[go: up one dir, main page]

Lompat ke isi

Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kawasan PLTU Suralaya adalah Kumpulan Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang terletak di Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon, Banten, Indonesia. Letaknya sedikit ke sebelah selatan dari Tanjung Pujut atau sekitar 7 km arah timur laut dari Pelabuhan Penyeberangan Merak.

Deskripsi

[sunting | sunting sumber]

Ada beberapa unit pembangkitan di kawasan ini antara lain yang pertama adalah "PT. INDONESIA POWER UNIT BISNIS PEMBANGKITAN SURALAYA" atau sering disebut dengan "PLTU SURALAYA LAMA" yang pertama kali dibangun tahun 1984. Luas lahan yang digunakan untuk membangun PLTU Suralaya lama dengan fasilitas penunjang lain adalah 240,65 hektare. Lahan yang dipergunakan untuk PLTU Suralaya lama merupakan lembah yang dikelilingi oleh bukit/hutan lindung.

Unit Pembangkitan Suralaya pertama kali dibangun pada tahun 1984 dengan 2 (dua) Unit Pembangkit dan terus ditingkatkan hingga menjadi 7 (tujuh) Unit Pembangkit dengan total kapasitas terpasang 3.440 MW. Program proyek 1.000 MW Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya unit 8 pada 28 Desember 2011 yang dikenal juga sebagai PLTU Banten 1 Suralaya Operation and Maintenance Services Unit (OMU) dan ada juga yang menyebutnya sebagai "PLTU SURALAYA BARU" yang terletak di sebelah timur PLTU Suralaya unit 1 s/d 7 eksisting yaitu di Desa Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Provinsi Banten. PLTU yang memilki kapasitas terpasang sebesar 1x 625 MW ini melengkapi PLTU Suralaya 1-7 yang telah beroperasi terlebih dahulu sejak 1984.

Pengembangan Unit Pembangkit

[sunting | sunting sumber]

Saat ini sedang berlangsung pembangunan PLTU Suralaya unit 9 dan 10 berkapasitas 2X1.000 Mega Watt (MW) dilakukan sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PKN dan dimulai pada Januari 2020 serta berencana beroperasi pada tahun 2023 untuk unit 9 dan untuk unit 10 beroperasi pada 2024. Proyek PLTU Suralaya unit 9 dan 10 dikerjakan perusahaan patungan, Indonesia Power sebagai induk usaha atau pemilik saham 51 persen dengan menyediakan lahan pembangunan.

Alternatif lokasi

[sunting | sunting sumber]

Sebelumnya ada 4 (empat) lokasi alternatif yang dipilih untuk lokasi PLTU dengan bahan bakar utama batu bara, yaitu:

  1. Cigading, Anyer
  2. Suralaya, Pulomerak
  3. Gorenjang, Balaraja
  4. Tanjung Pasir, Tangerang.

Studi kelayakan

[sunting | sunting sumber]

Dari hasil studi kelayakan, Suralaya telah dipilih sebagai lokasi yang paling baik, berdasarkan beberapa faktor sebagai berikut:

  • Tersedianya tanah dataran yang cukup luas, dimana tanah tersebut dipandang tidak produktif untuk pertanian.
  • Tersedianya pantai dan laut yang cukup dalam, tenang dan bersih. Hal ini baik untuk pelabuhan dan air pendingin.
  • Adanya faktor tersebut (pantai dan laut), maka akan membantu/memperlancar pengangkutan peralatan berat dan bahan bakar.
  • Jalan masuk lokasi tidak terlalu jauh, dan sebelumnya sudah ada jalan namun belum terlalu baik.
  • Jumlah penduduk di sekitar lokasi masih relatif sedikit, sehingga tidak perlu pembebasan lahan guna pemasangan saluran transmisi.
  • Tanah yang memungkinkan untuk didirikan bangunan yang besar dan bertingkat.
  • Tersedianya tempat yang cukup untuk penimbunan limbah abu dari sisa pembakaran batubara.
  • Tersedianya tenaga kerja yang cukup memperlancar pelaksanaan pembangunan.
  • Pengaruh ke lingkungan yang baik karena terletak di antara perbukitan dan laut.
  • Memperkirakan data monitoring beban listrik se-Indonesia, bahwa kebutuhan akan tenaga listrik di pulau Jawa merupakan yang terbesar, maka tepat apabila dibangun pembangkit yang besar di Pulau Jawa.

Sejarah Pembangunan

[sunting | sunting sumber]

Pembangunan PLTU Suralaya dilakukan dalam 5 (lima) tahap yang seluruhnya berjumlah 10 unit:

  • Tahap I = 2x400 MW beroperasi tahun 1984 (unit 1,2)
  • Tahap II = 2x400 MW beroperasi tahun 1989 (unit 3,4)
  • Tahap III = 3x600 MW beroperasi tahun 1997 (unit 5,6,7)
  • Tahap IV = 1x625 MW beroperasi tahun 2011 (unit 8)
  • Tahap V = 2x1000 MW mulai dibangun tahun 2020 (unit 9,10)

Dalam pembangunannya secara keseluruhan dibangun oleh PLN Proyek Induk Pembangkit Therma Jawa Barat dan Jakarta Raya dengan konsultan asing dari Montreal Engeneering Company (Monenco) Canada untuk unit 1 s.d. 4 sedangkan untuk unit 5 s.d. 7 dari Black & Veatch International (BVI) Amerika Serikat. Pembangunan Proyek PLTU Suralaya juga dibantu oleh beberapa kontraktor lokal dan asing. Saat ini sedang berlangsung pembangunan PLTU Suralaya unit 9 dan 10 berkapasitas 2X1.000 Mega Watt (MW) dilakukan sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) di mulai Januari 2020, beroperasi pada 2023 untuk unit 9 dan untuk unit 10 beroperasi pada 2024.

Referensi

[sunting | sunting sumber]