Bisri Syansuri
K.H. Bisri Syansuri | |
---|---|
Nama | Bisri Syansuri |
Kiai Haji Bisri Syansuri (18 September 1886 – 25 April 1980) seorang ulama dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU).[1]
Ia adalah pendiri Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar, atau yang dikenal dengan Pondok Denanyar, di Jombang dan terkenal atas penguasaannya di bidang fikih agama Islam. Bisri Syansuri juga pernah aktif berpolitik[2], antara lain sempat sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) mewakili Masyumi, menjadi anggota Dewan Konstituante, ketua Majelis Syuro Partai Persatuan Pembangunan dan sebagai Rais Aam NU.
Ia juga dikenal sebagai kakek dari Abdurrahman Wahid, Presiden Republik Indonesia keempat.[3]
Riwayat Hidup
[sunting | sunting sumber]Masa awal
[sunting | sunting sumber]Bisri Syansuri dilahirkan di Kecamatan Tayu, Pati, Jawa Tengah, tanggal 18 September 1886. Ayahnya bernama Syansuri dan ibunya bernama Mariah. Ia adalah anak ketiga dari lima bersaudara.[butuh rujukan] Ia memperoleh pendidikan awal di beberapa pesantren lokal, antara lain pada KH Abdul Salam di Kajen, KH Fathurrahman bin Ghazali di Sarang Rembang, Syaikhona Muhammad Kholil di Bangkalan, dan KH Hasyim Asy'arie di Tebu Ireng, Jombang.[butuh rujukan] Saat belajar tersebut ia juga berkenalan dengan rekan sesama santri, Abdul Wahab Chasbullah, yang kelak juga menjadi tokoh NU[4]
Belajar di Mekkah
[sunting | sunting sumber]Ia kemudian mendalami pendidikannya di Mekkah dan belajar ke pada sejumlah ulama terkemuka antara lain Syekh Muhammad Baqir, Syekh Muhammad Sa'id Yamani, Syekh Ibrahim Madani, Syekh Jamal Maliki, Syekh Ahmad Khatib Padang, Syekh Syu'aib Daghistani, dan Kiai Mahfuz Termas.[butuh rujukan] Ketika berada di Mekkah, Bisri Syansuri menikahi adik perempuan Abdul Wahab Chasbullah.[butuh rujukan] Di kemudian hari, anak perempuan Bisri Syansuri menikah dengan KH Wahid Hasyim dan menurunkan KH Abdurrahman Wahid dan Ir.H. Solahuddin Wahid.[butuh rujukan]
Sepulangnya dari Mekkah, dia menetap di pesantren mertuanya di Tambak Beras, Jombang, selama dua tahun.[butuh rujukan] Ia kemudian berdiri sendiri dan pada 1917 mendirikan Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif.[butuh rujukan] Syansuri menjadi ulama di Denanyar, Jombang.[5] Saat itu, Bisri Syansuri adalah kiai pertama yang mendirikan kelas khusus untuk santri-santri wanita di pesantren yang didirikannya.[butuh rujukan]
Pergerakan dan politik
[sunting | sunting sumber]Di sisi pergerakan, ia bersama-sama para kiai muda saat itu antara lain KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Mas Mansyur, KH Dahlan Kebondalem, dan KH Ridwan, membentuk klub kajian yang diberi nama Taswirul Afkar (konseptualisasi pemikiran) dan sekolah agama dengan nama yang sama, yaitu Madrasah Taswirul Afkar.[butuh rujukan] Ia adalah peserta aktif dalam musyawarah hukum agama, yang sering berlangsung di antara lingkungan para kiai pesantren, sehingga pada akhirnya terbentuklah organisasi Nahdlatul Ulama (NU).[butuh rujukan] Keterlibatannya dalam upaya pengembangan organisasi NU antara lain berupa pendirian rumah-rumah yatim piatu dan pelayanan kesehatan yang dirintisnya di berbagai tempat.[butuh rujukan]
Pada masa penjajahan Jepang, Bisri Syansuri ini terlibat dalam pertahanan negara, yakni menjadi Kepala Staf Markas Oelama Djawa Timur (MODT), yang berkedudukan di Waru, dekat Surabaya.[butuh rujukan]
Pada masa kemerdekaan ia pun terlibat dalam lembaga pemerintahan, antara lain dalam Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), mewakili unsur Masyumi (tempat Nahdlatul Ulama tergabung secara politis).[butuh rujukan] Ia juga menjadi anggota Dewan Konstituante tahun 1956, hingga ke masa pemilihan umum tahun 1971.[butuh rujukan] Setelah wafatnya KH Abdul Wahab Chasbullah, tahun 1972 ia diangkat sebagai Rais Aam (ketua) Syuriah (pimpinan tertinggi) Nahdlatul Ulama.[butuh rujukan] Ketika NU bergabung ke Partai Persatuan Pembangunan, ia pernah menjadi ketua Majelis Syuro partai ini. Ia terpilih menjadi anggota DPR sampai tahun 1980.[butuh rujukan]
Wafat
[sunting | sunting sumber]KH Bisri Syansuri meninggal dunia dalam usia lanjut tahun 1980 di Denanyar, Jombang, Jawa Timur dan dimakamkan di sisi utara Masjid Jami' Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar, Jombang[6].
Referensi
[sunting | sunting sumber]Catatan Kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Sugendal, Zainuddin (16 September 2021). "Kiai Bisri Syansuri; dari Melawan Penjajah sampai Orde Baru". Tabuireng Initiatives.
- ^ Sugendal, Zainuddin (2021-09-16). "Kiai Bisri Syansuri; dari Melawan Penjajah sampai Orde Baru". Tebuireng Initiatives. Diakses tanggal 2023-01-21.
- ^ "Mengenang KH Bisri Syansuri, Tokoh Pendiri NU Perintis Pendidikan Islam". NU Online Jatim. Diakses tanggal 2024-06-28.
- ^ Sugendal, Zainuddin (23 Juni 2022). "Kiai Wahab dan Kiai Bisri Menurut Hadratussyaikh". tebuireng.co. Diakses tanggal 21 Januari 2023.
- ^ Rozak, Abdul (Desember 2022). Safrinal, ed. Pemikiran Politik dan Gerakan Sosia-kultural Kewarganegaraan (PDF). Pasaman Barat: CV. Azka Pustaka. hlm. 20. ISBN 978-623-8044-67-2.
- ^ Abdurrahman, Syarif (2021-10-23). "Makam Ulama Jombang, Nomor Dua Tokoh Hebat". Tebuireng Initiatives. Diakses tanggal 2023-01-21.
Jabatan organisasi Islam | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Wahab Chasbullah |
Rais Aam PB Nahdlatul Ulama 1972-1980 |
Diteruskan oleh: Ali Maksum |
- Kelahiran 1886
- Kematian 1980
- Meninggal usia 94
- Abdurrahman Wahid
- Tokoh Jawa
- Tokoh Jawa Tengah
- Tokoh dari Pati
- Tokoh Jombang
- Tokoh Islam Indonesia
- Ulama Indonesia
- Ulama Jombang
- Ahli fikih Indonesia
- Tokoh Nahdlatul Ulama
- Pendiri NU
- Rais Aam Syuriyah PBNU
- Politikus Indonesia
- Politikus Partai Nahdlatul Ulama
- Anggota DPR RI 1971–1977
- Anggota DPR RI 1977–1982
- Anggota Konstituante Republik Indonesia