[go: up one dir, main page]

Kaisar Zhang dari Han

Kaisar Zhang dari Han (Hanzi: 汉章帝, 57-88) yang nama aslinya Liu Da (刘炟), adalah kaisar ke-3 Dinasti Han Timur, Tiongkok.

Kaisar Zhang dari Han
Kaisar Dinasti Han
Berkuasa75 - 88
PendahuluKaisar Ming
PenerusKaisar He
KelahiranLiu Da
57
Kematian88
AyahLiu Zhuang, Kaisar Ming
IbuSelir Jia

Ia adalah seorang pemimpin yang rajin dan pekerja keras. Ia mengurangi pajak dan menaruh perhatian besar terhadap masalah negara. Selain itu ia juga memangkas pengeluaran pemerintah dan mempromosikan Konfusianisme. Akibatnya pada masa pemerintahannya, rakyat hidup makmur dan kebudayaan Tiongkok berkembang pesat. Masa pemerintahannya dan ayahnya (Kaisar Ming dari Han) dianggap sebagai abad keemasan Dinasti Han Timur dan dikenal dengan nama Zaman Ming-Zhang (明章之治).

Pada masa pemerintahannya pula, Tiongkok meluaskan pengaruhnya hingga ke luar negeri. Jenderal Ban Chao memimpin pasukan Han ke barat menyeberangi Laut Kaspia hingga ke wilayah yang kini adalah negara Ukraina dengan misi memerangi suku barbar Xiongnu yang sering mengganggu rute perdagangan Jalan Sutera. Ekspedisi militer ke barat ini membuka hubungan antara Tiongkok dengan Kekaisaran Parthia (sekarang Iran), Tiongkok juga mengirim duta besarnya ke Roma.

Kaisar Zhang adalah kaisar bijak terakhir Dinasti Han Timur. Para penerusnya tidak lebih dari penguasa-penguasa dungu yang dikendalikan oleh para kasim dan keluarga kaisar dari pihak ibu. Hal ini tidak lepas dari kesalahannya memberikan kekuasaan pada kerabat kekaisaran dari pihak ibu dan istrinya yang menjadi bibit penyalahgunaan wewenang oleh keluarga kekaisaran.

Latar belakang

sunting

Liu Da dilahirkan pada tahun 57 sebagai putra dari putra mahkota Liu Zhuang dan istrinya yang bermarga Jia. Selir Ma, selir kesayangan Liu Zhuang yang juga adalah bibi Selir Jia, tidak memiliki putra, maka atas restu Liu Zhuang, Selir Ma mengadopsi Liu Da sebagai anak angkatnya. Liu Da pun tumbuh dibawah bimbingan Selir Ma yang dianggapnya sebagai ibunya sendiri. Bahkan ketika ia belakangan mengetahui bahwa ibu kandungnya adalah Nyonya Jia, hubungannya tidak sedekat ibu angkatnya.

Tak lama setelah kelahirannya, kakek Liu Da, Kaisar Guangwu mangkat. Liu Zhuang pun naik tahta dengan gelar Kaisar Ming dari Han. Pada tahun 60, atas petunjuk Ibusuri Yin Lihua, Kaisar Ming mengangkat Selir Ma sebagai permaisurinya dan Liu Da sebagai putra mahkota, padahal ia masih memiliki empat kakak laki-laki.

Sebagai putra mahkota

sunting

Tidak banyak yang diketahui mengenai aktivitas Liu Da semasa menjadi putra mahkota selain ia dididik dengan ajaran Konfusius sejak usia dini. Ibu angkatnya, Permaisuri Ma, selalu mendorongnya agar giat belajar. Hubungannya dengan ibu angkatnya itu sangat dekat, demikian pula dengan paman-pamannya dari keluarga Ma. Pada tahun 75, Kaisar Ming mangkat. Liu Da pun mewarisi tahta dengan gelar Kaisar Zhang, saat itu usianya baru 18 tahun. Permaisuri Ma pun kini menjadi ibusuri.

Ia juga sangat mahir dalam kaligrafi. Gaya penulisannya masih populer dan dipakai hingga sekarang. Gaya ini dikenal dengan nama Goretan Zhang (章草)

Awal pemerintahan

sunting

Sebagai penguasa, Kaisar Zhang mewarisi sifat pekerja keras ayahnya, tetapi ia lebih lunak dibanding ayahnya yang tegas. Ia mendekatkan diri dengan pejabat-pejabat jujur dan mempromosikan mereka. Terhadap dirinya sendiri, ia menerapkan pola hidup sederhana. Ia sangat menghormati para pejabat senior yang telah bekerja dengan setia dibawah rezim kakek dan ayahnya.

Pada tahun 76, atas saran penasihat Yang Zhong dan perdana menteri Diwu Lun, Kaisar Zhang memutuskan untuk menarik mundur kampanye militer ayahnya ke Xiyu (sekarang wilayah Xinjiang dan Asia Tengah). Namun salah satu jenderal Han bernama Ban Chao menolaknya, menurut Ban keberadaan pasukan Han di wilayah Xiyu sangat penting. Kaisar Zhang pun akhirnya mengalah dan melimpahkan tanggung jawab menjaga Xiyu pada Ban.

Sejak awal naik tahta, Kaisar Zhang berencana memberi gelar marquis pada paman-pamannya dari keluarga Ma. Rencana ini tidak disetujui oleh Ibusuri Ma yang menganggapnya tidak pantas. Namun pada tahun 79, ia tetap memberi mereka gelar marquis tanpa menghiraukan keberatan ibu angkatnya dan paman-pamannya sendiri.

Tahun 77, Kaisar Zhang memperistri putri sepupunya, Putri Piyang, dan yang juga cicit dari negarawan Dou Rong. Ia sangat menyayangi gadis itu dan tahun berikutnya ia mengangkatnya sebagai permaisuri.

Tahun 79, Ibusuri Ma, yang memberi nasihat padanya, wafat. Bahkan setelah kematiannya, Kaisar Zhang tidak pernah menganggap ibu kandungnya, Nyonya Jia, sebagai ibunya, tetapi ia tetap memberinya hak tinggal dan berkuasa di istana kekaisaran.

Konflik dalam istana

sunting

Setelah kematian Ibusuri Ma, Kaisar Zhang tetap bekerja dengan rajin. Namun konflik mulai membara antara Permaisuri Dou dengan selir-selir kaisar lainnya yang mengakibatkan kekacauan politik.

Ketika Ibusuri Ma masih hidup, ia menjodohkan dua orang putri Song Yang sebagai selir bagi Kaisar Zhang. Tahun 78, Selir Song yang besar melahirkan seorang putra yang dinamai Liu Qing. Karena Permaisuri Dou tidak punya anak laki-laki, maka Liu Qing diangkat sebagai putra mahkota pada tahun 79. Kakak beradik Song sangat disayangi oleh Ibusuri Ma.

Pada akhir 79, Permaisuri Dou mengadopsi putra dari selir kaisar lainnya, Selir Liang, Liu Zhao, sebagai putra angkatnya. Ia juga berkomplot dengan ibunya, Putri Piyang dan saudara-saudara laki-lakinya untuk menjadikan Liu Zhao putra mahkota. Setelah kematian Ibusuri Ma, mulailah ia merealisasikan rencananya. Ia menyuruh para saudara laki-lakinya mencari-cari kesalahan keluarga Song dan juga menyuap para pelayan dan kasim kakak beradik Song untuk menjebak majikan mereka.

Tahun 82, kesempatan yang dinanti-nantikan Permaisuri Dou tiba. Selir Song besar jatuh sakit dan ia membutuhkan cuscuta (sejenis tanaman parasit) sebagai obat, untuk itu ia meminta keluarganya untuk membawakannya. Permaisuri Dou menyita cuscuta itu dan menuduh Selir Song hendak menggunakannya untuk membuat guna-guna. Kaisar Zhang sangat marah mendengar hal ini dan ia mengusir putra mahkota Liu Qing dari istana. Ia juga memerintahkan kakak beradik Song ditahan dan diinterogasi oleh kasim Cai Lun. Karena tidak tahan terhadap tekanan-tekanan itu, kakak beradik Song bunuh diri dengan meminum racun. Liu Qing kehilangan statusnya sebagai putra mahkota, gelarnya diturunkan menjadi Pangeran Qinghe. Saudara tirinya, Liu Zhao diangkat sebagai putra mahkota menggantikannya. Namun hubungan kedua kakak beradik itu masih akur, mereka sering menghabiskan waktu bersama.

Kakak beradik Song hanyalah korban awal dari ambisi Permaisuri Dou. Setelah Liu Zhao diangkat sebagai putra mahkota, ibu kandungnya, Selir Liang, diam-diam merasa senang, tetapi tidak berani mengekspresikan perasaannya secara terang-terangan. Ketika keluarga Dou mengetahuinya, mereka mulai gelisah dan tidak tenang, merekapun berencana untuk menghabisi keluarga Liang. Permaisuri Dou menjelek-jelekan Selir Liang dan adiknya yang juga adalah selir kaisar sehingga kaisar mulai menjaga jarak terhadap keduanya. Tahun 83, keluarga Dou memfitnah ayah Selir Liang, Liang Song, yang akhirnya meninggal di penjara. Kakak beradik Liang pun meninggal tak lama kemudian dalam kesedihan dan ketakutan mereka.

Sejak itu keluarga Dou semakin berkuasa dan mendominasi pemerintahan. Tahun 83 pula, Kaisar Zhang mulai tidak mempercayai paman-paman Ma-nya karena mereka mulai sewenang-wenang dan mengabaikan hukum. Belakangan ia mengirim mereka ke perbatasan. Saudara-saudara Permaisuri Dou, Dou Xian dan Dou Du secara efektif memegang kekuasaan, hal ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Dinasti Han dimana keluarga permaisuri lebih berkuasa daripada keluarga ibusuri. Trend ini akan berlanjut pada masa-masa berikutnya dan menjadi awal dari korupsi dan penyalahgunaan wewenang.

Akhir pemerintahan

sunting

Sekalipun tidak mampu mengendalikan konflik dalam keluarganya, Kaisar Zhang tetap dikenang sebagai pemimpin yang rajin dan berpikiran terbuka. Pada tahun 84, dua orang pelajar bernama Kong Xi dan Cui Yin dituduh mengkritik Kaisar Wu (leluhur Kaisar Zhang) dengan tidak pantas dan hal ini juga dianggap kritik tidak langsung terhadap Kaisar Zhang. Namun setelah membaca surat pembelaan diri Kong, kaisar dapat menerima argumen-argumennya dan mengangkatnya sebagai pejabat.

Tahun 86, meletus pemberontakan pertama oleh suku Qiang. Pemberontakan ini berhasil ditumpas dalam waktu singkat, tetapi pada masa-masa berikutnya pemberontakan Qiang terus membayangi Dinasti Han karena suku Qiang merasa diperlakukan tidak adil oleh para pejabat Han. Inilah yang kelak menjadi salah satu penyebab kemunduran Dinasti Han.

Kaisar Zhang mangkat pada tahun 88 dan digantikan oleh putranya, Liu Zhao, yang naik tahta sebagai Kaisar He dari Han. Ia dimakamkan di Mausoleum Jing, di sebelah tenggara Luoyang, Provinsi Henan.

Didahului oleh:
Kaisar Ming
Kaisar Tiongkok
(Dinasti Han)
75–88
Diteruskan oleh:
Kaisar He