Eksperimen pendahuluan
Studi pendahuluan, proyek pendahuluan, uji pendahuluan, atau eksperimen pendahuluan adalah sebuah studi yang dilakukan untuk mengevaluasi kelayakan, durasi, biaya, kelemahan, dan rancangan dari suatu penelitian, sebelum dilaksanakan sebagai proyek penelitian berskala penuh.[1]
Implementasi
[sunting | sunting sumber]Eksperimen pendahuluan kerap dilakukan sebelum melaksanakan sebuah penelitian kuantitatif berskala besar, untuk menghindari pembengkakan biaya dan waktu, hanya karena melaksanakan proyek yang tidak dirancang dengan baik. Sebuah studi pendahuluan biasanya dilakukan pada anggota populasi yang relevan.[1] Sebuah studi pendahuluan kerap digunakan untuk menguji rancangan eksperimen berskala penuh, yang kemudian dapat diubah jika memang terbukti kurang sesuai.[1] Studi ini penting dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai proyek yang akan dilaksanakan, karena jika ada yang masih kurang, dapat ditambahkan saat melakukan proyek penelitian berskala penuh, untuk meningkatkan akurasi hasil penelitian.[1]
Penerapan lain
[sunting | sunting sumber]Pada sosiologi, studi pendahuluan dapat merujuk pada studi berskala kecil yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah rancangan sebelum riset utama selesai. Walaupun eksperimen pendahuluan memiliki tradisi yang telah lama eksis, kebermanfaatannya sebagai sebuah strategi untuk melakukan perubahan telah dipertanyakan, setidaknya di bidang manajemen lingkungan.[2] Ekstrapolasi sebuah studi pendahuluan menjadi sebuah penelitian berskala besar biasanya juga dianggap tidak mungkin, salah satunya karena sumber daya yang terbatas, sehingga hanya dapat digunakan untuk melakukan penelitian berskala kecil.[1]
Pada konteks riset kesehatan, studi yang dilakukan sebagai persiapan untuk melakukan uji acak terkendali dikenal sebagai studi kelayakan dan studi pendahuluan, di mana studi pendahuluan merupakan bagian dari studi kelayakan.[1] Sebuah studi kelayakan dilakukan untuk mengetahui apakah penelitian tersebut dapat diselesaikan, apakah layak untuk dilakukan, dan apa metode yang paling baik. Sementara studi pendahuluan dilakukan dengan cara mengaplikasikan seluruh atau sebagian dari metode penelitian dalam skala kecil, untuk mengetahui apakah metode tersebut layak dipakai pada penelitian berskala besar.[1][3]
Pada tahun 2016, sebuah daftar diterbitkan sebagai panduan dalam melaporkan percobaan pendahuluan.[4]
Lihat juga
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f g Thabane L, Ma J, Chu R, Cheng J, Ismaila A, Rios LP, Robson R, Thabane M, Giangregorio L, Goldsmith CH (2010). "A tutorial on pilot studies: the what, why and how". BMC Med Res Methodol. 10 (1): 1. doi:10.1186/1471-2288-10-1. PMC 2824145 . PMID 20053272.
- ^ Billé, R. (2010) “Action without change? On the use and usefulness of pilot experiments in environmental management.”. S.A.P.I.EN.S. 3 (1)
- ^ Sandra M Eldridge, Gillian A Lancaster, Michael J Campbell, Lehana Thabane, Sally Hopewell, Claire L Coleman, Christine M Bond. Defining Feasibility and Pilot Studies in Preparation for Randomised Controlled Trials: Development of a Conceptual Framework. PLoS ONE. 2016; 11(3)
- ^ Sandra M Eldridge, Claire L Chan, Michael J Campbell, Christine M Bond, Sally Hopewell, Lehana Thabane, Gillian A Lancaster on behalf of the PAFS consensus group. Consort 2010 statement: extension to randomised pilot and feasibility trials. BMJ. 2016; 355: i5239