[go: up one dir, main page]

Kanji

Aksara Tionghoa yang digunakan oleh orang Jepang

Kanji (dengarkan) (漢字), secara harfiah berarti "aksara dari Han", adalah aksara Tionghoa yang digunakan dalam bahasa Jepang. Kanji adalah salah satu dari empat set aksara yang digunakan dalam tulisan modern Jepang selain kana (katakana, hiragana) dan romaji.

Kanji
Jenis aksara
BahasaJepang Kuno, Jepang
Arah penulisanKiri ke kanan (tradisional: atas ke bawah, dari kolom sebelah kanan)
Aksara terkait
Silsilah
Aksara kerabat
Hanja,
Zhuyin,
Hanzi sederhana,
Chu Nom,
Aksara Khitan,
Aksara Jurchen
ISO 15924
ISO 15924Hani, , ​Han (Hanzi, Kanji, Hanja)
Pengkodean Unicode
Nama Unicode
Han
 Artikel ini mengandung transkripsi fonetik dalam Alfabet Fonetik Internasional (IPA). Untuk bantuan dalam membaca simbol IPA, lihat Bantuan:IPA. Untuk penjelasan perbedaan [ ], / / dan  , Lihat IPA § Tanda kurung dan delimitasi transkripsi.

Kanji dulunya juga disebut mana (真名) atau shinji (真字) untuk membedakannya dari kana. Aksara kanji dipakai untuk melambangkan konsep atau ide (kata benda, akar kata kerja, akar kata sifat, dan kata keterangan). Sementara itu, hiragana umumnya dipakai sebagai okurigana untuk menuliskan infleksi kata kerja dan kata-kata yang akar katanya ditulis dengan kanji, atau kata-kata asli bahasa Jepang. Selain itu, hiragana dipakai menulis kata-kata yang sulit ditulis dan diingat bila ditulis dalam aksara kanji. Kecuali kata serapan, aksara kanji dipakai untuk menulis hampir semua kosakata yang berasal dari bahasa Tionghoa maupun bahasa Jepang.

Sejarah

sunting
 
Kanbun

Secara resmi, aksara Tionghoa pertama kali dikenal di Jepang lewat barang-barang yang diimpor dari Tionghoa melalui Semenanjung Korea mulai abad ke-5 Masehi. Sejak itu pula, aksara Tionghoa banyak dipakai untuk menulis di Jepang, termasuk untuk prasasti dari batu dan barang-barang lain. 

Sebelumnya di awal abad ke-3 Masehi, dua orang bernama Achiki dan Wani datang dari Baekje pada masa pemerintahan Kaisar Ōjin. Keduanya konon menjadi pengajar aksara Tionghoa bagi putra kaisar.[1] Wani membawa buku Analek karya Kong Hu Chu dan buku pelajaran menulis aksara Tionghoa untuk anak-anak dengan judul Seribu Karakter Klasik.[2] Walaupun demikian, orang Jepang mungkin sudah mengenal aksara Tionghoa sejak abad ke-1 Masehi. Di Kyushu ditemukan stempel emas asal tahun 57 Masehi yang diterima sebagai hadiah dari Tiongkok untuk raja negeri Wa (Jepang).[1]

 
Kaisar Ōjin

Dokumen tertua yang ditulis di Jepang menurut perkiraan ditulis keturunan imigran dari Tiongkok. Istana mempekerjakan keturunan imigran dari Tiongkok bekerja di istana sebagai juru tulis. Mereka menuliskan bahasa Jepang kuno yang disebut yamato kotoba dalam aksara Tionghoa. Selain itu, mereka juga menuliskan berbagai peristiwa dan kejadian penting.[2]

Sebelum aksara kanji dikenal orang Jepang, bahasa Jepang berkembang tanpa bentuk tertulis. Pada awalnya, dokumen bahasa Jepang ditulis dalam bahasa Tionghoa, dan dilafalkan menurut cara membaca bahasa Tionghoa. Sistem kanbun (漢文) merupakan cara penulisan bahasa Jepang menurut bahasa Tionghoa yang dilengkapi tanda diakritik. Sewaktu dibaca, tanda diakritik membantu penutur bahasa Jepang mengubah susunan kata-kata, menambah partikel, dan infleksi sesuai aturan tata bahasa Jepang.

Selanjutnya berkembang sistem penulisan man'yōgana yang memakai aksara Tionghoa untuk melambangkan bunyi bahasa Jepang. Sistem ini dipakai dalam antologi puisi klasik Man'yōshū. Sewaktu menulis man'yōgana, aksara Tionghoa ditulis dalam bentuk kursif agar menghemat waktu. Hasilnya adalah hiragana yang merupakan bentuk sederhana dari man'yōgana. Hiragana menjadi sistem penulisan yang mudah dikuasai wanita. Kesusastraan zaman Heian diwarnai karya-karya besar sastrawan wanita yang menulis dalam hiragana. Sementara itu, katakana diciptakan oleh biksu yang hanya mengambil sebagian kecil coretan dari sebagian karakter kanji yang dipakai dalam man'yōgana.

Cara pengucapan

sunting

Satu aksara kanji bisa memiliki cara membaca yang berbeda-beda. Selain itu tidak jarang, satu bunyi bisa dilambangkan oleh aksara kanji yang berbeda-beda. Aksara kanji memiliki dua cara pengucapan, ucapan Tionghoa (on'yomi) dan ucapan Jepang (kun'yomi).

Ucapan Tionghoa (on'yomi)

sunting

On'yomi (音読み) atau ucapan Tionghoa adalah cara membaca aksara kanji mengikuti cara membaca orang Tionghoa sewaktu karakter tersebut diperkenalkan di Jepang. Pengucapan karakter kanji menurut bunyi bahasa Tionghoa bergantung kepada zaman ketika karakter tersebut diperkenalkan di Jepang. Akibatnya, sebagian besar karakter kanji memiliki lebih dari satu on'yomi. Kanji juga dikenal orang Jepang secara bertahap dan tidak langsung dilakukan pembakuan.

On'yomi dibagi menjadi 4 jenis:

  • Go-on (呉音, "ucapan Wu") adalah cara pengucapan dari daerah Wu di bagian selatan zaman Enam Dinasti Tiongkok. Walaupun tidak pernah ditemukan bukti-bukti, ucapan Wu diperkirakan dibawa masuk ke Jepang melalui Semenanjung Korea dari abad ke-5 hingga abad ke-6. Ucapan Wu diperkirakan berasal dari cara membaca literatur agama Buddha yang diwariskan secara turun temurun sebelum diketahui cara membaca Kan-on (ucapan Han). Semuanya cara pengucapan sebelum Kan-on digolongkan sebagai Go-on walaupun mungkin saja berbeda zaman dan asal-usulnya bukan dari daerah Wu.
  • Kan-on (漢音, "ucapan Han") adalah cara pengucapan seperti dipelajari dari zaman Nara hingga zaman Heian oleh utusan Jepang ke Dinasti Tang dan biksu yang belajar ke Tiongkok. Secara khusus, cara pengucapan yang ditiru adalah cara pengucapan orang Chang'an.
  • Tō-on (唐音, "ucapan Tang") adalah cara pengucapan karakter seperti dipelajari oleh biksu Zen antara zaman Kamakura dan zaman Muromachi yang belajar ke Dinasti Song, dan perdagangan dengan Tiongkok.
  • Kan'yō-on (慣用音, "ucapan populer") adalah cara pengucapan on'yomi yang salah (tidak ada dalam bahasa Tionghoa), tetapi telah diterima sebagai kelaziman.
Kanji Arti Go-on Kan-on Tō-on Kan'yō-on
terang myō (明星 myōjō) mei (明暗 meian) (min)* (明国 minkoku)
pergi gyō (行列 gyōretsu) (行動 kōdō) (an)* (行灯 andon)
ibu kota kyō (京都 Kyōto) kei (京阪 Keihan) kin (南京 Nankin)
biru, hijau shō (緑青 rokushō) sei (青春 seishun) chin (青島 Chintao) -
murni shō (清浄 shōjō) sei (清潔 seiketsu) (shin)* (清国 Shinkoku)
mengirim (shu)* (shu)* yu (運輸 un-yu)[3]
tidur (men)* (ben)* min (睡眠 suimin) [4]

*Ucapan yang tidak umum

Ucapan Jepang (kun'yomi)

sunting

Kun'yomi (訓読み) atau ucapan Jepang adalah cara pengucapan kata asli bahasa Jepang untuk karakter kanji yang artinya sama atau paling mendekati. Kanji tidak diucapkan menurut pengucapan orang Tionghoa, melainkan menurut pengucapan orang Jepang. Bila karakter kanji dipakai untuk menuliskan kata asli bahasa Jepang, okurigana sering perlu ditulis mengikuti karakter tersebut.

Seperti halnya, on'yomi sebuah karakter kadang-kadang memiliki beberapa kun'yomi yang bisa dibedakan berdasarkan konteks dan okurigana yang mengikutinya. Beberapa karakter yang berbeda-beda sering juga memiliki kun'yomi yang sama, namun artinya berbeda-beda. Selain itu, tidak semua karakter memiliki kun'yomi.

Kata "kun" dalam kun'yomi berasal kata "kunko" (訓詁) (pinyin: xungu) yang berarti penafsiran kata demi kata dari bahasa kuno atau dialek dengan bahasa modern. Aksara Tionghoa adalah aksara asing bagi orang Jepang, sehingga kunko berarti penerjemahan aksara Tionghoa ke dalam bahasa Jepang. Arti kanji dalam bahasa Tionghoa dicarikan padanannya dengan kosakata asli bahasa Jepang.

Sebagai aksara asing, aksara Tionghoa tidak dapat diterjemahkan semuanya ke dalam bahasa Jepang. Akibatnya, sebuah karakter kanji mulanya dipakai untuk melambangkan beberapa kun'yomi. Pada masa itu, orang Jepang mulai sering membaca tulisan bahasa Tionghoa (kanbun) dengan cara membaca bahasa Jepang. Sebagai usaha membakukan cara membaca kanji, satu karakter ditetapkan hanya memiliki satu cara pengucapan Jepang (kun'yomi). Pembakuan ini merupakan dasar bagi tulisan campuran Jepang dan Tiongkok (wa-kan konkōbun) yang merupakan cikal bakal bahasa Jepang modern.

Kokkun

sunting

Kokkun (国訓) adalah karakter kanji yang mendapat arti baru yang sama sekali berbeda dari arti semula karakter tersebut dalam bahasa Tionghoa, misalnya:

  • chū, okitsu, oki (jauh di laut, lepas pantai; pinyin: chōng, membilas; chòng, kuat)
  • 椿 tsubaki (Kamelia; pinyin: chūn, Ailanthus)

Jūbakoyomi dan yutōyomi

sunting
 
Kamus The Kodansha Kanji Learner's Dictionary, karya ahli bahasa Jack Halpern.

Gabungan dua karakter sering tidak mengikuti cara membaca on'yomi dan kun'yomi melainkan campuran keduanya yang disebut jūbakoyomi (重箱読み). Karakter pertama dibaca menurut on'yomi dan karakter kedua menurut kun'yomi, misalnya:

  • 重箱 (jūbako:Kotak besar)
  • 音読み (on'yomi:Pelafalan dengan suara keras)
  • 台所 (daidokoro:Dapur)
  • 役場 (yakuba:Balai kota)
  • 試合 (shiai:Permainan)
  • 団子 (dango:Dango/Pangsit).

Sebaliknya dalam yutōyomi (湯桶読み), karakter pertama dibaca menurut kun'yomi dan karakter kedua menurut on'yomi, misalnya:

  • 湯桶 (yutō:Bak air panas)
  • 合図 (aizu:Tanda)
  • 雨具 (amagu:Perlengkapan hujan)
  • 手帳 (techō:Buku saku)
  • 鶏肉 (toriniku:Daging ayam).

Karakter buatan Jepang

sunting

Kokuji (国字, aksara nasional) atau wasei kanji (和製漢字, kanji buatan Jepang) adalah karakter kanji yang asli dibuat di Jepang dan tidak berasal dari Tiongkok. Kokuji sering hanya memiliki cara pembacaan kun'yomi dan tidak memiliki on'yomi, misalnya:

Beberapa kokuji diserap oleh bahasa Tionghoa, misalnya: (xiàn).

Daftar kanji

sunting
 
Daftar seluruh Jōyō Kanji, dengan Kyōiku Kanji berwarna merah, menurut sistem pengindeksan KLD Halpern.

Pemerintah Jepang mengeluarkan daftar aksara kanji yang disebut Tōyō Kanji pada 16 November 1946 yang seluruhnya berjumlah 1.850 karakter. Daftar ini memuat aksara kanji yang telah disederhanakan atau shinjitai (新字体, karakter bentuk baru). Sebaliknya, aksara kanji yang belum disederhanakan disebut kyūjitai (旧字体).

 
Karakter tradisional dan karakter yang disederhanakan.

Daftar Tōyō Kanji digantikan dengan daftar Jōyō Kanji berisi 1.945 karakter yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan Jepang pada 10 Oktober 1981. Hingga sebelum akhir Perang Dunia II, Kementerian Pendidikan Jepang sudah 4 kali menyusun daftar Jōyō Kanji (1923, 1931, 1942, dan 1945).

Kementerian Pendidikan juga memiliki daftar Kyōiku Kanji yang diambil dari daftar Jōyō Kanji. Daftar ini berisi 1.006 karakter untuk dipelajari anak sekolah dasar di Jepang. Selain itu, pemerintah Jepang mengeluarkan daftar Jinmeiyō Kanji (kanji nama orang) yang dipakai untuk menulis nama orang. Hingga 27 September 2004, daftar Jinmeiyō Kanji berisi 2.928 karakter (daftar Jōyō Kanji ditambah 983 kanji nama orang).

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b Nagano, Tadashi (1994). Nihongo hyōgenhō (日本語表現法). Tamagawa University Press. ISBN 4-4721-0431-8. 
  2. ^ a b JTB kaigai guide book henshūbu, ed. (1989). Illustrated Japanese characters. Lawrence B. Greenberg (penerjemah). JTB Nihon Kōtsū Kōsha Shuppan Jigyōkyoku. ISBN 4-5330-1359-7. 
  3. ^ Minoda, Masaharu (2005). Shōgaku kanji raku raku masutā 6-nen sei (小学漢字らくらくマスター 6年生). Tamagawa University Press. ISBN 4-4720-5883-9. 
  4. ^ Tamura, Hideyuki (2007). Nihongo ryoku no migaki-kata: kanken nanka ukeruna! (日本語力の磨き方: 漢検なんか受けるな!). PHP. ISBN 4-5696-9652-X. 

Bacaan lanjutan

sunting
  • DeFrancis, John (1990). The Chinese Language: Fact and Fantasy. Honolulu: University of Hawaii Press. ISBN 0-8248-1068-6.
  • Hadamitzky, W., and Spahn, M., (1981) Kanji and Kana, Boston: Tuttle.
  • Hannas, William. C. (1997). Asia's Orthographic Dilemma. Honolulu: University of Hawaii Press. ISBN 0-8248-1892-X (paperback); ISBN 0-8248-1842-3 (hardcover).
  • www.japan-guide.com
  • Kaiser, Stephen (1991). Introduction to the Japanese Writing System. In Kodansha's Compact Kanji Guide. Tokyo: Kondansha International. ISBN 4-7700-1553-4.
  • Morohashi Tetsuji, 大漢和辞典/Daikanwajiten (Comprehensive Chinese-Japanese Dictionary) 1984-1986. Tokyo: Taishukan (generally regarded as the most authoritative kanji dictionary)
  • Mitamura, Joyce Yumi and Mitamura, Yasuko Kosaka (1997). Let's Learn Kanji. Tokyo: Kondansha International. ISBN 4-7700-2068-6.
  • Unger, J. Marshall (1996). Literacy and Script Reform in Occupation Japan: Reading Between the Lines. ISBN 0-19-510166-9

Pranala luar

sunting