[go: up one dir, main page]

Gelagah (Saccharum spontaneum)[3] atau Tibarau adalah sejenis rumput besar anggota suku Poaceae. Rumput buluh yang menyebar luas di wilayah tropika dan ugahari ini dikenal pula dengan berbagai nama daerah, di antaranya: galoga, tolong, bona ni tolong (Bat.); gĕlagah, tĕbu salah (Mly.); galagah, kalagah (Min.); tĕbiu (Lamp.); kifo-kifo (Engg.); kaso (Sd.); glagah (Jw.); ghalaghas, tĕbhu sala (Md.); glagah (Bl.); tlĕngat (Sas.); kĕnu (Bm.); tatebu (Timor); saraw, hèpu (aneka dialek di Sulut); dalina, kakano dasosoöra, bongo-bongo, jojo, siuhu (Maluku Utara).[4] Dalam bahasa Inggris ia disebut Wild cane atau Kans grass.

Gelagah
Kaso, Saccharum spontaneum
dari Cihideung Ilir, Ciampea, Bogor
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Kerajaan: Plantae
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Monokotil
Klad: Komelinid
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Subfamili: Panicoideae
Genus: Saccharum
Spesies:
S. spontaneum
Nama binomial
Saccharum spontaneum
Sinonim

sinonim selengkapnya pada The Plant List[2]

Pengenalan

sunting
 
Malai bunga

Rumput buluh yang menahun, dengan akar tinggal (rizoma) yang menjalar memanjang dan batang yang tegak, kekar, pejal tak berongga, panjang 200–400 sentimeter.[5] Batang berbuku-buku; di bawah buku-bukunya diselimuti oleh lilin.[6] Daun dengan pelepah hingga 20 cm atau lebih, keunguan, lidah-lidah (ligula) bentuk segitiga dengan rambut-rambut pendek.[6] Helai daun bentuk pita, panjang 50–200 cm × 3–30 mm.[5]

Bunga-bunga terkumpul dalam malai terminal yang bercabang-cabang; malai bentuk bulat telur, padat, panjang 20–50 cm. Cabangnya bentuk tandan, panjang 3–15 cm.[5] Tandan berisi pasangan-pasangan spikelet (bunga rumput), yang satu bertangkai dan yang lainnya duduk. Dari pangkal spikelet tumbuh rambut-rambut panjang berwarna putih.[6]

Agihan dan ekologi

sunting
 
Pelepah daun yang keunguan

Gelagah menyebar luas di semua benua kecuali Antartika, di kawasan tropika dan ugahari. Ia didapati di Eropa tenggara; di wilayah ugahari benua Asia (Asia Tengah, Asia Barat, Arabia, Tiongkok, dan Asia Timur); Asia tropis (India, Indochina, kawasan Malesia, dan Papuasia); Australia; kepulauan Pasifik; serta Amerika Tengah.[5]

Di Indonesia, spesimen herbarium diperoleh dari Sumatra, Krakatau, Jawa, Madura, Sulawesi, Timor, Ternate, dan Halmahera.[4]

 
Tumbuh meluas menutupi tepian Sungai Gangga

Saccharum spontaneum tumbuh mulai dari ketinggian sekitar muka laut hingga elevasi 1.700 m dpl. Rumput buluh ini menyukai wilayah dengan curah hujan yang tinggi, biasanya lebih dari 1.500 mm pertahun. Ia beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah, mulai dari tanah aluvial di tepian sungai hingga tanah-tanah berpasir di bekas pertambangan.[7] Gelagah cukup tahan dengan kekeringan dan banjir[8]

Mudah dan lekas tumbuh, gelagah dapat pula menjadi gulma di lahan pertanian.[8]

Manfaat

sunting
 
Rumpun yang meliar

Heyne menyebutkan bahwa di Ternate batang gelagah ini digunakan untuk membuat pagar, dan di Tidore kulit batangnya dijalin untuk membentuk tirai buluh (kerai). Tumbuhan muda dapat dijadikan pakan kerbau, meskipun nilai gizinya tidak begitu memuaskan. Parutan tunasnya yang dicampur dengan air dapat dijadikan obat tetes mata. Pucuk atau umbutnya yang direbus dapat dijadikan sayuran.[4] Kuncup bunga majemuknya yang masih sangat muda juga biasa dimasak sebagaimana tebu telur.[6] Akan tetapi Rumphius menilai bahwa batang gelagah (ia menamainya Arundo farcta[9]) ini lemah dan lembek, serta hampir tak berguna; orang-orang Makassar dan Bugis menggunakan empulur batang bojo bojol ini sebagai pangkal anak sumpit.

Saccharum spontaneum memiliki prospek yang baik untuk dimanfaatkan dalam pengendalian erosi tanah dan reklamasi lahan-lahan bekas tambang. Di samping itu, gelagah juga menghasilkan hijauan untuk pakan ternak, dan juga gajah. Daunnya yang dikeringkan dapat digunakan untuk membuat atap; batang dan bagian-bagian lain bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kertas (pulp). Gelagah pun dapat ditanam sebagai tanaman hias.[7]

Referensi

sunting
  1. ^ Linne, C. von. 1771. Mantissa plantarum altera. Generum editionis VI. & specierum editionis II. 2: 183. Holmiae :Impensis Direct. Laurentii Salvii.
  2. ^ The Plant List: Saccharum spontaneum L.
  3. ^ KBBI: gelagah Diarsipkan 2023-04-15 di Wayback Machine.
  4. ^ a b c Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I: 161-2. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta. (versi berbahasa Belanda -1922- I: 108-9)
  5. ^ a b c d RBG Kew - GrassBase: Saccharum spontaneum Diarsipkan 2022-10-07 di Wayback Machine.
  6. ^ a b c d Sudarnadi, H. 1996. Tumbuhan monokotil: 58. Jakarta: Penebar Swadaya.
  7. ^ a b Manidool, C. 1992. Saccharum spontaneum L. In: Mannetje, L.'t and R.M. Jones (Eds). Plant Resources of South-East Asia (PROSEA) 4 (Forages): 195-6. Diarsipkan 2014-05-31 di Wayback Machine. Pudoc, Wageningen, The Netherlands.
  8. ^ a b FAO: Saccharum spontaneum L. Diarsipkan 2015-08-04 di Wayback Machine.
  9. ^ Rumpf, G.E. 1743. Herbarium Amboinense: plurimas conplectens arbores, frutices, ... Pars IV: 21 Diarsipkan 2023-04-16 di Wayback Machine., Tab. 6 Diarsipkan 2023-04-16 di Wayback Machine.. Amstelaedami:apud Franciscum Changuion, Hermannum Uttwerf. MDCCXLIII.

Pranala luar

sunting