Keuskupan Agung Jakarta
Keuskupan Agung Jakarta adalah salah satu keuskupan yang terletak di negara Indonesia, serta menjadi keuskupan metropolit untuk provinsi gerejawi yang juga berada dalam kesatuan dengan Keuskupan Bandung dan Keuskupan Bogor. Keuskupan ini mencakup wilayah "Jatabek" (DKI Jakarta, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi), kecuali Kelurahan Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan yang termasuk dalam Keuskupan Bogor.
Keuskupan Agung Jakarta Archidioecesis Giakartana | |
---|---|
Katolik | |
Lokasi | |
Negara | Indonesia |
Wilayah | Daerah Khusus Ibukota Jakarta (kecuali Kelurahan Pondok Labu) |
Jakarta | |
Sufragan | |
Dekanat |
|
Kantor pusat | Jalan Katedral No. 7, Kel. Pasar Baru, Kec. Sawah Besar, Jakarta Pusat 10710 |
Koordinat | 6°10′08″S 106°49′58″E / 6.168837°S 106.832817°E |
Statistik | |
Luas | 10.775 km2 (4.160 sq mi)[1] |
Populasi - Total - Katolik | (per 2021) 20.411.000 536.598 (2,6%) |
Paroki | 67 |
Imam | 375 (80 imam diosesan, 2 diakon diosesan) |
Informasi | |
Denominasi | Gereja Katolik |
Gereja sui iuris | Gereja Latin |
Ritus | Ritus Roma |
Pendirian | 8 Mei 1807 |
Katedral | Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, Jakarta Pusat, DKI Jakarta |
Bahasa | Bahasa Indonesia |
Kepemimpinan kini | |
Paus | Fransiskus |
Uskup agung | Ignatius Kardinal Suharyo[2] |
Vikaris jenderal | R.D. Samuel Pangestu[3] |
Vikaris episkopal | R.P. Yosephus Edi Mulyono, S.J.[4] |
Vikaris yudisial | R.D. Stefanus Tommy Octora Agung Surya |
Sekretaris jenderal | R.D. Vincentius Adi Prasojo |
Ekonom | R.D. Michael Wisnu Agung Pribadi |
Emeritus | Julius Kardinal Darmaatmadja, S.J. (Uskup Agung Emeritus, 1996–2010) |
Peta | |
Situs web | |
kaj |
Yurisdiksi ini dibentuk dengan nama Prefektur Apostolik Batavia pada tanggal 8 Mei 1807, tidak lama setelah Herman Willem Daendels mulai memerintah di Hindia Belanda. Hal ini menjadikan Keuskupan Agung Jakarta sebagai keuskupan pertama dan tertua di Indonesia.
Sejarah
suntingDi Museum Nasional Indonesia di Jakarta disimpan sebuah batu besar yang awalnya ditanam di pantai Sunda Kelapa. Batu berpahatkan tanda salib bertahunkan 1522 ini adalah peringatan hubungan antara pelayaran Portugis dan kerajaan Pajajaran. Ini adalah tanda awal hadirnya Katolik di Jakarta kini.
Kemudian saat VOC berkuasa, 1619 hingga 1792, semua kegiatan Katolik dilarang,[butuh klarifikasi] dan para imam Katolik juga dilarang untuk berkarya di wilayah kekuasaan VOC di Batavia, bahkan seorang Jesuit Egidius d'Abreu, S.J. dibunuh pada tahun 1624.[butuh rujukan] Kegiatan Katolik hanya diijinkan di luar tembok Batavia bagi orang-orang keturunan Portugis dengan didirikannya Gereja Portugis di luar kota pada tahun 1696, kini menjadi Gereja Sion di Jl. P. Jayakarta. Keturunan Portugis ini juga diberi lahan bertani di daerah yang kini disebut daerah Tugu. Pada abad ke-18 ini VOC membebaskan imam-imam Katolik untuk singgah di Batavia untuk melayani umat-umat, baik yang keturunan Portugis maupun juga pegawai VOC. Barulah pada masa kekuasaan Herman Willem Daendels, umat Katolik diizinkan untuk merayakan misa secara terbuka, yang dimulai dengan didirikannya Prefektur Apostolik Batavia, yaitu pecahan dari Prefektur Apostolik Kepulauan Samudera Hindia (saat ini Keuskupan Saint-Denis di Réunion), pada tahun 1807. Daendels juga memberikan Gereja Katolik resmi pertama di Batavia pada tahun 1810 bertempat di Gang Kenanga Utara, daerah Senen sekarang (yang telah dibongkar pada tahun 1989). Pada tahun 1830 Gubernur Jenderal Du Bus de Ghisignies menghibahkan tempat kediaman komandan tentara dan wakil gubernur jenderal kepada Prefektur Apostolik Batavia. Di lahan inilah kini berdiri Gereja Katedral Jakarta.
Secara resmi prefektur apostolik ditingkatkan menjadi Vikariat Apostolik Batavia pada tanggal 3 April 1842 yang meliputi seluruh wilayah Hindia Belanda, dengan vikaris apostolik pertamanya, Mgr. Jacobus Grooff, yang dilantik pada tanggal 20 September 1842. Pada periode 1855 hingga 1948 wilayah Vikariat Apostolik Batavia semakin menyempit dengan didirikannya berbagai vikariat apostolik yang baru di luar Jawa dan di pulau Jawa sendiri.
Pada tahun 1856 suster-suster Ursulin mendirikan biara susteran pertama Groot Kloster di Batavia di Jl Juanda dilanjutkan biara keduanya Klein Klooster di Jl Pos pada tahun 1859 diikuti biara-biara Ursulin lain di daerah Jatinegara dan Kramat. Suster-suster dari Carolus Borromeus membuka Rumah Sakit Sint Carolus pada tahun 1919. Saat-saat awal tersebut, imam-imam Jesuitlah yang menyelenggarakan karya pastoral di wilayah Batavia baru kemudian dibantu oleh imam-imam Fransiskan pada tahun 1929 dan imam-imam dari Misionaris Hati Kudus (MSC) tahun 1932. Dalam bidang pendidikan, imam-imam Yesuit mendirikan Perkumpulan Strada tahun 1924. Sekolah pertamanya dibuka tahun itu juga di daerah Gunung Sahari. Pada tahun 1927 Perkumpulan Strada mendirikan sekolah menengah berasrama di Menteng yang kemudian menjadi Kolese Kanisius pada tahun 1932.
Pada masa pendudukan Jepang, Vikaris Apostolik Batavia saat itu Mgr. P. Willekens S.J. mengusahakan agar rumah sakit dan sekolah-sekolah Katolik untuk tetap beroperasi dan tetap melayani umat Katolik pada masa sulit tersebut.
Setelah Indonesia merdeka, Gereja Katolik mulai berkembang kembali. Jumlah umat semakin bertambah, demikian juga dengan jumlah paroki. Paroki Mangga Besar didirikan tahun 1946, paroki di Jl. Malang tahun 1948, paroki Tangerang tahun 1948. Pada tanggal 7 Februari 1950, nama Vikariat Apostolik Batavia diubah menjadi Vikariat Apostolik Djakarta dengan 12 paroki. Status Vikariat Apostolik kemudian ditingkatkan menjadi Keuskupan Agung Djakarta pada tanggal 3 Januari 1961 dengan 2 keuskupan sufragan yaitu: Keuskupan Bandung dan Keuskupan Bogor. Keuskupan saat itu memiliki 16 paroki. Pada Sesuai dengan perubahan ejaan bahasa, nama Keuskupan Agung Djakarta diubah menjadi Keuskupan Agung Jakarta pada tanggal 22 Agustus 1973. Saat itu, jumlah paroki di keuskupan ini adalah 23 buah. Pada tahun 1980 terdapat 34 paroki, pada tahun 1988 terdapat 39 paroki, pada tahun 1990 terdapat 40 paroki, dan pada 2002 sudah terdapat 53 paroki dengan 411.036 orang umat yang dilayani oleh 277 imam. Pada tahun 2007 diperingati 200 tahun Gereja Katolik di Jakarta. Saat itu sudah terdapat 60 paroki. Puncak Perayaan Agung 200 tahun Gereja Katolik di Jakarta diselenggarakan di Istora Senayan pada tanggal 26 Mei 2007, yang dihadiri pula oleh sebagian besar para uskup di Indonesia.
Garis waktu
sunting- Didirikan sebagai Prefektur Apostolik Batavia pada tanggal 8 Mei 1807, memisahkan diri dari Prefektur Apostolik Kepulauan Samudera Hindia.
- Ditingkatkan menjadi Vikariat Apostolik Batavia pada tanggal 3 April 1841
- Berganti nama menjadi Vikariat Apostolik Djakarta pada tanggal 7 Februari 1950
- Ditingkatkan menjadi Keuskupan Agung Djakarta pada tanggal 3 Januari 1961
- Mendapat kunjungan pastoral dari Paus Paulus VI di Jakarta pada tanggal 3–4 Desember 1970[5]
- Berganti nama menjadi Keuskupan Agung Jakarta pada tanggal 22 Agustus 1973
- Mendapat kunjungan pastoral dari Paus Yohanes Paulus II di Jakarta dalam rangkaian kunjungan ke Indonesia pada tanggal 9–14 Oktober 1989[6]
- Mendapat kunjungan pastoral dari Paus Fransiskus di Jakarta dalam rangkaian kunjungan ke Indonesia pada 3–6 September 2024
Waligereja
suntingOrdinaris
sunting- Prefek Apostolik Batavia
- R.P. Jacobus Nelissen (8 Mei 1807 s.d. 6 Desember 1817, wafat)
- R.P. Lambertus Prinsen (6 Desember 1817 s.d. 5 Februari 1830, mengundurkan diri)
- R.P. Joannes Henricus Scholten (10 September 1831 s.d. 3 Februari 1842, mengundurkan diri)
- Vikaris Apostolik Batavia
- Jacobus Grooff (20 September 1842 s.d. 19 April 1852, wafat)
- Petrus Maria Vrancken (19 April 1852 s.d. 28 Mei 1874, pensiun)
- Adam Carel Claessens (16 Juni 1874 s.d. 23 Mei 1893, mengundurkan diri)
- Walterus Sybradus Staal, S.J. (23 Mei 1893 s.d. 30 Juni 1897, wafat)
- Edmundus Sybradus Luypen, S.J. (21 Mei 1898 s.d. 1 Mei 1923, wafat)
- Anton Pieter Franz van Velsen, S.J. (21 Januari 1924 s.d. Maret 1933, mengundurkan diri)
- Petrus Johannes Willekens, S.J. (23 Juli 1934 s.d. 7 Februari 1950, berubah nama)
- Vikaris Apostolik Djakarta
- Petrus Johannes Willekens, S.J. (7 Februari 1950 s.d. 23 Mei 1952, mengundurkan diri)
- Adrianus Djajasepoetra, S.J. (18 Februari 1953 s.d. 3 Januari 1961, naik tingkat)
- Uskup Agung Djakarta
- Adrianus Djajasepoetra, S.J. (3 Januari 1961 s.d. 21 Mei 1970, pensiun)
- Leo Soekoto, S.J. (21 Mei 1970 s.d. 22 Agustus 1973, berubah nama)
- Uskup Agung Jakarta
- Leo Soekoto, S.J. (22 Agustus 1973 s.d. 30 Desember 1995, wafat)
- Julius Riyadi Kardinal Darmaatmadja, S.J. (11 Januari 1996 s.d. 28 Juni 2010, pensiun)
- Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo (sejak 28 Juni 2010)[7]
Prelat tituler
sunting- Vikaris Apostolik Koajutor Batavia
- Petrus Maria Vrancken (4 Juni 1847 s.d. 19 April 1852, ganti jabatan)
- Administrator Diosesan Vikaris Djakarta
- R.P. C. Doumen, S.J. (23 Mei 1952 s.d. 18 Februari 1953, jabatan selesai)
- Administrator Diosesan Jakarta
- R.P. Martinus Soenarwidjaja, S.J. (30 Desember 1995 s.d. 11 Januari 1996, jabatan selesai)
- Uskup Agung Koajutor Jakarta
- Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo (25 Juli 2009 s.d. 28 Juni 2010, ganti jabatan)
Kuria
suntingSusunan kuria Keuskupan Agung Jakarta sebagai berikut.[8]
Posisi | Nama |
---|---|
Uskup Agung Jakarta | Ignatius Kardinal Suharyo |
Vikaris Jenderal | R.D. Samuel Pangestu |
Vikaris Episkopal | R.P. Yusup Edi Mulyono, S.J. |
Vikaris Yudisial | R.D. Stefanus Tommy Octora Agung Surya |
Sekretaris | R.D. Vincentius Adi Prasojo |
Wakil Sekretaris | R.D. Thomas Ulun Ismoyo |
Ekonom | R.D. Michael Wisnu Agung Pribadi |
Kepala Kantor Manajemen Aset | R.D. Albertus Ary Dianto |
Pastor Kepala Katedral | R.P. Albertus Hani Rudi Hartoko, S.J. |
Paroki
suntingDekanat Jakarta Pusat
suntingDekanat Jakarta Barat I
sunting
|
Dekanat Jakarta Barat II
sunting
|
Dekanat Jakarta Selatan
sunting
|
Dekanat Jakarta Utara
sunting
|
Dekanat Jakarta Timur
sunting
|
Dekanat Tangerang I
sunting
|
Dekanat Tangerang II
sunting
|
Dekanat Bekasi
sunting
|
Referensi
sunting- ^ "Archdiocese of Jakarta, Indonesia". GCatholic. Diakses tanggal 2023-11-20.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-07-07. Diakses tanggal 2019-01-14.
- ^ http://www.kaj.or.id/read/2014/07/23/7692/rm-samuel-pangestu-pr-menjadi-vikjen-kaj.php
- ^ http://www.sesawi.net/romo-edi-mulyono-sj-gantikan-romo-andang-sj-jadi-vikep-kategorial-kaj-baru/
- ^ Katolik, Renungan Iman (2014-04-18). "Pijar Vatikan II: Sambut Paus Paulus VI di Indonesia, Lalu Pak Harto ke Vatikan (25C)". Renungan Harian. Diakses tanggal 2022-08-16.
- ^ "Napak Tilas 30 Tahun Kunjungan Paus Yohanes Paulus II - Unika Atma Jaya". m.atmajaya.ac.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-16. Diakses tanggal 2022-08-16.
- ^ Paus Kabulkan Pengunduran Diri Uskup Agung Jakarta. KOMPAS, 29 Juni 2010. Diakes pada 29 Juni 2010.
- ^ "Kuria KAJ". Keuskupan Agung Jakarta. Diakses tanggal 23 Juni 2024.
Pustaka
sunting- Departemen Dokumentasi dan Penerangan (Juni 2017), Buku Petunjuk Gereja Katolik Indonesia 2017 (dalam bahasa (Indonesia)) (edisi ke-1), Jakarta Pusat: Konferensi Waligereja Indonesia
Pranala luar
sunting- (Indonesia) Keuskupan Agung Jakarta
- (Inggris) Archdiocese of Jakarta
- (Indonesia) Jadwal Misa Keuskupan Agung Jakarta