berbunga euphorbia. Mereka juga dikenal karena memiliki keterampilan dalam bertahan hidup di alam liar; berburu; tradisi budaya yang beragam; dan bakat keilmuan mereka tentang flora dan fauna lokal, mampu mengkategorikan ribuan tanaman dan kegunaannya mulai dari kandungan nutrisi, membuat racun hingga meramu obat-obatan herbal.[2]

Kehidupan saat ini

sunting

Dari tahun 1950-an hingga 1990-an, beberapa orang San menjadi petani karena mengikuti program modernisasi pemerintah. Meskipun gaya hidup mereka berubah, mereka tetap memberi banyak informasi untuk ilmu antropologi dan genetika. Penelitian keanekaragaman genetik yang diselesaikan pada tahun 2009 menunjukkan bahwa San merupakan salah satu dari lima populasi dengan tingkat keanekaragaman genetik tertinggi dari 121 populasi Afrika yang menjadi sampel.[7][8][9]

Meskipun program pembangunan oleh pemerintah telah memberikan dampak positif terhadap suku San, banyak juga yang merasa tidak dilibatkan dalam proses pengambilan kebijakan, dan banyak pula yang melaporkan diskriminasi oleh pemerintah.[6] Pada tahun 2013, Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat melaporkan bahwa diskriminasi terhadap kaum Basarwa (San) di Botswana merupakan "kekhawatiran hak asasi manusia utama".[10]

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Walsham How, Marion (1962). The Mountain Bushmen of Basutoland. Pretoria: J. L. Van Schaik Ltd. 
  2. ^ a b c d "San - Bushmen - Kalahari, South Africa..." www.krugerpark.co.za. Diakses tanggal 2020-09-29. 
  3. ^ Barnard, Alan (2007). Anthropology and the Bushman. Oxford: Berg. hlm. 4–7. ISBN 9781847883308. 
  4. ^ "Who are the San? – San Map (Click on the image to enlarge)". WIMSA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-13. Diakses tanggal 13 January 2014. 
  5. ^ International, Survival. "Bushmen". www.survivalinternational.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-09-30. 
  6. ^ a b Anaya, James (2 June 2010). Addendum – The situation of indigenous peoples in Botswana (PDF) (Laporan). United Nations Human Rights Council. A/HRC/15/37/Add.2. 
  7. ^ Connor, Steve (1 May 2009). "World's most ancient race traced in DNA study". The Independent. Diakses tanggal 19 January 2014. 
  8. ^ Gill, Victoria (1 May 2009). "Africa's genetic secrets unlocked" (online edition). BBC World News. British Broadcasting Corporation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-07-01. Diakses tanggal 2009-09-03. 
  9. ^ Tishkoff, S. A.; Reed, F. A.; Friedlaender, F. R.; Ehret, C.; Ranciaro, A.; Froment, A.; Hirbo, J. B.; Awomoyi, A. A.; Bodo, J. -M.; Doumbo, O.; Ibrahim, M.; Juma, A. T.; Kotze, M. J.; Lema, G.; Moore, J. H.; Mortensen, H.; Nyambo, T. B.; Omar, S. A.; Powell, K.; Pretorius, G. S.; Smith, M. W.; Thera, M. A.; Wambebe, C.; Weber, J. L.; Williams, S. M. (2009). "The Genetic Structure and History of Africans and African Americans". Science. 324 (5930): 1035–44. doi:10.1126/science.1172257. PMC 2947357alt=Dapat diakses gratis . PMID 19407144. 
  10. ^ Bureau of Democracy, Human Rights and Labor. Botswana 2013 Human Rights Report (PDF) (Laporan). United States Department of State. 

Pranala luar

sunting