J.League
Liga Sepak bola Profesional Jepang (日本プロサッカーリーグ , Nihon Puro Sakkā Rīgu), atau lebih dikenal sebagai J.League (Liga Jepang) (Jepang: Jリーグ , Hepburn: Jē Rīgu), dan nama resminya saat ini adalah “Meiji Yasuda J.League” (Jepang: 明治安田Jリーグ ) terkait sponsor dengan Meiji Yasuda Life, adalah liga sepak bola pria di Jepang.
Liga Jepang (tingkat teratas) |
---|
Japan Soccer League (1965–1971) Japan Soccer League Divisi 1 (1972–1992) |
J.League (1993–1998) J.League Divisi 1 (1999–2014) |
J1 League (2015–present) |
Negara |
Jepang |
Didirikan |
1965 |
Jumlah tim |
18 (2023) |
Juara saat ini |
Vissel Kobe (2023) |
Klub paling sukses |
Kashima Antlers Sanfrecce Hiroshima (masing-masing 8 gelar) |
Negara | Japan |
---|---|
Konfederasi | AFC |
Dibentuk | 1 November 1991 |
Musim perdana | 1993 |
Divisi | J1 League J2 League J3 League |
Jumlah tim | 60 |
Tingkat pada piramida | 1–3 |
Piala domestik | Piala Kaisar Piala Super Jepang |
Piala liga | J.League Cup |
Piala internasional | AFC Champions League |
Juara bertahan liga | J1: Vissel Kobe (1st title) J2: Machida Zelvia (1st title) J3: Ehime FC (1st title) (2023 season) |
Klub tersukses | J1: Kashima Antlers (8 titles) J2: Hokkaido Consadole Sapporo (3 titles) J3: Blaublitz Akita (2 titles) |
Televisi penyiar | J1: DAZN J2: DAZN J3: DAZN |
Situs web | Situs web resmi (dalam bahasa Inggris) |
2024 J1 League; 23 February – 8 December 2024 J2 League; 23 February – 10 November 2024 J3 League; 23 February – 24 November |
Liga ini bertanggung jawab untuk menyelenggarakan turnamen sepak bola profesional utama di Jepang, termasuk J1, J2, dan J3.
Didirikan pada tahun 1993 sebagai liga sepak bola profesional pertama di Asia, liga ini telah menjadi salah satu liga tersukses di Asia. Pada tahun 1999, J2 League didirikan, diikuti oleh J3 League pada tahun 2013.
Sejarah
suntingSebelum liga profesional (pra-1992)
suntingSebelum dimulainya J.League, kompetisi liga level tertinggi untuk klub sepak bola di Jepang adalah Japan Soccer League (JSL), yang terdiri dari klub-klub amatir.[2][3] Meskipun mengalami masa kejayaan pada akhir 1960-an dan awal 1970-an (ketika tim nasional Jepang memenangkan medali perunggu Olimpiade di pertandingan Olimpiade 1968 di Meksiko), JSL mengalami kemunduran pada 1980-an, sejalan dengan memburuknya situasi ekonomi di seluruh dunia, jumlah penggemar yang semakin sedikit, kualitas lapangan tidak terlalu bagus, dan kualitas tim nasional Jepang yang berada dibawah tim-tim besar Asia lainnya.
Untuk meningkatkan kualitas permainan di dalam negeri, dan untuk mencoba menarik lebih banyak penggemar dan pendukung, serta untuk memperkuat kekuatan tim nasional, maka Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) memutuskan untuk segera membentuk liga sepakbola profesional. Selama era ini, investor sepak bola Jepang melakukan perjalanan secara eksklusif ke Eropa untuk menemukan model yang memungkinkan untuk diterapkan, dan akhirnya Jepang mengadopsi model Bundesliga Jerman untuk mengembangkan liga profesionalnya sendiri.[4]
Liga sepak bola profesional, J.League dibentuk pada tahun 1992, dengan delapan klub yang berasal dari Divisi Pertama JSL, satu dari Divisi Kedua, dan klub Shimizu S-Pulse yang baru dibentuk.
Pada saat yang sama, JSL mengubah namanya menjadi Japan Football League (JFL), dan berubah menjadi liga semi-profesional.
Meskipun J.League tidak diluncurkan secara resmi hingga tahun 1993, kompetisi Piala Yamazaki Nabisco diadakan diantara sepuluh klub pendiri J.League pada tahun 1992 untuk mempersiapkan kompetisi J.League musim perdana.
Musim perdana dan ledakan J.League (1993–1995)
suntingJ.League secara resmi memulai musim pertamanya dengan sepuluh klub pada 15 Mei 1993, saat Verdy Kawasaki menjamu Yokohama Marinos di Stadion Nasional Tokyo.
Setelah ledakan (1996–1999)
suntingMeskipun sukses dalam tiga tahun pertama, pada awal 1996 jumlah penonton liga menurun drastis, bertepatan dengan kemerosotan ekonomi Jepang. Pada tahun 1997, rata-rata kehadiran adalah 10.131, dibandingkan dengan lebih dari 19.000 pada tahun 1994. Yokohama Flügels digabung dengan Yokohama Marinos karena pengunduran salah satu sponsor utama mereka, tepat setelah mereka menjadi pemenang Piala Kaisar 1998 pada tanggal 1 Januari 1999.
Perubahan infrastruktur dan format permainan (1999–2004)
suntingManajemen liga menyadari bahwa mereka sedang menuju ke arah yang salah. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, manajemen mengeluarkan dua solusi.
Pertama, mereka mengumumkan Visi Seratus Tahun J.League, yang bertujuan untuk membuat 100 klub sepak bola profesional di negara Jepang pada tahun 2092, yang akan menjadi musim keseratus kompetisi J.League. Liga juga mendorong klub untuk mempromosikan aktfitas kesehatan dan olahraga yang yang terkait dengan sepakbola maupun bukan sepakbola, untuk memperoleh sponsor lokal, dan untuk membangun hubungan baik dengan kota asal mereka di tingkat akar rumput. Liga percaya bahwa hal ini akan memungkinkan klub untuk menjalin ikatan dengan kota masing-masing dan mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah, perusahaan, dan warga negara. Dengan kata lain, klub akan dapat mengandalkan penduduk setempat, daripada sponsor tingkat nasional.
Kedua, infrastruktur liga berubah drastis pada tahun 1999. Liga mengakuisisi sembilan klub dari JFL semi-profesional dan satu klub dari J.League untuk menciptakan sistem dua divisi. Divisi teratas menjadi J.League Divisi 1 (J1) dengan 16 klub, sementara J.League Divisi 2 (J2) diluncurkan dengan sepuluh klub pada tahun 1999. JFL yang awalnya merupakan tingkat kedua, sekarang menjadi liga tingkat ketiga.
Selain itu, hingga tahun 2004 (dengan pengecualian musim 1996), musim J1 dibagi menjadi dua. Di akhir setiap musim, juara dari setiap babak memainkan seri dua leg untuk menentukan pemenang dan runner-up musim secara keseluruhan. Júbilo Iwata pada tahun 2002, dan Yokohama F. Marinos pada tahun 2003, memenangkan kedua "babak" dari masing-masing musim, sehingga menghilangkan seri pertandingan final playoff. Ini adalah bagian dari alasan liga menghapuskan sistem split-season mulai tahun 2005.
Format Liga Eropa & Liga Champions AFC (2005–2008)
suntingSejak musim 2005, J.League Divisi 1 terdiri dari 18 klub (dari 16 pada tahun 2004) dan format musim menjadi mirip dengan sepak bola klub Eropa. Jumlah klub yang terdegradasi juga meningkat dari 2 menjadi 2,5, dengan klub ketiga dari bawah masuk ke seri playoff promosi degradasi dengan klub J2 yang berada di posisi ketiga. Sejak saat itu, selain penyesuaian kecil, liga utama tetap konsisten.
Tim-tim Jepang tidak menganggap Liga Champions Asia dengan serius pada tahun-tahun awal, sebagian karena jarak yang ditempuh. Namun, pada Liga Champions 2008, tiga tim Jepang berhasil mencapai perempat final.[5]
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, dengan masuknya A-League di Asia Timur, diperkenalkannya FIFA Club World Cup, dan peningkatan daya jual di benua Asia, baik liga maupun klub membayar lebih memperhatikan kompetisi Asia. Misalnya, Kawasaki Frontale membangun basis penggemar terkemuka di Hong Kong, berkat partisipasi mereka di Liga Champions AFC selama musim 2007.[6] Upaya berkelanjutan membuahkan hasil bagi Urawa Red Diamonds pada tahun 2007 dan Gamba Osaka pada tahun 2008. Berkat manajemen liga yang sangat baik dan daya saing di kompetisi Asia, AFC menganugerahkan J.League peringkat liga tertinggi dan total empat slot mulai dari musim 2009. Liga memanfaatkan kesempatan ini untuk menjual hak siar TV ke negara-negara asing, terutama di Asia.
Mulai musim 2008, Pemenang Piala Kaisar diizinkan untuk berpartisipasi dalam musim Liga Champions mendatang, daripada menunggu setahun penuh (mis. [[ Pemenang Piala Kaisar 2005, Tokyo Verdy, berpartisipasi dalam musim ACL 2007, bukan musim 2006). Untuk memperbaiki masalah keterlambatan satu tahun ini, pemenang Piala Kaisar 2007, [[ Giliran [Kashima Antlers]] pun diabaikan. Meskipun demikian, Kashima Antlers akhirnya berpartisipasi dalam musim ACL 2009 dengan memenangkan gelar J.League di musim 2008.
Fase modern (2009–2014)
suntingTiga perubahan besar terlihat mulai musim 2009. Pertama, mulai musim itu, empat klub masuk Liga Champions AFC. Kedua, jumlah slot degradasi meningkat menjadi tiga. Terakhir, slot Pemain AFC diterapkan mulai musim ini. Setiap klub akan diizinkan memiliki total empat pemain asing; namun, satu slot disediakan untuk pemain yang berasal dari negara AFC selain Jepang. Selain itu, sebagai persyaratan untuk menjadi anggota Konfederasi Sepak Bola Asia, peraturan Lisensi Klub J.League dimulai pada tahun 2012 sebagai salah satu kriteria apakah sebuah klub diizinkan untuk tetap berada di divisinya atau dipromosikan ke tingkat yang lebih tinggi di liga tingkat profesional. Tidak ada perubahan besar yang terjadi pada J.League Divisi 1 karena jumlah klub tetap di angka 18.
Sistem tiga tahap (2015–sekarang)
suntingSejak 2015 sistem J.League berubah menjadi sistem tiga tahap. Musim kompetisi dibagi menjadi tahap liga putaran pertama dan kedua, diikuti oleh tahap kejuaraan ketiga dan terakhir. Tahap ketiga terdiri dari juara poin total tahap satu dan dua dan hingga empat tim lainnya. Keempat tim tambahan ini terdiri dari yang berikut: Pengumpul poin teratas tahap satu dan tahap dua, dan pengumpul poin peringkat kedua tahap satu dan dua. Kelima tim ini kemudian ambil bagian dalam tahap playoff kejuaraan untuk menentukan pemenang trofi liga.
Pada tahun 2017, format tabel tunggal kembali digunakan karena reaksi negatif dari penggemar berat dan kegagalan untuk menarik minat penggema biasa.
Promosi dan degradasi antara J3 dan JFL dimulai pada musim 2023.[7] J.League akan beralih ke kalender musim gugur–semi mulai musim 2026–27 untuk menyesuaikan dengan kompetisi Eropa dan Liga Champions Asia serta menghindari pertandingan musim panas dan konflik dengan turnamen internasional. Perubahan tersebut disetujui pada 19 Desember 2023, setelah pemungutan suara dari 60 klub J.League.[8]
Timeline
suntingTahun | Peristiwa penting | # Klub J (J1/J2/J3) |
# Klub ACL | Slot rel. (J1/J2) |
---|---|---|---|---|
1989 |
|
|||
1990 |
|
|||
1991 | ||||
1992 |
|
|||
1993 |
|
10 | ||
1994 |
|
12 | ||
1995 |
|
14 | ||
1996 |
|
16 | ||
1997 |
|
17 | ||
1998 |
|
18 | ||
1999 |
|
16/10 | 2 | |
2000 | 16/11 | 2 | ||
2001 | 16/12 | 2 | ||
2002 | 16/12 | 2 | 2 | |
2003 |
|
16/12 | 2 | |
2004 |
|
16/12 | 2 | 0.5 |
2005 |
|
18/12 | 2 | 2.5 |
2006 |
|
18/13 | 2 | 2.5 |
2007 |
|
18/13 | 2 | 2.5 |
2008 |
|
18/15 | 2 + 1 | 2.5 |
2009 |
|
18/18 | 4 | 3 |
2010 | 18/19 | 4 | 3 | |
2011 |
|
18/20 | 4 | 3 |
2012 | 18/22 | 4 | 3/1 | |
2013 | 18/22 | 4 | 3/0.5 | |
2014 | 18/22/12 | 4 | 3/1.5 | |
2015 |
|
18/22/13 | 3+1 | 3/1.5 |
2016 |
|
18/22/16 | 3+1 | 3/1.5 |
2017 |
|
18/22/17 | 3+1 | 3/1 |
2018 |
|
18/22/17 | 3+1 | 2.5/2 |
2019 | 18/22/18 | 2+2 | 2.5/2 | |
2020 |
|
18/22/19 | 2+2 | 0/0 |
2021 |
|
20/22/15 | 3+1 → 4 | 4/4 |
2022 |
|
18/22/18 | 3+1 | 2.5/2 |
Tahun | Peristiwa penting | # Klub J (J1/J2/J3) |
# Klub ACL Elite | # Klub ACL Dua | Slot rel. (J1/J2/J3) |
---|---|---|---|---|---|
2023 |
|
18/22/20 | 3+1 | - | 1/2/0–2 |
2024 |
|
20/20/20 | 2+1 | 1 | 3/3/0–2 |
Posisi dalam piramida sepak bola Jepang
suntingLevel | Liga/Divisi |
---|---|
I | Liga J1 18 klub (20 klub mulai 2024) |
II | Liga J2 22 klub (20 klub mulai 2024) |
III | Liga J3 20 klub |
Sejak dimulainya divisi kedua pada tahun 1999, promosi dan degradasi mengikuti pola yang mirip dengan liga-liga di Eropa, di mana dua klub terbawah J1 dan dua klub teratas J2 dijamin akan pindah. Dari musim 2004 hingga 2008, klub J2 yang berada di posisi ketiga memasuki Seri Playoff Promosi / Degradasi melawan klub J1 yang berada di posisi keenam belas dan pemenangnya berhak bermain di divisi utama pada tahun berikutnya. Dimulai pada musim 2009, tiga klub J2 teratas menerima promosi J1 secara otomatis menggantikan tiga klub J1 terbawah. Namun, promosi atau hak untuk bermain di seri playoff pro/deg yang sekarang sudah tidak ada lagi bergantung pada klub J2 yang memenuhi persyaratan untuk status waralaba J1 yang ditetapkan oleh liga. Hal ini umumnya tidak menjadi halangan, pada kenyataannya, belum ada klub yang ditolak promosinya karena tidak memenuhi kriteria J1.
Hingga musim 2004, musim J1 dibagi menjadi dua putaran, dengan seri kejuaraan tahunan yang melibatkan juara dari setiap putaran (dengan pengecualian musim 1996). Namun, sejak musim 2005, format satu musim tunggalpun diadopsi karena divisi utama diperluas menjadi delapan belas klub. Saat ini, 18 klub berkompetisi dalam sistem kompetisi double round robin, kandang dan tandang. Dimulai pada musim 2008, tiga klub teratas, bersama dengan pemenang Piala Kaisar mendapat tempat diACL untuk musim berikutnya. Jika pemenang Piala Kaisar kebetulan menjadi salah satu dari posisi tiga J1 teratas, maka klub peringkat ke-4 menerima tempat terakhir. Dimulai pada musim 2009, tiga klub terbawah akan terdegradasi ke Divisi 2 pada akhir tahun. Format dua putaran kembali pada tahun 2015 tetapi ditinggalkan lagi setelah tahun 2016.
Dimulai pada tahun 2012, Divisi 2 menetapkan playoff promosi untuk klub peringkat 3 hingga 6, dengan cara yang mirip dengan EFL Championship di Inggris, Serie B di Italia, dan Segunda División di Spanyol. Namun, semifinal hanya akan berlangsung satu leg dan semua pertandingan yang berakhir seri akan memungkinkan klub dengan peringkat lebih tinggi di klasemen untuk maju atau dipromosikan.
Pada tahun 2013, J3 League didirikan dan meskipun juaranya dipromosikan secara otomatis, runner-up harus memainkan seri playoff promosi/degradasi hingga 2017. Dari tahun 2018 hingga 2023, dua klub dipromosikan secara otomatis. Mulai tahun 2024 dan seterusnya, Divisi 3 menetapkan playoff promosi untuk klub peringkat 3 hingga 6 dan pemenang playoff memasuki promosi tim ketiga.
Mulai tahun 2023 dan seterusnya, J. League memperkenalkan promosi dan degradasi antara J3 dan JFL.
Tiga divisi J. League akan terdiri dari 20 tim mulai musim 2024.
Logo
sunting-
Logo tanpa sponsor
-
Logo ini digunakan sejak 2015 hingga 2018
-
Logo versi Jepang
Klub
suntingPersyaratan keanggotaan
suntingPersyaratan untuk bergabung dengan J. League meliputi hal-hal seperti stadion, status manajemen, dan status manajemen tim. Mengenai manajemen tim, tidak hanya mengenai tim yang berpartisipasi dalam pertandingan J. League, tetapi juga tentang kewajiban manajemen terhadap tim muda klub yang dikelola oleh organisasi pelatihan (organisasi bawahan) yang ditetapkan. Sejak musim 2013, sistem lisensi klub J. League diluncurkan dan sistem untuk menilai apakah bisa bergabung dengan J. League atau tidak, serta divisi mana yang dapat diikutipun diperbarui.
Selain itu sejak tahun 2006, telah diputuskan untuk mensertifikasi klub yang memenuhi kriteria untuk bergabung dengan J. League, dan setelah tahun 2014 akan disebut sebagai Status klub Rencana 100 Tahun J. League sebagai gantinya.
Daftar klub anggota
suntingKategori klub dan urutan daftar berdasarkan komposisi klub untuk musim 2024.[9] Sedangkan untuk stadion kandang, dijelaskan stadion yang ditampilkan di situs perusahaan J.League pada tahun 2024. [10] Mengenai uraian di beberapa materi, berdasarkan uraian panduan klub di situs resmi J.League, nama stadion didasarkan pada hak penamaan (lihat artikel masing-masing stadion untuk penanganan hak penamaan)
Klub dengan lisensi J3
suntingKlub yang belum bergabung dengan J. League tetapi telah diberi lisensi J3 untuk musim 2023 (termasuk klub konsep 100 tahun J. League).
Area | Nama Klub (Nama) |
Area kegiatan/Kota asal (Stadion kandang) |
Liga | Tahun Persetujuan | Tahun Penarikan |
---|---|---|---|---|---|
Tohoku | ReinMeer Aomori | Aomori, Aomori Prefecture (New Aomori Prefecture General Sports Park) |
JFL | 2019 | 2023 |
Tokai | Veertien Mie | Kuwana, Mie Prefecture (Toin Stadium, Yokkaichi Central Greenery Stadium) |
2019 | ||
Shikoku | Kochi United | Kōchi, Kōchi Prefecture (Kochi Haruno Athletic Stadium) |
2019 | ||
Kyushu | Verspah Oita | Ōita, Ōita Prefecture (Ōita Sports Park) |
2019 |
Klub rencana J.League 100 tahun
suntingStadion kandang klub pada saat persetujuan rencana 100 tahun dan pada saat seleksi masuk J3 pada tahun 2020 Berdasarkan rilis resmi J.League.[11][12]
Area | Nama Klub (Nama) |
Area kegiatan/Kota asal (Stadion kandang) |
Liga | Tahun Persetujuan |
---|---|---|---|---|
Kantō | Tochigi City FC | Tochigi, Tochigi (City Football Station, Tochigi) |
Kantō Soccer League Div. 1 | 2014 |
Vonds Ichihara | Ichihara, Chiba (Ichihara Seaside Stadium, Ichihara) |
2020 | ||
Nankatsu SC | Katsushika, Tokyo (Okudo Sports Center Park, Katsushika) | |||
Tokyo 23 FC | Special wards of Tokyo (Edogawa Stadium, Edogawa) |
2022 | ||
Criacao Shinjuku | Shinjuku, Tokyo (AGF Field, Tokyo) |
JFL | 2021 |
Mantan Klub yang menjadi anggota tetap J.League
suntingNama Klub (Nama) |
Area kegiatan/Kota asal (Stadion kandang) |
Tahun |
---|---|---|
Yokohama Flügels | Yokohama, Kanagawa (Mitsuzawa Stadium, Yokohama) |
1991–1998 |
Klub yang dulunya merupakan anggota asosiasi J.League, anggota asosiasi, dan Klub Centennial
suntingNama Klub (Nama) |
Area kegiatan/Kota asal (Stadion kandang) |
Tahun |
---|---|---|
Tosu Futures | Tosu, Saga (Ekimae Real Estate Stadium, Tosu) |
1994–1996 |
Hamamatsu FC | Hamamatsu, Shizuoka (Honda Miyakoda Soccer Stadium, Hamana Ward) |
1997 |
Tonan Maebashi | Maebashi, Gunma (Maebashi Athletic Stadium, Maebashi) |
2013–2019 |
Tokyo Musashino City FC | Musashino, Tokyo (Musashino Municipal Athletic Stadium, Musashino) |
2016–2020 |
Suzuka Point Getters | Suzuka, Mie (Mie Suzuka Sports Garden, Mie) |
2021–2022 |
Cobaltore Onagawa | Onagawa, Miyagi Onagawa Town Comprehensive Athletic Park, Onagawa |
2022 |
Okinawa SV | Tomigusuku and Uruma, Okinawa (various in Okinawa) |
2022–2023 |
Juara
suntingLihat Juga
suntingReferensi
sunting- ^ サッカー用語集 [Football glossary]. JFA (dalam bahasa Jepang). Asosiasi Sepak bola Jepang. 25 Januari 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 Februari 2019. Diakses tanggal 24 Februari 2019.
- ^ "Sepak bola menemukan rumah di Jepang". FIFA.com. 12 Desember 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 Desember 2013. Diakses tanggal 22 Desember 2013.
- ^ "Ketika Sabtu Tiba - Bagaimana Jepang menciptakan liga yang sukses". Wsc.co.uk. 18 Juli 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 Agustus 2016. Diakses tanggal 22 Desember 2013.
- ^ "Bundesliga Jerman, Sepak Bola Jepang Berbagi Hubungan yang Saling Menguntungkan". Bleacher Report. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-30. Diakses tanggal 2020-09-19.
- ^ John Duerden (11 Agustus 2008). "Debat Asia: Apakah Jepang Menjadi Pemimpin Asia?". Goal.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 Januari 2014. Diakses tanggal 19 Agustus 2012.
- ^ { {mengutip web | url=http://www.nikkansports.com/soccer/news/p-sc-tp0-20080308-332738.html | script-title=ja:川崎Fが香港でブレーク中、生中継で火 | bahasa=ja | penerbit=NikkanSports | tanggal=8 Maret 2008 | tanggal akses=8 Maret 2008 | tanggal arsip=12 Maret 2008 | url arsip=https://web.archive.org/web/20080312102039 /http://www.nikkansports.com/soccer/news/p-sc-tp0-20080308-332738.html | url-status=live }}
- ^ "Promosi dan Degradasi antara J3 dan JFL mulai Musim 2023" (Siaran pers). J.League. 6 Januari 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 Januari 2023. Diakses tanggal 20 Desember 2023.
- ^ "J. Dewan liga menyetujui dimulainya musim pada bulan Agustus mulai tahun 2026". The Japan Times. Kyodo News. 20 Desember 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Desember 2023. Diakses tanggal 20 Desember 2023.
- ^ https://www.jleague.jp/news/article/24180/ "Komposisi klub J League 2023" Periksa nilai
|archive-url=
(bantuan) (Siaran pers). Liga Sepak Bola Profesional Jepang. Diarsipkan dari versi asli tanggal Parameter|archive-url=
membutuhkan|archive-date=
(bantuan). - ^ "Daftar informasi stadion". Informasi organisasi/manajemen Liga Sepak Bola Profesional Jepang (Liga J). Diakses tanggal 26-07-2023.
- ^ "Jリーグ百年構想クラブ 審査結果について" (Siaran pers). 日本プロサッカーリーグ. 2019-02-19. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-12. Diakses tanggal 2020-11-17.
- ^ "Jリーグ入会審査 (J3) 結果について" (Siaran pers). 日本プロサッカーリーグ. 2019-11-17. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-17. Diakses tanggal 2020-11-17.
Pranala luar
sunting- Official website (dalam bahasa Inggris)