[go: up one dir, main page]

Hanoman

dewa dalam kepercayaan Hindu
(Dialihkan dari Hanuman)

Hanoman (Sanskerta: हनुमान्; Hanumān) atau Hanumat (Sanskerta: हनुमत्; Hanumat), juga disebut sebagai Anoman, adalah salah satu dewa dalam kepercayaan agama Hindu, sekaligus tokoh protagonis dalam wiracarita Ramayana yang paling terkenal. Ia adalah seekor kera putih dan merupakan putra Batara Bayu dan Anjani, keponakan dari Subali dan Sugriwa. Menurut kitab Serat Pedhalangan, tokoh Hanoman sebenarnya memang asli dari wiracarita Ramayana, tetapi dalam pengembangannya tokoh ini juga kadangkala muncul dalam serial Mahabharata, sehingga menjadi tokoh antarzaman. Di India, hanoman dipuja sebagai dewa pelindung dan beberapa kuil didedikasikan untuk memuja dirinya.

Hanoman
Dewa Hindu
Lukisan Hanoman di buat oleh Raja Ravi Varma.
Dewa Memperlihatkan
Ejaan Dewanagariहनुमान्
Ejaan IASTHanumān
Nama lainAnoman; Hanumat;
Anjaneya; Marutsutha;
Bayusutha; Iri
GolonganWanara
SenjataGada
MantraOm Sri Hanumante Namah

Kelahiran

sunting

Hanoman lahir pada masa atau zaman Tretayuga sebagai putra Anjani, seekor wanara wanita. Dahulu Anjani sebetulnya merupakan bidadari, bernama Punjikastala. Namun karena suatu kutukan, ia terlahir ke dunia sebagai wanara wanita. Kutukan tersebut bisa berakhir apabila ia melahirkan seorang putra yang merupakan penitisan Siwa. Anjani menikah dengan Kesari, seekor wanara perkasa. Bersama dengan Kesari, Anjani melakukan tapa ke hadapan Siwa agar Siwa bersedia menjelma sebagi putra mereka. Karena Siwa terkesan dengan pemujaan yang dilakukan oleh Anjani dan Kesari, ia mengabulkan permohonan mereka dengan turun ke dunia sebagai Hanoman.

Salah satu versi menceritakan bahwa ketika Anjani bertapa memuja Siwa, di tempat lain, Raja Dasarata melakukan Putrakama Yadnya untuk memperoleh keturunan. Hasilnya, ia menerima beberapa makanan untuk dibagikan kepada tiga istrinya, yang di kemudian hari melahirkan Rama, Laksmana, Bharata dan Satrugna. Atas kehendak dewata, seekor burung merenggut sepotong makanan tersebut, dan menjatuhkannya di atas hutan di mana Anjani sedang bertapa. Bayu, Sang dewa angin, mengantarkan makanan tersebut agar jatuh di tangan Anjani. Anjani memakan makanan tersebut, lalu lahirlah Hanoman.

 
Sebuah lukisan India. Dalam gambar tampak Hanoman menghadap Rama bersama istrinya Sita, dan Laksmana (paling kanan).

Salah satu versi mengatakan bahwa Hanoman lahir secara tidak sengaja karena hubungan antara Bayu dan Anjani. Diceritakan bahwa pada suatu hari, Dewa Bayu melihat kecantikan Anjani, kemudian ia memeluknya. Anjani marah karena merasa dilecehkan. Namun Dewa Bayu menjawab bahwa Anjani tidak akan ternoda oleh sentuhan Bayu. Ia memeluk Anjani bukan di badannya, tetapi di dalam hatinya. Bayu juga berkata bahwa kelak Anjani akan melahirkan seorang putra yang kekuatannya setara dengan Bayu dan paling cerdas di antara para wanara.

Sebagai putra Anjani, Hanoman dipanggil Anjaneya (diucapkan "Aanjanèya"), yang secara harfiah berarti "lahir dari Anjani" atau "putra Anjani".

Masa kecil

sunting

Pada saat Hanoman masih kecil, ia mengira matahari adalah buah yang bisa dimakan, kemudian terbang ke arahnya dan hendak memakannya. Dewa Indra melihat hal itu dan menjadi cemas dengan keselamatan matahari. Untuk mengantisipasinya, ia melemparkan petirnya ke arah Hanoman sehingga kera kecil itu jatuh dan menabrak gunung. Melihat hal itu, Dewa Bayu menjadi marah dan berdiam diri. Akibat tindakannya, semua makhluk di bumi menjadi lemas. Para Dewa pun memohon kepada Dewa Bayu agar menyingkirkan kemarahannya. Dewa Bayu menghentikan kemarahannya dan Hanoman diberi hadiah melimpah ruah. Dewa Brahma dan Dewa Indra memberi anugerah bahwa Hanoman akan kebal dari segala senjata, serta kematian akan datang hanya dengan kehendaknya sendiri. Maka dari itu, Hanoman menjadi makhluk yang abadi atau Ciranjiwin.

Pertemuan dengan Rama

sunting

Pada saat melihat Rama dan Laksmana datang ke Kiskenda, Sugriwa merasa cemas. Ia berpikir bahwa mereka adalah utusan Subali yang dikirim untuk membunuh Sugriwa. Kemudian Sugriwa memanggil prajurit andalannya, Hanoman, untuk menyelidiki maksud kedatangan dua orang tersebut. Hanoman menerima tugas tersebut kemudian ia menyamar menjadi brahmana dan mendekati Rama dan Laksmana.

 
Arca Hanoman di Mangaluru, India
 
Arca Hanoman di Uttar Pradesh, India

Saat bertemu dengan Rama dan Laksmana, Hanoman merasakan ketenangan. Ia tidak melihat adanya tanda-tanda permusuhan dari kedua pemuda itu. Rama dan Laksmana juga terkesan dengan etika Hanoman. Kemudian mereka bercakap-cakap dengan bebas. Mereka menceritakan riwayat hidupnya masing-masing. Rama juga menceritakan keinginannya untuk menemui Sugriwa. Karena tidak curiga lagi kepada Rama dan Laksmana, Hanoman kembali ke wujud asalnya dan mengantar Rama dan Laksmana menemui Sugriwa.

Petualangan mencari Sinta

sunting
 
Patung Hanoman di Kerajaan Chola, abad ke-10
 
Arca Hanoman Di Bengaluru, India

Dalam misi membantu Rama mencari Sinta, Sugriwa mengutus pasukan wanara-nya agar pergi ke seluruh pelosok bumi untuk mencari tanda-tanda keberadaan Sinta, dan membawanya ke hadapan Rama kalau mampu. Pasukan wanara yang dikerahkan Sugriwa dipimpin oleh Hanoman, Anggada, Nila, Jembawan, dan lain-lain. Mereka menempuh perjalanan berhari-hari dan menelusuri sebuah gua, kemudian tersesat dan menemukan kota yang berdiri megah di dalamnya. Atas keterangan Swayampraba yang tinggal di sana, kota tersebut dibangun oleh arsitek Mayasura dan sekarang sepi karena Maya pergi ke alam para Dewa. Lalu Hanoman menceritakan maksud perjalanannya dengan panjang lebar kepada Swayampraba. Atas bantuan Swayampraba yang sakti, Hanoman dan wanara lainnya lenyap dari gua dan berada di sebuah pantai dalam sekejap.

Di pantai tersebut, Hanoman dan wanara lainnya bertemu dengan Sempati, burung raksasa yang tidak bersayap. Ia duduk sendirian di pantai tersebut sambil menunggu bangkai hewan untuk dimakan. Karena ia mendengar percakapan para wanara mengenai Sita dan kematian Jatayu, Sempati menjadi sedih dan meminta agar para wanara menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi. Jatayu adalah saudara sepupu Sempati. Anggada kemudian menceritakan dengan panjang lebar kisahnya, seraya meminta bantuan Sempati. Atas keterangan Sempati, para wanara menjadi tahu bahwa Sita ditawan di sebuah istana yang terletak di Kerajaan Alengka. Kerajaan tersebut diperintah oleh raja raksasa bernama Rahwana. Para wanara berterima kasih setelah menerima keterangan Sempati, kemudian mereka memikirkan cara agar dapat sampai di Alengka.

Pergi ke Alengka

sunting
 
Ukiran tanah liat yang menggambarkan Hanoman sedang mengangkat Gunung Dronagiri.

Karena bujukan para wanara, Hanoman teringat akan kekuatannya dan terbang menyeberangi lautan agar sampai di Alengka. Setelah ia menginjakkan kakinya di sana, ia menyamar menjadi monyet kecil dan mencari-cari Sita. Ia melihat Alengka sebagai benteng pertahanan yang kuat sekaligus kota yang dijaga dengan ketat. Ia melihat penduduknya menyanyikan mantra-mantra Weda dan lagu pujian kemenangan kepada Rahwana. Namun tak jarang ada orang-orang bermuka kejam dan buruk dengan senjata lengkap. Kemudian ia datang ke istana Rahwana dan mengamati wanita-wanita cantik yang tak terhitung jumlahnya, tetapi ia tidak melihat Sita yang sedang merana. Setelah mengamati ke sana-kemari, ia memasuki sebuah taman yang belum pernah diselidikinya. Di sana ia melihat wanita yang tampak sedih dan murung yang diyakininya sebagai Sita.

Kemudian Hanoman melihat Rahwana merayu Sita. Setelah Rahwana gagal dengan rayuannya dan pergi meninggalkan Sita, Hanoman menghampiri Sita dan menceritakan maksud kedatangannya. Mulanya Sita curiga, tetapi kecurigaan Sita hilang saat Hanoman menyerahkan cincin milik Rama. Hanoman juga menjanjikan bantuan akan segera tiba. Hanoman menyarankan agar Sita terbang bersamanya ke hadapan Rama, tetapi Sita menolak. Ia mengharapkan Rama datang sebagai ksatria sejati dan datang ke Alengka untuk menyelamatkan dirinya. Kemudian Hanoman mohon restu dan pamit dari hadapan Sita. Sebelum pulang ia memporak-porandakan taman Asoka di istana Rahwana. Ia membunuh ribuan tentara termasuk prajurit pilihan Rahwana seperti Jambumali dan Aksha. Akhirnya ia dapat ditangkap oleh Indrajit, putra sulung Rahwana sekaligus putra mahkota Kerajaan Alengka, dengan senjata Brahma Astra. Senjata itu melilit tubuh Hanoman. Namun kesaktian Brahma Astra lenyap saat tentara raksasa menambahkan tali jerami. Indrajit marah bercampur kecewa karena Brahma Astra bisa dilepaskan Hanoman kapan saja, tetapi Hanoman belum bereaksi karena menunggu saat yang tepat.

Terbakarnya Alengka

sunting

Ketika Rahwana hendak memberikan hukuman mati kepada Hanoman, Wibisana adik kandung Rahwana membela Hanoman agar hukumannya diringankan, mengingat Hanoman adalah seorang utusan. Kemudian Rahwana menjatuhkan hukuman agar ekor Hanoman dibakar. Melihat hal itu, Sita berdo'a agar api yang membakar ekor Hanoman menjadi sejuk. Karena do'a Sita kepada Dewa Agni terkabul, api yang membakar ekor Hanoman menjadi sejuk. Lalu ia memberontak dan melepaskan Brahma Astra yang mengikat dirinya. Dengan ekor menyala-nyala seperti obor, ia membakar kota Alengka. Kota Alengka pun menjadi lautan api. Setelah menimbulkan kebakaran besar, ia menceburkan diri ke laut agar api di ekornya padam. Penghuni surga memuji keberanian Hanoman dan berkata bahwa selain kediaman Sita, kota Alengka dilalap api.

Dengan membawa kabar gembira, Hanoman menghadap Rama dan menceritakan keadaan Sita. Setelah itu, Rama menyiapkan pasukan wanara untuk menggempur Alengka

Pertempuran besar

sunting
 
Hanoman diperankan dalam Yakshagana, drama populer dari Karnataka.

Dalam pertempuran besar antara Rama dan Rahwana, Hanoman membasmi banyak tentara rakshasa. Saat Rama, Laksmana, dan bala tentaranya yang lain terjerat oleh senjata Nagapasa yang sakti, Hanoman pergi ke Himalaya atas saran Jembawan untuk menemukan tanaman obat. Karena tidak tahu persis bagaimana ciri-ciri pohon yang dimaksud, Hanoman memotong gunung tersebut dan membawa potongannya ke hadapan Rama. Setelah Rama dan prajuritnya pulih kembali, Hanoman melanjutkan pertarungan dan membasmi banyak pasukan rakshasa.

Kehidupan selanjutnya

sunting

Setelah pertempuran besar melawan Rahwana berakhir, Rama hendak memberikan hadiah untuk Hanoman. Namun Hanoman menolak karena ia hanya ingin agar Sri Rama bersemayam di dalam hatinya. Rama mengerti maksud Hanoman dan bersemayam secara rohaniah dalam jasmaninya. Akhirnya Hanoman pergi bermeditasi di puncak gunung mendoakan keselamatan dunia.

Pada zaman Dwapara Yuga, Hanoman bertemu dengan Bima dan Arjuna dari lingkungan keraton Hastinapura. Dari pertemuannya dengan Hanoman, Arjuna menggunakan lambang Hanoman sebagai panji keretanya pada saat Bharatayuddha.

Tradisi dan pemujaan

sunting

Di negara India yang didominasi oleh agama Hindu, terdapat banyak kuil untuk memuja Hanoman, dan di mana pun ada gambar awatara Wisnu, selalu ada gambar Hanoman. Kuil Hanoman bisa ditemukan di banyak tempat di India dan konon daerah di sekeliling kuil itu terbebas dari raksasa atau kejahatan.

Beberapa kuil Hanoman yang terkenal adalah:

 
Kuil Hanoman di Nerul Navi, Mumbai, India.

Hanoman dalam pewayangan Jawa

sunting
 
Wayang Anoman versi Yogyakarta.
 
Wayang Anoman versi Surakarta.

Hanoman dalam pewayangan Jawa disebut sebagai Anoman dan merupakan putra Religius (bukan biologis) Bhatara Guru yang menjadi murid, serta anak dari Bhatara Bayu. Hanoman sendiri merupakan tokoh lintas generasi sejak zaman Rama sampai zaman madya.

Kelahiran

sunting

Dewi Anjani, putri Resi Gotama, dikutuk menjadi seekor kera putih karena memperebutkan pusaka dengan kedua adiknya Guarsa dan Guarsi yang namanya berganti menjadi Subali dan Sugriwa ketika wujudnya berubah menjadi kera. Kutukan ini hanya bisa dipatahkan dengan melahirkan putra titisan Batara Guru. Anjani bertapa di Gua Kersana untuk memohon anugerah. Dewa Indra memberikannya makanan sakti yang mengandung saripati Batara Guru. Dewa Bayu mengantarkan makanan tersebut. Saat Anjani memakannya hingga akhirnya Anjani mengandung Anoman dan Dewa Bayu menjadi ayah dari Anoman.

Anoman lahir dengan kekuatan luar biasa. Ia sakti mandraguna, mampu terbang, dan memiliki pengetahuan luas. Saat lahir, Anoman langsung meloncat ke langit dan memakan matahari, karena ia mengiranya buah.

Dewa Surya marah karena Anoman memakan matahari. Anoman pun ditinju oleh Dewa Surya. Pukulan itu membuatnya jatuh ke bumi, namun Dewa Surya kemudian memberikan Anugerah agar Anoman tidak bisa terluka oleh api dan memiliki kesaktian untuk menjelma menjadi raksasa sebagai hadiah atas keberaniannya memakan matahari. Selain itu, Dewa Brahma dan Dewa Indra memberi anugerah bahwa Anoman akan kebal dari segala senjata, serta kematian akan datang hanya dengan kehendaknya sendiri. Maka dari itu, Anoman menjadi makhluk yang abadi atau Ciranjiwin dan menjalani pendidikan dengan ayahnya Dewa Bayu.

Mengabdi pada Sugriwa

sunting

Setelah pendidikannya selesai, Hanoman kembali ke dunia dan mengabdi pada pamannya, yaitu Sugriwa, raja kera Gua Kiskenda. Saat itu, Sugriwa baru saja dikalahkan oleh kakaknya, yaitu Subali, paman Hanoman lainnya. Hanoman berhasil bertemu Rama dan Laksmana, sepasang pangeran dari Ayodhya yang sedang menjalani pembuangan. Keduanya kemudian bekerja sama dengan Sugriwa untuk mengalahkan Subali, dan bersama menyerang negeri Alengka membebaskan Sita, istri Rama yang diculik Rahwana, murid Subali.

Menjadi Duta Rama Wijaya

sunting

Setelah berhasil menghimpun pasukan Wanara, Sang Rama Wijaya mengumpulkan pasukannya dan meminta kesanggupan pasukannya itu untuk mencari keberadaan Dewi Sinta istrinya yang diculik oleh Rahwana, Raja Alengka. Terpilihlah Anoman menjadi duta yang diberangkatkan untuk menemui Dewi Sinta dan mencari informasi tentang kekuatan Alengka hanya dalam satu hari. Anoman pun di amanahkan untuk memberikan cincin bertuah milik Rama Wijaya kepada Dewi Sinta. Baru saja berangkat dari hadapan junjungannya itu, Anoman di hadang saudaranya sendiri Anggada yang iri karena bukannya dia yang menjadi duta Rama Wijaya namun Anoman. Perkelahian diantara mereka pun terjadi, hal tersebut di lerai oleh Sugriwa (Paman Anoman dan Anggada), dan Anoman melanjutkan perjalannya.

Di tengah hutan yang lebat, Anoman merasa lapar dan ia melihat seorang wanita yang sedang memetik buah. Dialah Sayempraba yang ternyata adalah salah satu istri atau selir Rahwana. Mengetahui Anoman adalah musuh bagi negaranya, ia membujuk Anoman untuk singgah sebentar dan Anoman pun terbujuk rayuannya itu hingga akhirnya Anoman diracun dengan buah yang membuatnya buta. Anoman yang sempoyongan dan kehilangan arah pun berjalan, merangkak, dan berteriak mencari bantuan.

Dalam penyesalan yang dalam, Anoman hampir menyerah untuk melanjutkan misinya itu. Namun, tanpa diduga – duga Semar (Dewa Ismaya yang turun ke bumi) membantu Anoman. Dibawanya Anoman ke pinggir pantai dan memintanya untuk menunggu seseorang. Tak lama kemudian, muncullah Sampati, seekor burung garuda besar dari goa yang tak jauh dari pantai itu. Sampati dan Anoman pun berbincang tentang apa yang terjadi pada mereka. Hingga akhirnya, Sampati mengobati Anoman untuk sembuh dari kebutaannya dan Anoman membantu Sampati agar dapat terbang kembali.

Setelah sembuh, Anoman melanjutkan perjalanannya dengan arahan dari Sampati, yaitu menyebrangi Samudra Selatan untuk mencapai Kerajaan Alengka yang berada di pulau di samudra selatan. Dalam satu loncatan Anoman melesat terbang di atas samudra, menuju pulau tempat Kerajaan Alengka berada. Halang rintang tak berhenti, saat sedang melesat di udara. Anoman di serang oleh penjaga samudra pembatas Kerajaan Alengka, raksasa berwujud buaya yang menyeramkan dan ganas bernama Wil Kathaksini, namun Anoman dapat mengalahkannya.

Sesampainya di pulau, Anoman langsung menyusup ke istana Alengka untuk menyelidiki kekuatan Rahwana dan menyaksikan keadaan Dewi Sinta. Setelah ia rasa aman, Anoman pun menghadap kepada Sinta dan memberikan apa yang amanahkan kepadanya. Kemudaian, untuk menguji kekuatan Alengka, Anoman membuat kekacauan sehingga tertangkap dan dihukum bakar. Sebaliknya, Anoman justru berhasil membakar sebagian ibu kota Alengka. Peristiwa tersebut terkenal dengan sebutan Anoman Obong dan setelah puas membuat seisi istana repot karenanya, Anoman langsung melesat kembali pada junjungannya, Rama Wijaya.

Perang Besar di Alengka

sunting

Dengan membawa kabar gembira, Anoman menghadap Rama dan menceritakan keadaan Sinta. Setelah itu, Rama menyiapkan pasukan wanara untuk menggempur Alengka. Jutaan pasukan kera berjalan menyusuri jalan yang pernah ditempuh Anoman, namun ketika sampai di pantai semua bingung bagaimana menyebrangi Samudra tersebut. Dengan segala daya upaya, Rama Wijaya dibantu adiknya Laksmana serta pasukan wanara membangun jembatan dari pantai selatan ke pulau tempat Kerajaan Alengka berada. Hingga saat ini jembatan itu masih ada, sebuah gugusan batu yang membentang anatara India Selatan ke pulau Sri Lanka.

Setelah berhasil mencapai Alengka, Rama Wijaya mengirim Anggada untuk membawa pesan damai jika Rahwana mau mengembalikan Sinta, maka Perang Gedhe (perang besar) tidak akan terjadi. Tapi Rahwana tidak setuju dan perang yang dahsyat tak terhindarkan. Satu per satu ksatria terbaik Alengka maju ke medan laga dan dapat dikalahkan oleh pihak Rama Wijaya. Dalam pertempuran ini, Anoman membasmi banyak tentara Alengka. Saat Rama, Laksmana, dan bala tentaranya yang lain terjerat oleh senjata Nagapasa yang beracun, Anoman pergi ke Himalaya atas saran Jembawan untuk menemukan tanaman obat. Karena tidak tahu persis bagaimana ciri-ciri pohon yang dimaksud, Anoman memotong gunung tersebut dan membawa potongannya ke hadapan Rama. Setelah Rama dan prajuritnya pulih kembali, Anoman melanjutkan pertarungan dan membasmi banyak pasukan Alengka. Hingga akhirnya pertarungan terakhir pun terjadi antara Rama Wijaya dan Rahwana.

Dalam pertempuran yang terakhir, Rama kewalahan menandingi Rahwana yang memiliki Aji Pancasunya, yaitu kemampuan untuk hidup abadi. Setiap kali senjata Rama menewaskan Rahwana, seketika itu pula Rahwana bangkit hidup kembali. Wibisana, adik Rahwana yang memihak Rama, segera meminta Anoman untuk membantu. Anoman pun mengangkat Gunung Ungrungan untuk ditimpakan di atas mayat Rahwana ketika Rahwana baru saja tewas di tangan Rama untuk kesekian kalinya. Melihat kelancangan Anoman itu, Rama pun menghukumnya agar menjaga kuburan Rahwana. Rama yakin kalau Rahwana masih hidup di bawah gencetan gunung tersebut, dan setiap saat bisa melepaskan roh untuk membuat kekacauan di dunia. Dengan kesetiaannya yang penuh kepada Rama, Anoman menerima hal itu dengan sepenuh hati. Rama Wijaya dan Sinta pun kembali bersatu.

Anoman di masa Mahabharata dan Kematiannya

sunting

Di masa Mahabharata, setelah Rama Wijaya, Sinta, dan semua pasukan wanara meninggal, roh Rahwana meloloskan diri dari Gunung Ungrungan pergi untuk mencari reinkarnasi Sinta, yaitu Subadra adik Krishna. Krishna sendiri adalah reinkarnasi Rama. Anoman mengejar dan bertemu Bima, adik angkatnya yang merupakan Putra religius (bukan biologis) dari Dewa Bayu. Anoman kemudian mengabdi kepada Krishna. Ia juga berhasil menangkap roh Rahwana dan mengurungnya di Gunung Kendalisada. Di gunung itulah Anoman kemudian berdiam sebagai pertapa.

Anoman berusia sangat panjang sampai bosan hidup. Narada turun mengabulkan permohonannya, yaitu "ingin mati", asalkan ia bisa menyelesaikan tugas terakhir, yaitu merukunkan keturunan keenam Arjuna yang sedang terlibat perang saudara. Anoman pun menyamar dengan nama Resi Mayangkara dan berhasil menikahkan Astradarma, putera Sariwahana, dengan Pramesti, puteri Jayabaya. Antara keluarga Sariwahana dengan Jayabaya terlibat pertikaian meskipun mereka sama-sama keturunan Arjuna. Anoman kemudian tampil menghadapi musuh Jayabaya yang bernama Yaksadewa, raja Selahuma. Dalam perang itu, Anoman gugur, moksa bersama raganya, sedangkan Yaksadewa kembali ke wujud asalnya, yaitu Batara Kala, sang dewa angkara murka.

Dalam versi lainnya, Anoman berusia sangat panjang hingga ke zaman Wali Songo dan bertemu dengan Sunan Kalijaga dan meninggal dalam keadaan mengucap dua kalimat suci, Syahadat

Anggota keluarga

sunting
 
Lukisan Hanoman versi Thailand. Diambil di Wat Phra Kaeo, Bangkok.

Berbeda dengan versi aslinya, Hanoman dalam pewayangan memiliki dua orang anak. Yang pertama bernama Trigangga yang berwujud kera putih mirip dirinya. Konon, sewaktu pulang dari membakar Alengka, Hanoman terbayang-bayang wajah Trijata, puteri Wibisana yang menjaga Sita. Di atas lautan, air mani Hanoman jatuh dan menyebabkan air laut mendidih. Tanpa sepengetahuannya, Baruna mencipta buih tersebut menjadi Trigangga. Trigangga langsung dewasa dan berjumpa dengan Bukbis, putera Rahwana. Keduanya bersahabat dan memihak Alengka melawan Rama. Dalam perang tersebut Trigangga berhasil menculik Rama dan Laksmana namun dikejar oleh Hanoman. Narada turun melerai dan menjelaskan hubungan darah di antara kedua kera putih tersebut. Akhirnya, Trigangga pun berbalik melawan Rahwana.

Putera kedua Hanoman bernama Purwaganti, yang baru muncul pada zaman Pandawa. Ia berjasa menemukan kembali pusaka Yudistira yang hilang bernama Kalimasada. Purwaganti ini lahir dari seorang puteri pendeta yang dinikahi Hanoman, bernama Purwati.

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting