[go: up one dir, main page]

Lompat ke isi

Kali Mas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Kalimas)
Kegiatan di Kali Mas pada akhir abad ke-19.
Pemandangan tepi Kali Mas di Surabaya pada tahun 1900-1940

Kali Surabaya atau biasa disebut sebagai Kali Mas, adalah salah satu dari dua cabang Sungai Brantas, selain Kali Porong. Kali Mas berhulu di Kota Mojokerto dan mengalir ke arah timur laut hingga bermuara di Surabaya (menuju ke Selat Madura). Di beberapa titik, Kali Mas adalah batas alami antara Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik.

Sejumlah jembatan yang melintasi Kali Mas di Surabaya pun telah ditetapkan sebagai cagar budaya, karena memiliki nilai historis dan arsitektur yang penting.

Muara Kali Mas di Surabaya adalah pelabuhan tradisional yang telah digunakan sejak berabad-abad lalu. Pada masa lalu, muara Kali Mas menjadi pintu gerbang menuju ibu kota Kerajaan Majapahit di Trowulan, dan di sekitar Kali Mas pun pernah terjadi pertempuran antara Raden Wijaya (pendiri Majapahit) melawan pasukan Tartar (di bawah dinasti Mongol) pada abad ke-13.

Sejak Indonesia dikuasai oleh VOC, Kali Mas menjadi salah satu prasarana transportasi air yang sangat ramai. Sampan dan perahu kecil hilir mudik di Kali Mas untuk mengangkut komoditas dan ikan-ikan hasil tangkapan nelayan dari Pelabuhan Tanjung Perak. Mereka membawa masuk komoditas tersebut ke daerah pedalaman kota, mulai dari Kembang Jepun (pecinan di Surabaya) hingga ke daerah Kayun (sekarang menjadi lokasi Plaza Surabaya). Di Kayun, bahkan pernah ada jembatan gantung yang dapat diangkat saat ada kapal komoditas yang akan melintas di bawahnya. Kini jembatan tersebut sudah tidak dapat diangkat lagi.

Antara tahun 1974 hingga 1981, dilakukan perbaikan terhadap kondisi Kali Mas, yang meliputi perbaikan alur, rekonstruksi Pintu Air Gunungsari, serta motorisasi Pintu Air Mlirip (Rolak Telu) dan Pintu Air Jagir.[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Development of the Brantas River Basin (part 10) (PDF) (dalam bahasa Inggris). Tokyo: JICA. 1998. hlm. 213. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]